TINTAKALTIM.COM-Sedekah tidak mudah. Tapi kisah menarik dari perjalanan bisnis adalah bagaimana konsisten dalam membagi keuntungan. Tak ragu berzakat, sedekah dan infaq yang dimulai dari bisnis belum besar. Hasilnya ajaib. Keuntungan demi keuntungan terus mengalir dan itulah yang dilakukan pengusaha sukses H Rahmad Mas’ud SE ME yang juga Wakil Walikota (Wawali) Balikpapan.
“Saya diajari suami saya bersedekah sejak belum sukses. Alhamdulillah, ternyata rezeki yang merupakan titipan Allah jika disalurkan sebagian untuk orang lain jadi berkah. Pak Rahmad sukses karena bersedekah,” cerita istri Rahmad, Hj Nurlena saat sosialisasi pasangan calon (paslon) Rahmad-Thohari di RT 32 Kelurahan Damai Bahagia Kompleks BDS 1 atau populer dengan sebutan ‘BDS One’, Rabu (4/11/2020).
Lokasi sosialisasi atau kampanye dialogis di kediaman Muslimin Amin S St, pengurus Partai Golkar yang juga pengurus KONI Balikpapan. Hj Nurlena didampingi tim badan pemenangan pemilu (Bappilu) pimpinan H Mustaqim Lc MM dan turut menyertai Wakil Ketua Bidang Komunikasi, Media dan Penggalangan Opini H Sugito SH, Wakil Bendahara Bidang Hubungan Lembaga Politik dan Ormas Syarifuddin SPd, Wakil Bendahara Bidang Pengembangan Pembangunan Infrastruktur Michael dan undangan lainnya terdiri dari ‘emak-emak’ pendukung Rahmad-Thohari.

Acara yang dipandu Lely, tim Hj Nurlena berjalan penuh kekeluargaan itu, tersirat spirit kemenangan dari pekik yel-yel yang selalu menggema penuh kekompoakan.
Menurut Hj Nurlena, dirinya perlu menjelaskan langsung kaitan sosok Rahmad Mas’ud. Karena, sebagai istri tahu persis bagaimana watak, karakter dan sikap suaminya. Sehingga, jika ada ungkapan ‘miring’, bisa ditepis dan klarifikasi.
“Ibu dan bapak sekalian, kalau sebelumnya dengar sosok Rahmad dari orang lain, ini dari sang istri yang sudah menemani dan mengarungi rumah tangga selama 21 tahun. Jadi, kalau ada penilaian lainnya, percaya ungkapan saya. Memang, suami saya itu sering di-bully. Tapi, saya salut, ia tetap sabar dan ingatkan saya tidak boleh marah,” cerita Hj Nurlena dengan mata berkaca-kaca.

Mengarungi bahtera kehidupan yang sekarang dikaruniai Allah 6 orang anak, perjalanan kehidupan Rahmad Mas’ud tidak seperti ‘membalikkan telapak tangan’. Perjalanan hidupnya penuh ujian. Diibaratkan menghadapi tanjakan dan turunan.
“Tapi, walaupun uang belum banyak, Pak Rahmad selalu mendorong, mengajari saya dengan sedekah. Ayo sedekah katanya, sebab itu banyak berkahnya. Insya Allah akan sukses ke depan,” kata Hj Nurlena mengisahkan, kehidupannya masa lalu sang suami bersama dirinya.
Hj Nurlena, sosok wanita yang sama dengan wanita lainnya. Tentu ‘sayang’ dengan uang. Sebab, harus memikirkan ‘dapur tetap ngebul’ . Seorang wanita harus melihat, dan ahli mengelola aliran dana.

“Ibu-ibu lainnya gitu toh. Kan, bukan pelit yo. Tapi, mengatur keuangan ibarat bendahara di rumah,” cerita Hj Nurlena, dijawab kompak ibu-ibu lainnya dengan ungkapan betul.
Ternyata kata Hj Nurlena, sedekah itu dahsyat dan ajaib. Ia menilai pelajaran memberi sedekah dan menolong orang lain yang memerlukan ternyata berdampak terhadap bisnisnya. Seolah bisnis yang dijalani Rahmad Mas’ud dijadikan ‘medan jihad’ karena menolong orang lain juga mendapatkan kehidupan.
“Sekarang, karyawan Pak Rahmad itu sudah mencapai 1.000 orang lebih. Sepertinya target Pak Rahmad berbisnis bukan semata-mata mencari kekayaan, tetapi ingin juga mengurus manusia dengan mencintai dan mencari solusi lewat sedekah,” beber Hj Nurlena.

