TINTAKALTIM.COM-Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Migas Balikpapan program studi (prodi) D3, studi ke Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PDAM) untuk melihat proses air bersih yang jadi kebutuhan primer masyarakat, Kamis (16/03/2023).
Mereka dari program studi teknik instrumentasi & elektronika migas yang totalnya 28 mahasiswa didampingi dosen DR Hamsir SPd, berkunjung dan melihat langsung Waduk Manggar dan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) kilometer 12.
Supervisor Customer Service (CS) PDAM Balikpapan Suryo Hadi Prabowo menerima rombongan mereka. Sekaligus memberikan pemahaman prinsip pengolahan air juga wawasan tentang pengolahan terkini, operasi, proses dan pemeliharaan sistem.
“Kami sangat terbuka dengan masyarakat. Justru senang semua elemen berkunjung, bagi mahasiswa tentu sebagai latihan atau training pengolahan air,” kata Suryo Hadi Prabowo yang didampingi Supervisor Sumber Air Baku Rahmatullah dan tim serta Supervisor K3 Satuan Pengawas Internal (SPI) H Suriansyah untuk menyambut rombongan STT Migas itu.
Menurut Suryo, mahasiswa ingin mengetahui detail bagaimana proses pembuatan atau pengolahan air bersih itu hingga sampai ke pelanggan. Dan tim juga menceritakan sejarah Waduk Manggar juga debit air dan
cakupan pelayanan di masyarakat.
“Kami dari tim PDAM menjelaskan, bahwa apa yang diproses itu sesuai kebutuhan. Problem mendasar Kota Balikpapan memang air baku, sebab hanya bertumpu pada air tadah hujan bukan sungai,” ungkap Suryo.
Di sisi lain kata Suryo, topografi Kota Balikpapan tentu berbukit-bukit dan elevasinya tinggi. Sehingga, jika harus mendistribusikan air ke pelanggan menggunakan pompa.
“Berbeda dengan daerah yang flat seperti Malang Jawa Timur misalnya, makanya biaya listrik kita tinggi sebab harus mendorong pompa untuk kepentingan daerah-daerah tinggi. Itu pun masih ada yang tidak mengalir karena kondisi debit air belum maksimal,” urai Suryo.
Menurut Suryo, PDAM Balikpapan sudah dijalankan profesional, layaknya perusahaan lainnya. Hanya, masih juga harus perlu dukungan masyarakat. Contohnya, tingginya angka kehilangan air atau Non Revenue Water (NRW). “Kehilangan air itu kan selisih antara jumlah air yang dialirkan dengan jumlah air yang dikonsumsi. Biasanya ada faktor teknis dan non-teknis di lapangan. Sampai juga penyambungan ilegal. Ini kan letakknya di masyarakat. Kami terus berupaya menurunkan NRW ini,” ujar Suryo.
Disebutkan Suryo, tim memberi penjelasan sesuai kapasitas. Respon mahasiswa sangat tinggi, bahkan ke depan akan dijadikan program khusus untuk berkunjung ke PDAM Balikpapan. Mereka akan menjadikan kunjungan itu tolok ukur (benchmark) bagi mahasiswa lainnya.
Menurut Suryo, kunjungan ke ‘dapur PDAM’ bagi seluruh elemen dinilainya program bagus. Sebab, sangat linier dengan program internal perusahaan yakni education trip atau perjalanan pendidikan. “Sambil melihat proses bagaimana air baku diolah hingga ke rumah konsumen, sekaligus melakukan perjalanan pendidikan toh,” pungkas Suryo Hadi Prabowo. (gt)