TINTAKALTIM.COM-Traveling atau jalan-jalan baik itu wisata ataupun ziarah, tak enak kalau dilakukan sendirian. Enaknya ya bersama pasangan. Sebab, jalan bersama pasangan tentu suami-istri sepertinya sederhana, tetapi tak semua dapat dilakukan.
Jalan-jalan yang menciptakan suasana romantis, tak harus tempat mewah. Yang penting dapat menikmati bersama. Apalagi dilakukan dengan konsep spiritual. Dimensinya tentu berbeda, karena destinasinya tidak berbau hura-hura.
Ada hal-hal menarik selama perjalanan. Bahkan bisa jadi ‘bumbu’ sedap baik itu soal kuliner maupun cerita di mobil selama melaju menuju tempat tertentu. Karena, ceritanya bisa ngalor-ngidul. Sebab, bisa saja ada canda-tawa, ngemil dan lainnya.
Tentu, perjalanan ini bukan tour. Sehingga, itinerary atau rencana perjalanan dan budget tergantung ‘ketua perjalanan’. Bahkan, bisa jadi mengangkut rombongan besar. “Nikmati saja perjalanan ini. Intinya happy dan refreshing. Sebenarnya ini untuk ziarah,” kata Wakil Walikota (Wawali) Balikpapan H Rahmad Mas’ud SE ME dan istri yang melakukan perjalanan ke Sulawesi Barat (Sulbar).
Ia membawa anak perempuannya Hafatiar atau biasa disapa Tia. Dan rombongan kerabat serta keluarga. Tetapi, Rahmad selalu bersama sang istri Hj Nurlena dalam berbagai kesempatan. Hanya sesekali, bergabung, bercanda dan berkelakar bersama rombongan.
Saat di perjalanan, Rahmad seolah melepaskan atributnya sebagai pejabat. Ia ingin tak ada sekat. Makan bersama, duduk bersama. Cerita yang sersan alias serius tapi santai.

Hanya, Rahmad dan istri selalu membuat iri rombongan. Saat makan, ia selalu berdampingan dengan istrinya dan bercengkerama. Terpancar bahwa romantisme kehidupan itu diciptakan berdua dalam setiap aktivitas.
Rahmad dan istri, bahkan anak-anaknya memang sering mempertontonkan romantisme. Misalnya, kerap dalam postingannya di sosial media khususnya instragram (IG), menunjukkan style lucu dan keakraban. Sehingga, sampai-sampai istri penulis berkomentar: “Lucu dan romantisnya ya Pak Rahmad dan Bu Rahmad”. Coba lihat di IG,” .
Di perjalanan, sebelum sampai ke Mamuju, Rahmad-istri turun dari mobil berdua, saling menunggu. Menuju warung kecil dan menempati meja kecil yang hanya cukup 4 orang. Tetapi, keduanya selalu melempar senyum. Menikmati perjalanan tersebut.
Ia mampir bersama anak dan rombongan di rumah makan ikan bakar tiung-tiung alias ikan terbang. Lokasinya di daerah Labuang Somba Kecamatan Sendana Kabupaten Majene. Menunya, ternyata hanya mie instant. “Kita kembali seperti anak kost,” kelakarnya.
Mie instant itu, dibaginya dengan istri dan anak-anaknya. Sebab, jika menunggu ikan bakar masih terlalu lama. Tak heran, Rahmad-istri pun melahap makanan itu penuh kenikmatan. Lagi-lagi, romantisme itu terlihat. Sang istri selalu berbagi cerita. Di sisi lain, mengingatkan sang suami dalam berbagai hal. Entah ‘teguran apa’, tetapi sepertinya bentuk rasa kasing-sayang berdua.
Suasana ‘pecah’ dan humoris pun selalu ada. Itu karena hadirnya Abah Tahir dan Andi Welly yang dikenal jago berkelakar dan membuat cerita-cerita humoris. Apalagi lontaran Andi Welly yang cukup dikenal dengan kalimat misalnya: ambil-langkah-langkah. Intinya senangnya bersama.
NASI KUNING DI SUNGAI
Perjalanan penuh canda terus dilakukan. Sesampai di lokasi, Rahmad-istri menempati rumah besar di kawasan Mamuju. Rumah itu pernah dipergunakan sebagai rumah jabatan Wakil Gubernur dan Ketua DPRD Sulbar. “Sempat disewa dan jadi rumah dinas,” kata keluarga Rahmad Mas’ud, Abah Hajar Nuhung.
Kunjungan saat itu ke Sungai Mamuju. Rahmad sesampai di sana menggelar lampit atau tikar tempat duduk. Lagi-lagi, keduanya menunjukkan romantisme. Makan nasi kuning di tepi sungai yang dibawakan sang istri Hj Nurlena. Terlihat nikmat dan penuh canda. Dan setelah itu, Rahmad renang bersama rombongan. Sementara sang istri, mengabadikan aktivitas sang suami.
DEPOT TANGKI BBM
Keesokan hari, rombongan disertai Rahmad dan istri mengunjungi lahan yang akan digunakan untuk pembangunan depot tangki bahan bakar minyak (BBM) di daerah Lombo’na Desa Tubo Tengah Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene.

