TINTAKALTIM.COM-Anggota DPRD asal Fraksi Partai Demokrat Hj Mieke Henny punya cara tersendiri meyakinkan masyarakat untuk memilih pasangan calon (paslon) Rahmad-Thohari pada pilkada serentak tepatnya 9 Desember 2020. Ia melontarkan, istilah ‘bukan kaleng-kaleng’ terhadap 2 figur yang bakal memimpin Kota Balikpapan.
“Eh bapak dan ibu sekalian. Pernah mendengar ‘kaleng-kaleng’. Nah figur kita Pak Rahmad dan Thohari ini ‘bukan kaleng-kaleng’. Mereka berpengalaman, punya kepribadian santun dan memiliki program. Jadi wujudnya ada, betul toh bapak-ibu,” teriak Mieke di hadapan warga RT 01 dan 02 Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan Selatan Jln Belibis, Sabtu (28/11/2020).
Istilah ‘bukan kaleng-kaleng’ yang disampaikan Mieke memang sempat viral di sosial media (sosmed). Bahkan, sering dijadikan bahasa keseharian untuk mempertegas kaitan kualitas untuk seseorang. Ungkapan ‘kaleng-kaleng’ biasa disebutkan untuk menggambarkan kondisi sesuatu yang kurang bagus. Sehingga, ‘bukan kaleng-kaleng’ menandakan situasi kebalikannya yakni berkualitas.
Menurut Mieke, Rahmad-Thohari keduanya ketua partai. Rahmad berpengalaman di pemerintahan menjadi wakil walikota, sehingga tahu kaitan program di pemerintahan untuk masyarakat. Demikian pula Thohari Aziz, pernah menjabat 3 periode anggota DPRD dari Fraksi PDI Perjuangan dan jabatan terakhir menjadi pimpinan DPRD.
Mieke berkali-kali menyebut istilah ‘bukan kaleng-kaleng’ untuk menggambarkan perbedaan, bahwa memilih calon tunggal itu semuanya jadi jelas.
“Kalau memilih lainnya, apalagi nggak ada figurnya, lalu ibu dan bapak ada masalah pembangunan mau mengadu kemana. Betul nggak bu. Jadi pilih Rahmad-Thohari ya ibu dan bapak,” dijawab serentak undangan, siap.
Rahmad-Thohari kata Mieke, didukung suara mayoritas di gedung DPRD. Dari 10 partai politik berkoalisi (Partai Golkar, PDI Perjuangan, Gerindra, PKS, Partai Demokrat, PPP, PKB, Perindo, PAN dan Berkarya), ada 40 anggota dewan mendukung.
“Jadi enak bapak-ibu. Kalau di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan Selatan, ada proses pembangunan yang terhambat, bisa telepon saya, di SMS, whatsApp atau datang ke rumah saya. Kan dekat di Bumi Rengganis. Kalau yang nggak ada figurnya, piye (bagaimana). Mau mengadu kemana. Wong kolomnya kosong,” ujar Mieke meyakinkan undangan.
Mieke yang dikenal kritis sebagai wakil rakyat ini, selalu berjuang untuk kepentingan masyarakat. Sehingga, ia berkali-kali memberi keyakinan warga agar tak perlu khawatir memilih Rahmad-Thohari.
“Bapak dan ibu, Partai Demokrat berkoalisi dan mendukung pasangan Rahmad-Thohari, kalau ada program pemerintah yang kurang menyentuh masyarakat, kita ingatkan, kita awasi dan lainnya. Nah, terus bukan saya saja. Ada 40 orang yang sama membantu dan mendukung program Rahmad-Thohari. Jelas toh ibu dan bapak,” urai Mieke.
PROGRAM JELAS
Mieke yang anggota Komisi II DPRD bidang ekonomi dan keuangan ini, menyebut visi-misi Rahmad-Thohari ada. Juga didukung 40 anggota DPRD dari 45 anggota DPRD di Gedung DPRD. Sehingga, program yang diusung itu pasti direstui, diperjuangkan termasuk dari warga Jln Belibis.
Ia membeber sejumlah misi Rahmad-Thohari seperti kesehatan, pendidikan dan infrasruktur. Kaitan BPJS Kesehatan kelas 3 bakal disubsidi termasuk seragam sekolah. “Insya Allah uangnya ada. Tentu, 40 anggota DPRD yang mendukung Rahmad-Thohari akan memprioritaskan program yang dibutuhkan masyarakat. Termasuk seragam sekolah,” ujar Mieke.