Kisah inspiratif Hj Nurlena kaitan suaminya, seolah seperti ‘novel perjalanan hidup yang indah’. Ia pernah mengalami kehidupan susah. Rahmad jadi yatim-piatu. Bahkan, pindah-pindah rumah.
“Ibu dan bapak, saya pernah menyewa rumah. Sempit lagi di kawasan Telaga Sari. Itu 20 tahun lalu. Pintu kamarnya, kecil jadi kalau mau lewat harus bergantian,” cerita Hj Nurlena yang membuat decak kagum undangan yang hadir.
Artinya, Hj Nurlena dan suaminya, tidak menempuh jalan bisnis yang instant. Penuh keringat dan air mata. Dan tidak seperti yang dibayangkan orang bahwa selalu pada zona nyaman.
“Sedekah Pak Rahmad itu sejak dulu. Sebelum jadi pejabat. Itu saja masih di-bully. Ada yang sebut riya dan lainnya. Berbuat baik saja dinilai tidak baik, apalagi tidak berbuat baik,” cerita Hj Nurlena memberi spirit lainnya.
Cara bersedekah Rahmad Mas’ud kata istrinya, di mana-mana. Jika sedang di Jakarta, pulang kampung ke Sulbar, di Makkah atau Madinah, selalu diburu orang. “Saya nggak tahu, Pak Rahmad itu selalu bersedekah di mana saja. Makanya, saya selalu diajarin sedekah dari dulu. Alhamdulillah, zakat dari harta kami dapat membantu orang lain,” ungkap Hj Nurlena.
Sehingga kata Hj Nurlena, jika sekarang ada keinginan kuat suaminya Rahmad Mas’ud ingin menjadi walikota, bukan cari penghidupan. Mereka sudah dicukupkan rezeki oleh Allah.
“Percayalah ibu-bapak, Pak Rahmad ingin jadi walikota karena semata-mata membuat kebijakan yang pro-rakyat,” pungkas Hj Nurlena.
SEKOLAH ISLAM GRATIS
Sementara itu, H Mustaqim yang merupakan kerabat dekat H Rahmad menyebutkan, tidak hanya sedekah tetapi Rahmad Mas’ud juga memiliki yayasan untuk kepentingan ummat yakni Rahmad Mas’ud Centre (RMC) yang digerakkan untuk aktivitas sosial.

Selain itu, ada pula membangun sekolah Islam gratis bernama Sekolah Peradaban Islam ‘Bani Mas’ud’ di bawah Yayasan Pendidikan Bani Mas’ud (Kampung Baru Islamic School) yang proses pengelolaannya dipercayakan H Mustaqim Lc MM yang pernah mengenyam pendidikan di Turki dan Yaman.
“Jadi ini sekolah mahal. Tapi semuanya gratis disubsidi oleh Pak Rahmad Mas’ud. Sebenarnya, persoalan gratis pendidikan itu, Pak Rahmad sudah melakukan jauh-jauh hari,” kata Mustaqim.
Dari kesungguhan niat itu, Rahmad Mas’ud ingin menjadi walikota karena ingin meningkatkan mutu pendidikan dan membantu masyarakat agar tidak sulit dalam menuntut ilmu.
“Intinya Pak Rahmad Mas’ud ingin mencari solusi bagaimana pendidikan itu tidak mahal. Sebab, setiap tahun jadi ‘jeritan ibu-ibu’. Sehingga, jabatan walikota ingin diraihnya,” jelas Mustaqim.
ORIENTASI KE MASYARAKAT
Sementara itu, jurkam H Sugito SH memberikan pandangannya, jabatan walikota yang ingin diraih Rahmad Mas’ud, semata-mata berorientasi untuk masyarakat. Bukan penghidupan tetapi kebijakan yang pro-rakyat.

Menurut Sugito, jabatan walikota strategis. Dapat membuat keputusan untuk rakyatnya. Makanya, adanya perwali bukan perwawali. Juga pergub bukan perwagub dan perpres bukan perwapres.
“Begitu penting jabatan itu, sehingga Pak Rahmad ingin menjadi walikota. Karena, selama ini jabatan wawali dianggap tidak maksimal, karena perannya dibatasi di lapangan,” urai Sugito.
Oleh karenanya, Sugito berharap masyarakat melihat secara jernih paslon Rahmad-Thohari. Karena, keduanya ingin melakukan perubahan di Balikpapan sesuai visi, misi dan strategi yang telah dibuat.
“Kedua paslon itu punya moral baik. Santun dan pekerja keras. Sehingga, pada tanggal 9 Desember 2020 mendatang, tak ada pilihan selain memilih Rahmad-Thohari calon tunggal yang ada gambarnya,” pinta Sugito sambil mengenalkan konsep 4M (Masuk bilik TPS, Membuka surat suara, Mencoblos Rahmad-Thohari dan Menang). (git)