TINTAKALTIM.COM-PT (Persero) PLN terus mewujudkan kerja baik. Semua itu masuk dalam budaya. Kini slogan PLN Terbaik dijadikan modal kuat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tentu tidak hanya sebatas slogan atau jargon, kata ter yang dipadukan kata sifat baik dengar arti paling baik, tentu tidak mudah untuk diimplementasikan. Perlu dukungan semua pihak. Internal dibangun konsep moral superteam dan ekternal seluruh stakeholder mendukung kebijakan PLN.
Justru PLN sekarang memiliki pedoman perilaku dan etika bisnis. Tentu ini membedakan perusahaan penyedia listrik ini dengan perusahaan lainnya. PLN ingin berubah, PLN ingin maju, PLN ingin profesional dan PLN ingin bersih. Semua itu diatur dalam tata aturan yang lengkap.
PLN ingin menjadi salah satu penentu kesuksesan bisnis dibalut dengan etika dan profesionalisme. Sehingga aspeknya luas sebab menyangkut individu, perusahaan dan masyarakat. “Etika bisnis dan pedoman perilaku itu sudah dituangkan lewat komitmen direksi serta komisaris,” kata General Manager (GM) Unit Induk Wilayah (UIW) PT PLN (Persero) Kaltim-Kaltara, Djoko Dwijatno saat berbincang dengan Tintakaltim.Com di suatu kesempatan. Obrolan ringan, santai dilakukan secara mobile tapi maknanya luas. Sebab, terkait masa depan PLN yang harus dikerjakan sinergi dan kolaborasi.
Prinsip integritas moral dan bisnis itu kata Djoko, masuk dalam tata nilai PLN. Itu sudah jadi panduan bagi seluruh insan PLN dalam pola pikir, sikap dan perilaku sehari-hari dalam bekerja. “Sekarang PLN sudah merumuskan buku pedoman dan etika bisnis itu. Dalam buku itu juga menjelaskan bagaimana yang disebut dengan 3P atau perbuatan, pikiran dan prinsip insan PLN,” jelas Djoko.

Penjabarannya, ketika kita percaya PLN maka slogan PLN Terbaik itu harus dijalankan dengan sikap dan etika profesional. Karena PLN Terbaik punya makna. Terbaik itu diimplementasikan dengan Tumbuh bERkemBAng dengan Integritas dan Keunggulan (Terbaik). Itulah prinsip integritas moral. “Tidak sekadar dijalankan begitu saja, ini menyangkut keputusan dan tindakan seluruh insan PLN,” kata Djoko yang menambahkan bahwa semua itu demi citra baik perusahaan.
Jika bicara bisnis kata Djoko luas sekali aspeknya. Di PLN ada rambu yang membentengi. Ada etikanya yang lahir dari umpan balik proses implementasi internalisasi di perusahaan. “Kita sering mendengar istilah tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Nah ini lebih luas dan disempurnakan pada tubuh PLN,” kata Djoko bersemangat.
Selain itu kata Djoko, pedoman perilaku dilakukan sungguh-sungguh. Ada tata nilai unggulan yang di dalamnya ada sinergi, profesionalisme, berkomitmen pada pelanggan. Semua harus dijunjung tinggi insan PLN. Tidak bisa sekarang PLN main-main dengan etika bisnis maupun pedoman perilaku tersebut. Sebab, reward dan punishment-nya pun jelas.