Mieke mengingatkan berkali-kali agar bapak-ibu, jangan lupa datang ke TPS. “Lalu nyoblosnya Rahmad-Thohari. Lupakan lainnya, sebab kita ingin pemimpin yang ada orangnya, ada wujudnya, ada programnya, ada visi-misinya. Bukan yang kosong melompong. Betul toh bapak-ibu,” disambut suara riuh setuju undangan yang hadir.
Lalu, Mieke menutup sosialisasi dialogisnya dengan yel-yel sambil berdiri: Rahmad Thohari yang dijawab: solid, menang-menang-menang, itu sudah, wis wayahe.
GONTA-GANTI PJ DI MAKASSAR
Sementara itu, Mieke didampingi jurkam dari Partai Golkar H Sugito SH yang lebih banyak menjelaskan bagaimana jika kota dipimpin oleh seorang penjabat (Pj) seperti di Makassar.
Menurutnya, di Makassar saat itu kolom kosong menang. Gubernur Nurdin Abdullah harus memilih orang yang harus jadi Pj dan diusulkan ke Mendagri untuk ditunjuk memimpin sementara Kota Makassar.
“Jadi bapak-ibu, tidak mudah kalau Pj yang memimpin. Tentu, masyarakat sulit untuk mengadu. Apalagi figurnya belum jelas. Beda dengan calon tunggal yang jelas ada wujud dan figurnya,” ujar Sugito.
Dicontohkan Sugito, dari pengalaman Pj di Makassar, ternyata terjadi ‘bongkar-pasang’ pimpinan. Sehingga, Kota Makassar mengalami hambatan pembangunan dan masyarakat jadi bingung, harus mengadu ke jalur mana, karena jajaran DPRD-nya tidak mendukung.
Awalnya Pj di Makassar dipimpin seseorang bernama Iqbal Suaeb. Karena, tidak mengalami kemajuan, Gubernur Sulsel lalu konsultasi ke Mendagri untuk melakukan proses pergantian.
“Belum maksimal memimpin sudah diganti. Nah, itulah kalau dipimpin Pj, karena belum ada figurnya dan kinerjanya belum jelas. Kalau Rahmad-Thohari kan jelas,” ujar Sugito.
Pergantian kepemimpinan itu pun terjadi. Iqbal Suaeb harus diganti Prof Yusran Jusuf. Karena, kotanya terjadi ‘hambatan pembangunan’. Namun, baru saja memimpin 43 hari, Pj Yusran Jusuf dihadapkan dengan kondisi kota yang dilematis. Penyebaran covid-19 tinggi dan berimbas pada proses pembangunan dan ekonomi.
“Bapak-ibu apa yang terjadi. Pak Gubernur Sulsel pontang-panting ke Mendagri. Konsultasi lagi, mengajukan nama lagi. Eh mengganti lagi Pj dari Prof Yusran Jusuf ke Rudy Jamaluddin,” urai Sugito.
Menurut Sugito, itu fakta yang jelas. Kalau suatu kota dipimpin oleh Pj. Kewenangan terbatas dan berbeda dengan calon tunggal yang keputusan politiknya didukung oleh DPRD, dan membuat keputusan politik. Jika Pj hanya keputusan administrasi.
“Bapak dan ibu, Rahmad-Thohari itu didukung mayoritas anggota DPRD. Sehingga, jika mengusulkan program untuk rakyat tidak banyak perdebatan. Tinggal diketuk dan mulus. Sebab, yang diperjuangkan kepentingan rakyat lewat perwakilannya di DPRD,” ulas Sugito.
Sehingga, kata Sugito, pada 9 Desember 2020, warga harus menggunakan konsep 4M. Yakni, Masuk Bilik TPS, Membuka Surat Suara, Mencoblos Rahmad-Thohari dan Menang. “Bapak dan ibu siap memenangkan Rahmad-Thohari,” teriak Sugito, disambut gemuruh ungkapan optimistis siap dari undangan yang hadir.
Sugito juga menjelaskan figur Rahmad-Thohari. Keduanya santun, berpengalaman dan punya keinginan untuk memimpin kota yang pro-rakyat. “Insya Allah Pak Walikotanya nanti yakni Rahmad Mas’ud SE ME akan memberi tugas-tugas dan kewenangan wakilnya H Thohari Aziz bersama-sama mengurus kota. Jadi mereka akan kompak. Makanya, harus didukung,” pungkas Sugito.
Suasana kampanye terbatas dialogis berjalan penuh kekeluargaan dan warga pun antusias meneriakkan berkali-kali yel-yel kemenangan. Dan, ditutup dengan doa oleh kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) agar 9 Desember 2020, Tuhan Yang Maha Kuasa, mengabulkan doa untuk kemenangan Rahmad-Thohari. (tig)