TINTAKALTIM.COM-Lagu Indonesia Raya menggema di kawasan parkir Gedung Kaltim Post Group. Saat itu, ratusan hasher dan goweser merayakan Hari Sumpah Pemuda. Mereka sepakat bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus dijaga dalam bingkai kebhinekaan.
Mereka berbaur. Berdiri tegak dan lantang menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman. Dengan dipandu dirigen Lily Akin Sudharta, lagu itu diresapi. Mereka semua cinta Indonesia dan mengenang bagaimana perjuangan anak muda kala itu.
“Kita ingin merayakan dan mengenang pula perjuangan warga Tionghoa saat Sumpah Pemuda. Serta pejuang lainnya, makanya kita rayakan lewat kegiatan on-on dan gowes,” kata Tang Lenggono, salah satu General Manager (GM) komunitas hasher.
Dari catatan penulis, Sumpah Pemuda jika mengacu pada sejarah ada peran penting warga Tionghoa. Saat itu ada sosok bernama Sie Kong Liong. Ia tinggal di kawasan Kramat Raya 163 Jakarta. Di tempat itulah digelarnya Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928. Secara sukarela, Sie Kong Liong menyediakan rumahnya sebagai tempat kongres. Padahal risikonya tinggi, jika ketahuan kolonial Belanda, ia bisa dibunuh.
Gelar peringatan Sumpah Pemuda di Gedung Biru bukti nyata warga Tionghoa cinta Indonesia. Bukan itu saja, ada sejumlah peserta on-on yang tentu warga Tionghoa fasih meneriakkan naskah Sumpah Pemuda. Tentu ini tidak mudah. Kendati isi naskah itu hanya 3. “Wah hafal betul mereka. Salut deh,” kata peserta hasher yang mengaku dirinya satu pun tak hafal.
START ON-ON DAN GOWES
Tepat pukul 16.30 Wita, start peserta dimulai. Diawali peserta gowes menggenjot sepedanya. Di belakangnya, hiruk pikuk peserta on-on mengikuti. Terlihat ada CEO Kaltim Post Group H Ivan Firdaus pun ikut melepas dan berbaur bersama peserta.
Penulis ikut juga. Ternyata track-nya cukup jauh. Tapi menyenangkan karena pesertanya dari anak-anak sampai orangtua. Ada yang usinya 60 tahun ke atas yang berada di ‘garis depan’. Justru ia mengalahkan anak muda berusia 30-an, langkahnya tertinggal jauh.
Lintas alam. Begitulah tepatnya dan populer disebut on-on. Track yang dilalui melewati permukiman penduduk. Pandangan harus melihat ke bawah agar track tidak lepas dari kertas yang ditabur sebagai penanda jalan yang dilewati. “Wah naik lagi. Gila tinggi sekali,” kata seorang hasher di belakang saya.
Saat itu track-nya memang tinggi. Tepatnya di kawasan RT 40 Kelurahan Gunung Samarinda yang menghubungkan jalur ke Pemakaman warga Tionghoa atau biasa disebut ‘Kuburan China’. “Kita harus finish, malu jika tidak,” begitu guman peserta.
Dalam acara itu, sejumlah GM dari klub hash di Balikpapan hadir. Sebutlah, Balikpapan Hash House Harries, Balikpapan Hash House Harrietes atau Lady’s Hash, Mixed HHH, Harmonis Keluarga Happy Hash (HK Hash), Keluarga Sejahtera Happy Hash (HK), Kya-Kya happy Hash, Manggala Hash dan Balikpapan Kota Minyak Hash (Bakom Hash). Bahkan, Ivan Firdaus dan Syamsul Munir Asnawi juga turut serta. Dua nama ini pernah berjuang untuk merebut tuan rumah Pan Indo Hash tahun 2017 lalu ke Kota Balikpapan.
Di tahun 2019, Pan Indo Hash digelar di Kupang. Hasher yang tak pernah absen on-on, Hengky Ribowo SH pun sempat ikut di acara itu. “Saya ikut di Kupang bersama teman-teman. Ini bajunya didesain sendiri. Ada pulau Kalimantan ke Kupang,” kata Hengky menunjukkan baju yang dipakainya saat itu.
