TINTAKALTIM.COM-Asumsi melihat Ibu Kota Negara (IKN) di Kaltim itu masa depan. Sekarang, sifatnya infrastruktur dasar sehingga kebijakan reflektif dan harapan dimulai. Itu diwujudkan lewat peletakan sejarah dengan upacara HUT ke-79 RI yang digagas Presiden Jokowi di akhir masa jabatannya.
Karena, jika melihat kekinian, pro-kontra terjadi. Tetapi, jika secara visioner yang menitikberatkan ‘masa depan humanis’ itulah IKN Nusantara sejatinya yang dibangun oleh anak negeri dan karya bangsa Indonesia.

“Kami hadir dan ikut upacara itu anugerah Allah. Bukan fisik melintas perjalanan ke IKN-nya, tetapi bisa melihat sang dwi warna merah putih berkibar di bumi Kaltim saat hari sakral 17 Agustus 2024, itulah desain Allah itu,” kata Owner Kafe Kopi Johny Anwar Sadat dan Yunita Indarini yang hadir di upacara pengibaran bendera di IKN tepat pkl 11.00 Wita (mengikuti waktu detik-setik Proklamasi pkl 10.00 WIB)
Kejujuran rasa saat upacara dialami Anwar dan sahabatnya Yunita Indarini yang menjadi mitra bisnis di Kopi Johny. Darah berdesir dan mata berkaca-kaca ketika pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) mengerek bendera itu diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.
“Tak ada yang pernah mengetahui, bendera pusaka yang dijahit istri mantan Presiden Soekarno itu berkibar di IKN dengan segala rangkaiannya. Itu gerakan Tuhan dan Presiden Jokowi sebagai perantara saja,” kata Anwar Sadat.

Pikiran masa depan Anwar itu menerawang, karena IKN dipindah lantaran alasan melihat persoalan lingkungan di Jakarta dan sekitarnya. Sudah macet dan populasi penduduk sangat tinggi. Dan, dulu pemindahan ibukota pun sudah digagas Presiden Soekarno pada tahun 1957 lanjut Soeharto, SBY hingga direalisasikan Jokowi.
“Nah Pak Jokowi saat ingin memindahkan Ibukota pun izin di hadapan DPR-MPR yang jadi perwakilan rakyat yang katanya ke Kalimantan. Sekarang terwujud, ada upacara agustusnya digelar dan itu di Kaltim. Tentu, saya bangga melihat itu. Apalagi jadi saksi langsung,” urai Anwar Sadat yang lawyer mitra Hotman Paris ini.
Pemanfaatan fisik maksimal sekarang, mungkin belum sempurna. Tetapi kata Anwar, IKN dibangun untuk anak cucu, karena hingga segmen akhir tahun 2045. Tentu, jika diukur dari tahun 2024 maka sekitar 21 tahun lagi baru disebut pembangunan IKN tuntas.
“Itu sama pikiran kita dulu. Tak pernah tahu jerih parah pejuang memperjuangkan Indonesia, korban harta, pikiran dan nyawa. Dan, kita sekarang tinggal menikmati kemerdekaan. Nah, ayo berpikir positif saja mengisi kemerdekaan itu. Caranya, hargai nilai-nilai perjuangan itu dengan cara kita dan menghargai ada maksud besar dipindahnya IKN,” kata Anwar dibenarkan Yunita.
PERISTIWA SOSIAL
Dikatakan Anwar, upacara bendera HUT ke-79 di IKN sebagai wujud melegitimasi sejarah. Sehingga, itu harus dijadikan momentum untuk anak cucu kita nanti. Bahwa, Jokowi pernah memimpin upacara HUT RI di IKN. Selain itu, juga melihatnya pada sisi peristiwa sosial.
Apa itu, yakni perstiwa bahwa Jakarta sudah terjadi urbanisasi besar-besaran sehingga kemacetan dan kepadatan penduduk pun terjadi. Dan Indonesia juga menghadapi ini.

“Malaysia itu pun memindahkan pusat pemerintahannya dari Kuala Lumpur ke Putrajaya yang alasannya masalah sosial. Dan, Jakarta tetap menjadi pusat ekonomi. Mengapa kalau IKN pindah banyak yang nyinyir dan tak melihat aspek lainnya. Ini yang saya maksudkan,” kata Anwar Sadat.
Dalam konteks ekonomi dan sebagai pengusaha, menurut Anwar ada harapan besar ke depan. Pindahnya ibukota ke Kaltim membuka peluang untuk membangun sentra bisnis baru, setidaknya di kota yang dekat dengan IKN seperti Balikpapan dan Samarinda dan ini sudah mulai dirasakan. Padahal, IKN baru dibangun di segmen 1 yang berakhir pada Desember 2024.
Karena, bangkitnya Balikpapan dan Samarinda serta daerah lainnya bisa jadi pusat ekonomi baru dan mendorong ekonomi daerah lainnya. Karena, fokusnya ekonomi, sedangkan ibukotanya sudah punya tempat tersendiri di Penajam Paser Utara (PPU).
“Beda toh Jakarta sekarang ini ‘tumplek-blek’ ya urusan ekonomi, politik, pemerintahan sehingga terkesan Jakarta sentris. Makanya, ibukota dipindah dan itu ada di Kaltim. Tentu, implikasinya juga ke Balikpapan di mana saya dan Bu Yunita mengembangkan bisnis,” kata Anwar Sadat beristilah.

Karena kata Anwar, ketika melihat setiap wilayah di Indonesia punya comparative advantage atau keunggulan komparatif masing-masing, tentu sangat ideal berpikirnya.
Pusat ekonomi bisnisnya Jakarta, pusat industri mungkin Kerawang, pusat kebudayaan Jogja dan Bali . “Nah Kaltim itu pusat pemerintahan atau IKN, jadi itu melihat visi masa depannya. Bukan semua dipaksakan ke Jakarta yang menjadi pusat segalanya,” kata Anwar
Intinya, sebagai rakyat Indonesia harusnya bangga ketika Jakarta jadi pusat bisnis. Tidak ada yang ‘diambil’ oleh Kaltim, padahal Kaltim sudah memberi devisa dari hasil buminya ke Jakarta.
“Upacara Agustus HUT ke-79 RI pun juga membukakan mata dunia, bahwa ada ibukota baru yang bisa dijadikan investasi masa depan. Sehingga, saya mengistilahkan bahwa melihat IKN itu masa depan secara humanis karena nanti didesain dengan konsep Kota Masa Depan yang hijau,” ungkap Anwar
Selain itu, kehadirannya bersama ribuan masyarakat Kaltim dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pejabat di upacara HUT ke-79 RI di IKN sebagai wujud bahwa masyarakat Kaltim mendukung keberlanjutan pembangunan IKN.
“Selamat HUT ke-79 RI. Terus jaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hilangkan persepsi kalau IKN itu hanya untuk Kaltim. Tetapi itu adalah a city for all atau kota untuk semua,” pungkas Anwar. (gt)