TINTAKALTIM.COM-Di suatu kesempatan, ada waktu untuk santai. Itu dimanfaatkan, Wawali H Rahmad Mas’ud SE ME yang sedang cuti untuk sharing dan saling canda bersama sahabat, kerabat bahkan keluarga.
Ia sadari, banyak menerima informasi yang lewat ‘belantara sosmed’. Hal-hal yang sifatnya berupa kabar. Terkadang ‘diramu’ bahkan lebih menjurus ke pribadi dan fitnah.
“Si fulan, si A, B, C dan D buat informasi nggak benar eh pak,” cerita sahabatnya. Rahmad dapat kabar itu tidak terkejut. Bahkan, senyum dan dijawab bercanda.
“Kalau nggak mau dapat info ‘miring’ apalagi fitnah, nggak usah hidup di dunia. Intinya asal jangan main kekerasan seperti dipukul atau main fisik. Karena, pejabat itu risikonya dikritik, difitnah dan sebagainya,” jawab Rahmad santai.
Obrolan saat itu, dalam suatu tempat. Perjalanan menuju Sulawesi Barat (Sulbar). Rata-rata sahabatnya mendengarkan ‘wejangan’ Rahmad. Ada Ustaz Mustaqim, Rosman Abdulloh, Andi Welly, H Tahir dan lainnya. Bahkan, ceritanya pun tak hanya di Sulbar tetapi juga di tempat-tempa lain jika lagi bersantai di Balikpapan atau rumah pribadinnya. Ada sahabat lain seperti Ir Patman Parakkasi, Syarifuddin, H Junaedi Latief, Andi Arief Agung, Abdulloh S Sos, Ahmad Malolongan dan lainnya yang terkadang selalu menemani Rahmad.
Rahmad jika mendengar nada miring itu, intinya nggak ingin bersikap frontal. Ingin teduh dan tak ingin membalas. Tetapi terkadang sahabatnya selalu melakukan langkah-langkah klarifikasi, tabayun dan lainnya.
“Kalau nggak benar, ya klarifikasi. Gitu toh. Terus, doakan orang yang memfitnah itu supaya panjang umur,” ujarnya sambil senyum.
Rahmad yakin, tak ada manusia sempurna di dunia. Tak ada yang lebih baik. Dan dirinya juga tak ingin ‘dikultuskan’ bahwa orang baik. Jika ada yang tidak suka pada dirinya, itu wajar. Rasulullah saja yang jelas-jelas dijamin masuk surga dan akhlaknya sangat baik, begitu banyak yang membenci. Itu pertimbangannya.
Dan, dalam kehidupan di dunia tidak akan manusia luput dari keseharian dengan fitnah atau dizhalimi orang lain. Berbuat baik saja sebanyak-banyaknya, tetapi kebaikan itu ‘belum tentu dianggap baik’. Dinilai riya lah dan sebagainya.
“Jangan stress atau down. Itu dunia. Sebab, terkadang hal yang kecil saja dijadikan besar. Kita harus siap untuk tegar dan sabar menghadapi kondisi apapun. Apalagi sebagai pejabat toh. Dunia ini mi…,” kelakar H Rahmad Mas’ud SE ME saat bersama rekan, sahabat dan kawan-kawannya sambil diskusi ringan di suatu tempat.
Rahmad sesekali senyum jika ada informasi bahwa dia difitnah. “Dari siapa, semoga yang fitnah diampuni Allah. Gini, jika kita difitnah atau dizahalimi, keburukan kita akan diberikan kepada yang memfitnah. Kebaikan yang fitnah kan ke kita. Alhamdulillah dapat bonus kebaikan,” kata Rahmad dengan nada santai.
Tapi pak, fitnahnya tidak benar: “He he, ya diluruskan. Nggak perlu marah, nggak perlu emosi. Santun saja dan saya selalu ingatkan teman-teman, tak perlu menjawab di sosmed dengan hal-hal yang negatif. Nanti dipikir itu dari saya. Ya karakter manusia berbeda-beda,” ujar Rahmad mengingatkan pendukungnya.
Rahmad pijakannya selalu agama. Sebab, ia dan keluarga dikenal insan yang taat. Ia menyebut, fitnah itu kata Rasulullah harus diterima ikhlas. Ia memberi perumpamaan, bahwa orang difitnah itu ibarat bola ping-pong yang ditekan dalam air. Jika bola itu dilepaskan, maka akan melompat tinggi ke angkasa.
“Jadi kalau kalian difitnah, ikhlas, ridho. Insya Allah derajatnya ditinggikan Allah seperti lompatan bola ping-pong itu,” jelas Rahmad yang ternyata memberi kesejukan hati bagi yang mendengarnya.
Bagaimana kalau ada fitnah tidak betul menyentuh urusan keluarga? Ya dicari siapa yang fitnah. Diluruskan, ditanya atau disikapi dengan baik-baik. “Terkadang berbagai cara orang itu ingin kenal. Ada yang lewat cara-cara kritik dulu. Ada yang menilai Rahmad A, B dan C. Biasa itu,” ujarnya.
Akhir diskusi, kadang Rahmad tak ingin jika ada fitnah dari oknum tertentu, ia jadikan ‘ganjalan hidup’. “Percaya saja dengan Allah. Jangan mudah menuduh orang lain tanpa bukti. Kalau ada fitnah, sikapi bijaksana. Dunia ini mi, dunia. Enak olahraga saja dan rileks,” kelakarnya, disambut tawa sahabatnya. (tig)