Apalagi katanya, PLN punya visi untuk diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang serta unggul dan terpercaya, dibalut dengan ragam misi. Sehingga, masyarakat juga harus mengetahui itu. Tidak dapat perusahaan BUMN ini dijalankan secara tidak profesional, asal-asalan dan keluar dari etika bisnis.
Bahkan katanya, termasuk persoalan benturan kepentingan pun diatur dalam pedoman perilaku tersebut. Sehingga, seluruh insan PLN telah diberikan rambu-rambu untuk bekerja profesional tadi. Seperti, tidak boleh ada conflict of interest, memanfaatkan jabatan untuk kepentingan yang melanggar etika bisnis. “Bahkan kita memikirkan juga kaitan gratifikasi, peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sampai keamanan. Jangan sampai ini semua dilanggar,” ujar Djoko lugas.
Tidak hanya sekadar etika dan perilaku, PLN Terbaik juga memberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan promosi. Ini diwujudkan lewat kebijakan peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang sudah mengarah pada human capital management. Dilihat talenta dan kesuksesan seseorang, sehingga penentuan karier itu jelas. Bukan like and dislike.
Menyinggung tentang akuntabilitas publik, menurut Djoko telah diatur pula masalah integritas laporan keuangan yang menggunakan standar akuntansi keuangan dan dikeluarkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Sehingga, clear and clean. “PLN sudah menjadi perusahaan yang ditata secara profesional. Ini pekerjaan berat dan harus didukung semua pihak,” ungkap Djoko.
WHISTLE BLOWER
Dalam konteks pelanggaran, PLN telah pula membuka peluang bagi whistleblower dengan membuat ketentuan whistle blower system (BWS). Ini untuk pengungkapan tindakan pelanggaran yang merugikan perusahaan. PLN memberikan perlindungan atas tindakan. Itu kata Djoko dirahasiakan identitas pelapor. “Ini menyangkut kepentingan perusahaan yang harus bersih tadi. Makanya perlindungan bagi pelapor juga diatur,” tambah Djoko.
Djoko lalu beristilah bahwa whistle blower itu ibarat ‘peniup peluit’ yang menunjukkan adanya suatu mekanisme pengaturan pelanggaran. Tentu insan PLN dan masyarakat dapat menyampaikan apa yang diketahui, dirasakan, dialami maupun kepekaaannya terhadap hal-hal terkait dengan perilaku tadi. “Jadi sistem ini mengatur tentang pelaporan pelanggaran. Siapapun berhak melaporkan kepada PLN, tim nanti yang akan menilai. Ini sebenarnya bentuk jaminan bagi insan PLN atau pelapor umum lainnya jika melihat ada kecurangan,” tambah Djoko.
Dalam bedah pedoman perilaku katanya, ada pula diatur bagaimana hubungan dengan mitra kerja serta investor. PLN harus membina hubungan harmonis dengan pemerintah termasuk legislatif atau DPR maupun DPRD, hubungan masyarakat, hubungan dengan media massa bahkan hubungan dengan penegak hukum. Jadi begitu lengkap dan transparan.
Dalam konteks kerja giat itu, Dirut PLN era sebelumnya Dahlan Iskan, pernah menggelorakan semangat kerja-kerja-kerja. Spiritnya untuk bekerja baik, meski banyak tantangan menghadang. Ada keinginan besar dari jajaran direksi sampai staf untuk bekerja di PLN bukan hanya rutin. Berangkat pagi, pulang sore dan seterusnya. Tapi, lebih jauh itu ada nilai passion, tanggung jawab terhadap perusahaan yang outpunya pelayanan kepada masyarakat terbaik.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kelistrikan yang melayani masyarakat, PLN terus bertekad memberikan pelayanan ketenagalistrikan sesuai standar internasional. Sehingga, dalam menjalankan bisnis listrik, tidak berlebihan kalau tagline PLN Terbaik harus jadi pedoman bekerja seluruh insan perusahaan stroom ini.
Apa ada barrier dalam implementasinya, Djoko menyebut bahwa itu harus dicarikan solusinya. Sebab, PLN jauh-jauh hari sudah pernah melakukan deklarasi komitmen dengan pihak eksternal. “Makanya kita sering menggelar acara yang mensinergikan dan kolaborasi dengan multi-stakeholder. Sebab, kerja PLN dalam penyediaan listrik bukan hanya dari PLN, perlu dukungan semua pihak. Apalagi dalam ‘pundak PLN’ memikul kerja berat lewat jargon PLN Terbaik tersebut,” sebut Djoko yang menambahkan bahwa landasan berpijaknya tetap dari dukungan pelanggan yang menggunakan daya listrik PLN.

Seluruh SDM PLN bekerja inginnya hasil terbaik. Makanya interaksi PLN diperlukan. Sebagai pelayan masyarakat, PLN kata Djoko sadar sering mengalami kendala teknis dan non-teknis, itulah kerja mulia sebab sasaran akhirnya masyarakat juga harus menyambut dengan ungkapan terbaik.
Dalam mewujudkan PLN Terbaik kata Djoko, PLN harus terbuka. Ruang-ruang diskusi publik dibentuk. Semacam forum multi-stakeholders, forum group diskusi dan semua itu dipertajam dengan melibatkan insan pers. Sebab diakui Djoko, peran wartawan sangat besar untuk membuat PLN Terbaik untuk leading.
Akhirnya, semboyan PLN Terbaik sudah ‘dipikul’ seluruh SDM PLN dari staf sampai direksi. Sehingga, reformasi di semua sisi harus dibenahi khususnya reformasi pelayanan. Agar, citra positif dalam pelayanan masyarakat dapat terwujud. “Semua pihak harus mendukung PLN Terbaik, supaya hasil pelayanan baik dan PLN menjadi BUMN pilihan penyedia tenergi listrik dapat menjadi kepercayaan publik dalam pelayanan,” pungkas Djoko. (git)