TINTAKALTIM.COM-General Manager (GM) PT ASDP Indonesia Ferry Persero Cabang Balikpapan Ardy Ekapaty menegaskan, bisnis transportasi penyeberangan, termasuk transportasi sungai dan danau di Pelabuhan Kariangau sekarang ini load factornya sangat kecil. Sehingga, ‘kue’ yang tersedia harus dibagi ke sejumlah operator . Sehingga, strategi marketing dilakukan seluruh operator bagaimana mencari pasar.
Strategi marketing itu dalam bentuk reward dan sudah menjadi kebijakan operator. Dan itu menguntungkan sopir, sehingga bisa disebut itu bagian dari pola marketing atas kerja-kerja di lapangan. Karena, inovasi di lapangan dalam mencari market harus tetap dilakukan.
“Semua operator melakukan. Operator ferry di Indonesia dalam menarik pasar punya strategi berbeda. Semua operator yang mengelola ferry di Pelabuhan Kariangau mengetahui itu. Jadi kalau ada yang menyebut, pola pengaturan, pengondisian jadi heran kita antaroperator ini,” kata Ardy menanggapi adanya dugaan pengondisian atau pengaturan terkait dengan muatan yang ada di operator ferry Pelabuhan Kariangau.
Berdasarkan data sebelumnya dari BTPT Wilayah XVII Kaltim-Kaltara pimpinan Avi Mukti Amin, memang di Pelabuhan Kariangau hanya dilayani sekitar 17 kapal. Sekarang sudah mencapai 18 kapal dengan 12 kapal ferry operasi dan 6 di antaranya off yang dikelola 6 operator. Sehingga, antara kapal dan muatan sudah tidak berimbang. Jika disebut ada pengaturan penumpang dan lainnya, itu tidak benar.
Dari data itu, maka masing-masing operator dalam rapat memutuskan untuk memasang strategi marketing agar usahanya dapat terus survive dan mendapatkan revenue yang baik.
“18 kapal ferry yang dikelola owner masing-masing operator itu strategi marketingnya sama. Sekali lagi, kalau ASDP melakukan, operator lain juga. Kenapa harus iri dan saling menuding bahwa kita semua merebut pasar. Awalnya 6 operator sepakat. Ternyata ada 1 operator yang tidak setuju. Aneh toh. Justru 5 operator fine-fine saja,” jelas Ardy.
Dari fakta di lapangan kata Ardy, operator yang memberikan cash back itu ibarat simbiosis mutualisme atau saling mentungungkan. Memberikan pekerjaan dan membuka peluang untuk mencari makan pihak lainnya. Bahkan, antar operator jika ada hal yang harus dibicarakan ditentukan dalam rapat. “Dalam rapat setuju, tapi setelah itu mereka teriak-teriak di luar. Ya harusnya operator itu fair. Ini bisnis bersama dan mengapa harus saling menyalahkan operator,” tegas Ardy.
STRATEGI MARKETING OPERATOR
Menurut Ardy, sejauh ini mekanisme pasar itu juga dipantau Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah Kaltim-Kaltara di bawah kepemimpinan Avi Mukti Amin. Khususnya kaitan muatan dan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Sehingga, strategi marketing masing-masing operator juga diketahui.
Ia pun menyebutkan, pengaturan penumpang dengan sistem monopoli sangatkan tidak wajar. Sebab, pihak KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) tidak menemukan adanya indikasi itu.
Oleh karena itu menurut Ardy, pihak ASDP sangat terbuka dalam setiap kesempatan. Sebab, sejauh ini dengan operator lainnya pun sangat akomodatif.
“Sekali lagi jika persoalan bisnis internal, jangan dikaitkan-kaitkan dengan bisnis pihak lain. Sehingga, bisnis penyeberangan ferry ini tidak sampai kena imbasnya. Kasihan operator lain cari penghidupan, apalagi di tengah pandemi covid-19 yang pasarnya terus menurun karena adanya sejumlah kebijakan yang diterapkan ,” pinta Ardy.
Manejemen SDP kata Ardy, melarang keras apapun bentuk pelaksanaan atau perbuatan serta tindakan yang dapat merugikan perusahaan. “Kami komitmen dengan bisnis yang fair. Jadi, ayo seluruh operator melakukannya juga dengan fair,” pungkasnya (gt)