Lokasi itu milik H Rahmad dan sudah beberapa kali disurvei PT Pertamina. “Nantinya BBM untuk kebutuhan wilayah Provinsi Sulbar dan sekitarnya,” kata Abah Hajar, yang jadi guide ke lokasi itu saat kunjungan.
Rahmad-istri selalu bedua. Ia menelusuri jalan-jalan terjal masuk kawasan hutan. Bahkan berjalan sepanjang pantai dilapisi batu-batu karang. Jika tidak hati-hati, maka dapat terpeleset dan jatuh ke air. Di tepi pantai, Rahmad-istri berpose. Minta difoto. “Nah, harus difoto ini, kita sedang mesra berdua istri,” pinta Rahmad kepada fotografer Sofyan.
Saat melintas di atas batu karang, Rahmad selalu bergandengan dan memegang erat tangan sang istri Hj Nurlena. Apalagi, ketika harus naik ke atas bukit menuju rumah yang didiami petugas yang menjaga lahan. “Sini, nggak masalah ini lokasinya. Kita berpegangan, tangkap tangan saya,” pinta Rahmad dengan mesra kepada istrinya, perlahan tapi pasti mampu membawa sang istri tercinta ke daratan kembali.

Tetapi, karena jalur pantai menuju darat terlalu panjang, Rahmad-istri sebelumnya harus menaiki perahu dayung atau sampan dayung. Terlihat romantisme berdua. Rahmad mendayung sang istri berada di depan. “Wah bulan madu lagi ini Pak Rahmad dan Bu Rahmad,” ujar Ustaz Mustaqim, berkomentar melihat keduanya di atas perahu.
Rahmad memang selalu menghargai dan menyayangi istri serta anak-anaknya. Di saat deklarasi menjadi calon walikota pun, ia sempat berujar, bahwa tak ingin istri di depan atau di belakangnya, tetapi di sampingnya bersama-sama dirinya mengarungi bahtera kehidupan. “Jujur di balik pria atau lelaki sukses, pasti selalu ada wanita di sampingnya. Dia itu adalah istri saya,” ujar Rahmad tersenyum.
Menurut Rahmad, suami-istri harus memahami antar satu sama lain, agar kebahagiaan dapat utuh terjaga. Selalu berdoa agar kebahagiaan hakiki dapat diwujudkan.
Ia menyebut, tak dapat dipungkiri, peran kaum perempuan itu kuat sekali dalam pergaulan. “Di belakang kehidupan saya ada istri serta anak-anak yang memberi spirit. Apalagi istri, dia telah membesarkan anak-anak saya. Jadi ya harus romantis setiap hari,” ujarnya.
Rahmad Mas’ud, adalah sosok bapak yang tentu tak ingin hanya berpikir bahwa istri itu hanya urusan kasur, dapur dan sumur. Tetapi, sukses berperan mengiringi kesuksesan suaminya dengan seni berumahtangga yang cerdas dan membangun mahligai rumah tanga yang sakinah, mawaddah dan warohmah.
KAKAK IBU RAHMAD
Dalam perjalanan akhir, romantisme Rahmad-istri pun tak pernah henti. Itu diperlihatkan saat mampir ke rumah Ibu Hj Adawiah yang tak lain ibunda Hajar Nuhung. Ibu itu adalah kakak kandung dari Hj Ruwaidah yang merupakan ibunda tercinta H Rahmad Mas’ud. Lokasinya berada di daerah Banua Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.

Rahmad, lagi-lagi makan mie instant. Juga telur masak bersama sang istri. Usai makan, ia merebahkan kepalanya ke pangkuan sang istri. “Maaf ya, aku romantis dulu sama istri tercinta,” ujarnya. Rombongan pun mahfum, bahwa itulah pasangan suami istri yang selalu romantis dalam setiap keadaan.
MENGACA RASULULLAH
Ustaz Mustaqim, kerabat Rahmad menilai apa yang dilakukan Rahmad dan istri itu mencontoh kehidupan Rasulullah. Sebab, dalam berbagai riwayat ditemukan betapa romantisnya Rasulullah bersama para istrinya. Itu artinya, seorang muslim dalam mewujudkan romantisme dalam rumah tangganya sudah ada teladan yang bisa dicontoh.
Menurut Mustaqim, romantisnya Rasulullah banyak ditunjukkan pada sejumlah hadist. Seperti, Rasulullah disuguhkan sebuah wadah (air) kepadanya oleh istrinya. Padahal saat itu istrinya sedang haid. Lantas Rasulullah mengambil wadah itu dan meletakkan di mulutnya. Dan, itu bekas mulus sang istri. “Romantisnya toh kehidupan Rasulullah dan istri. Apakah di era sekarang ada istri-suami berbagi gelas begitu,” kelakar Mustaqim.

Cerita lainnya, Rasulullah meletakkan kepalanya di pangkuan Siti Aisyah sang istri, dan sang istri saat itu dalam keadaan haid. “Jadi kalau membaca cerita Rasulullah bersama istrinya, semuanya romantis. Nah, yang dipertontonkan Pak wawali itu pun mengaca atau mencontoh kehidupan Rasulullah,” ujar Ustaz Mustaqim, Pengasuh Sekolah Islam Bani Mas’ud ini. (git)