TINTAKALTIM.COM-Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Dhomber Balikpapan (Kaltim), Kolonel Pnb Dedy Susanto SE, boleh disebut sebagai penerbang senior. Ia telah mengantongi sebanyak 6.000 jam terbang.
Bukan itu saja, ia juga sebagai instruktur di sekolah penerbangan TNI AU Lanud Adisutjipto Jogyakarta dan pernah dipercaya sebagai leader tim aerobatic Jupiter.
Tim ini yang mampu menerbangkan pesawat dengan berbagai aksi manuver di udara, ketika diperagakan pada event perayaan nasional bahkan pernah tampil di event internasional.
“Naik pesawat itu harus enjoy dan patuhi safety dunia penerbangan. Karena, pilot sudah tahu apa yang dilakukannya,” kata Dedy Susanto saat berbincang santai ketika menerima kunjungan silaturahmi jajaran pengurus Media Online Indonesia (MOI) Kaltim, Senin (8/03/2021) di ruang kerjanya kawasan Jln Marsma Iswahyudi.

Rombongan MOI Kaltim terdiri dari Jerison Togelang (ketua), H Sugito SH (wk ketua), Dwi Yoga Mukti (humas), Daud Kendek (bidang pengembangan usaha), Shinta Trisiana (wartawan), Asih Fridayani (wartawan). Ikut juga menerima rombongan Kepala Penerangan Lanud Dhomber Kapten Sus Deni Kusdinar dan staf lainnya.
Danlanud lebih banyak memberi ilsutrasi terkait keberadaan institusinya. Sebenarnya, jika dilihat dalam skup tugas daya jangkau (coverage area) yang ditanganinya se-Kaltim bukan Balikpapan.

Sehingga, lebih tepat kalau disebut Dhomber Kaltim yang berkantor di Kota Balikpapan. “Makanya saya sampaikan ke Pak Wagub Kaltim (Hadi Mulyadi, red), agar diikutkan dalam rapat pimpinan daerah se-Kaltim,” urai Danlanud.
Danlanud lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1995 ini, dilahirkan memang untuk menjadi penerbang pesawat tempur. Ia pernah memimpin sekolah penerbangan di Lanud Adisutjipto sebagai Instruktur Sekolah Penerbang.

“Saya mengemban amanah di Lanud Adisutjipto 14 tahun jadi instruktur dan dipercaya sebagai komandan wing pendidikan (windik) terbang yang memiliki peran strategis,” jelas Dedy.
Windik terbang yang dipimpinnya, untuk mendidik awak pesawat TNI AU khususnya penerbang dan navigator. “Ya saya mengajar untuk pengembangan spesialisasi perwira penerbang yang diarahkan untuk jadi instruktur penerbang yang terampil dan handal,” kata Dedy.
ENJOY DAN TURBULENSI
Dalam kaitan dunia penerbangan, Dedy berbagi ilmu tentang tranportasi udara yang menurutnya, moda transportasi paling aman itu ya pesawat terbang.
“Pesawat digerakkan menggunakan auto pilot. Dan diatur teknologi. Sehingga, jika dibandingkan dengan kecelakaan di darat, jauh sekali. Tapi, kalau ada kecelakaan pesawat menjadi viral dan membuat masyarakat khawatir,” urai pria kelahiran Banyuwangi yang baru 2 bulan menggantikan Danlanud sebelumnya Kolonel Pnb HendrayanSyah S Sos ini.

Dedy mengakui, masih banyak penumpang pesawat khawatir naik pesawat. Bahkan ada yang phobia atau rasa ketakutannya tinggi. Padahal, kalau pesawat sudah take off dan ada guncangan itu biasa. Itu disebut turbulensi.
Menurut Dedy, turbulensi adalah gerakan udara yang tak beraturan atau berputar tidak beraturan. Turbulensi karena pesawat menembus awan. Tapi ada juga turbulensi udara cerah. “Bisa juga turbulensi itu adanya gelombang udara yang terpancar dari pesawat di depan kita,” ujar Dedy.
Ditambahkan Dedy, turbulensi itu pilot sudah tahu apa yang harus mereka lakukan. Sebelum melakukan penerbangan pun, biasanya pilot dan awak kabin sudah melakukan perkiraan.
“Kalau ada awan hitam gelap, pilot itu bisa menghindar dan mencari rute lain demi penerbangan terbaik. Jadi turbulensi itu hal biasa dalam dunia penerbangan,” urai Dedy.
Pilot kata Dedy, dalam keadaan pun harus tetap santai dan tanggap. Ada alat pendeteksi khusus. Pilot juga harus menenanangkan penumpang dan bekerja profesional.
“Tapi memang ada yang disebut awan berbahaya yakni CB (cumulonimbus). Awannya gelap dan menjulang tinggi. Ini sangat berbahaya jika ada petir. Hanya, jika turbulensi jangan jadi momok menakutkan. Karena pesawat didesain untuk menahan turbulensi sangat kencang sekalipun. Apalagi masuk awan yang terlihat putih. Itu tak masalah,” urai Dedy
Dalam silaturahmi itu, Dedy juga banyak bercerita kaitan selama bertugas di Bandara Adisutjipto Jogjakarta. Diakuinya, terkadang ada pesawat yang harus berputar-putar di udara menunggu giliran untuk landing.
“Bandara Adisutjipto itu kan terkadang ada latihan militer. Jadi, ya begitu. Dan seluruh maskapai penerbangan sudah mengetahuinya. Tetapi sekarang sudah ada bandara baru yakni di Yogyakarta International Airport atau Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo. Jadi, tak masalah untuk penerbangan komersial,” pungkas Dedy yang sangat humble dengan jajaran jurnalis ini. (gt)