Ia pun mengomentari penulis. Baru hadir lagi dalam kegiatan on-on. “Wah Pak Gito ikut ya. Hari ini jauh pak track-nya, kira-kira 8 kilometer,” jelas Hengky yang langkahnya cepat meninggalkan penulis.
Track demi track dilalui. Ada lintasan yang melewati semak-belukar ada pula jalan berbukit terbuat dari tanah liat atau clay. “Suhunya hari ini bagus. Sejuk, biasanya panas, jadi enak kita melintas,” ujar sejumlah peserta.
Tapi tak dapat dipungkiri. Nafas mereka ngos-ngosan juga. Sebab, track-nya melintas dua kelurahan. Dari Kelurahan Batu Ampar ke Kelurahan Gunung Samarinda. Ada anak muda di depan saya. Ia mengenakan baju bertuliskan Pan Asia Hash Korea. Tapi berjalan penuh keletihan. Tentu, penulis ejek. “Wah harusnya kelas Asia di depan,” kelakar saya yang disambut senyum anak muda itu.
SEMPAT BINGUNG
Semangat peserta terus melaju. Ada yang bertanya, berapa lama lagi sampai finish. Ibu-ibu setengah baya tapi langkahnya luar biasa berada di depan saya. Tiba-tiba peserta harus berhenti. Sebab, taburan kertas menghilang. Melihat sebelah kiri, pandangan sudah terlihat bangunan Gedung Biru. Tapi, di depan ada bangunan Hotel Platinum.
Tiba-tiba seorang peserta melihat taburan kertas kembali. “Ini dia, kita lewat sini,” ajaknya. Peserta lainnya pun ikut. Tapi, peserta yang sudah berada di depan bingung akhirnya ‘kesasar’ mendapatkan jalur lain tanpa taburan kertas.
Waktu menunjukkan pukul 18.05 Wita. Suara azan sudah berkumandang. Kira-kira masih berjarak 1,5 kilometer jarak tempuh menuju finish. Gedung Biru terlihat dan seluruh peserta pun akhirnya sampai ke finish.
Sampai di garis finish, sudah banyak peserta yang menikmati hidangan. Bahkan, telerlihat pula peserta ekspatriat suami-istri berbaur. Peserta yang sudah berada di lokasi acara, memang tidak mengikuti track yang jauh. Lady’s Hash misalnya, track-nya cukup dekat. “Saya tidak sampai finish, 1 kilometer kembali ke lokasi garis start,” kata Ivan Firdaus.
Terlihat juga Tang Lenggono, Akin Sudharta dan lainnya yang ternyata tidak on-on melintasi track panjang bersama lainnya. “Saya panitia, jadi mengurusi doorprize,” kilah Akin Sudharta sambil tertawa.
Tapi, acara itu penuh suka-cita dan silaturahmi. Warga Tionghoa berbaur merajut kebhinekaan untuk memperkokoh persatuan. Makanya dalam acara on-on Kaltim Post Group itu mereka juga saling bercengkerama dengan warga lainnya tak memandang etnis. Ada Jawa, Bugis, Padang dan banyak lagi. “Kami berterimakasih kepada seluruh hasher dan komunitasnya. Semoga acara ini bisa terus dilaksanakan dalam masa mendatang. Sejatinya, bukan acara on-on tetapi bagaimana kita silaturahmi merajut nilai-nilai persatuan dan kesatuan,” ujar CEO Kaltim Post Group Ivan Firdaus yang hadir dengan sejumlah direksi lainnya seperti Erwin Dede Nugroho, Trias Chahyo, Wiji Winarko, Noor Awaliah.
Sebagai generasi penerus kata Ivan Firdaus, suku Indonesia Tionghoa adalah bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Mereka juga ikut aktif dalam pembangunan Indonesia termasuk di Balikpapan. “Ayo terus gelorakan olahraga on-on, kita sehat, bisa silaturahmi dan menjaga persaudaran,” pungkasnya. (git)