Catatan: H Sugito SH, *)
TINTAKALTIM.COM-Kejadian tiket full tujuan tertentu itu sering dialami calon penumpang pesawat. Apalagi menjelang Idul Fitri 2024. Jutaan masyarakat mudik, sehingga ini momen meraup keuntungan dari penjualan tiket pesawat. Harga tiket meroket gila-gilaan dan di beberapa rute menyentuh harga Rp3-4 jutaan per orang.
Ini yang dialami penumpang untuk jurusan ‘gemuk’ seperti Balikpapan-Jakarta, Balikpapan-Surabaya atau sebaliknya dan jurusan lainnya.
Tiket full. Maklum, ada ‘hajatan dunia’ yakni Idul Fitri plus mudiknya. Sehingga situasinya menjadi peak season apalagi libur panjang Idul Fitri. Cari tiket susah, kalaupun ada harganya gila-gilaan.
Bagi pemudik, yang tidak booking tiket pulang pergi (PP), tentu banyak risiko dihadapi. Jadwal pulang masuk dalam tentative alias belum pasti. Karena, ketika memastikan pulang bareng dengan kawan-kawannya yang memiliki tiket, maka tiket full.
Anda biasanya searching tiket di kanal-kanal distribusi tiket penjualan online. Seluruh pesawat full. Sehingga, putus asa untuk pulang hari itu. Tunda hari lainnya. Ternyata juga masih full. Berpikir, ingin naik kapal laut saja.
“Lucu bin ajaib. Dibilang tiket full, tapi di bagian belakang pesawat kosong ada puluhan seat. Susahnya cari tiket padahal,” kata Alya Zhavira, penumpang yang berangkat dari Balikpapan ke Jakarta.
Berbagai pihak menduga dan menilai, tentu ada permainan. Dulu pernah ramai ada istilah shadow seat atau shadow booking. Istilahnya kursi di-booking untuk ‘kepentingan tertentu’ atau kursi bayangan. Tak ada orang pesan tapi kursinya ada. Dan itu bisa dijual ke penumpang lain dalam interval 40 menit bahkan saat injury time akan boarding pun bisa, asalkan calon penumpangnya ada di bandara.
Media ini pun harus melakukan go show ke bandara. Karena ada perintah begitu dan dapat tiket. Kuncinya harus di bandara atau go show tadi. Kalau berharap menunggu di hotel atau di rumah tak bakalan dapat.
Naik pesawat itu ada durasi batas waktunya. Seluruh airlines yang menjual tiket di online, juga memiliki limitasi untuk menutup kanal onlinenya karena sudah full. Sebab, 40 menit sebelum take off harus ditutup. Tetapi, terkadang kita heran, sering ada kejadian membingungkan. Tiket full, tetapi saat naik ke pesawat mengapa banyak seat kosong?
Salahsatu petinggi airline yang enggan disebutkan namanya, kepada media ini menyebut, banyak faktor yang terjadi. Misalnya, kaitan sumber daya manusia (SDM). Atau personel airline kurang.
Di mana, turn over karyawan sangat tinggi (perputaran keluar-masuk karyawan). Sehingga, bisa saja terjadi administrasi calon penumpang disampaikan keliru. Sehingga, bisa human error, maka informasi yang di-publis pun masalah dan salah.
“Ya pekerjaan ini sangat berat. Tak mungkin dikonfirmasi satu-satu penumpangnya. Sehingga, ada penumpang sakit, penumpang berhalangan dan lainnya membatalkan penerbangan. Sehingga, seat kosong dan terlanjur disebut full,” ujarnya.
Selain itu, bagi airlines kaitan ground time atau waktu yang digunakan pesawat selama berada di apron bandara juga jadi pertimbangan. Tak bisa berlama-lama, sekitar hanya 45 menit, sebab harus terbang kembali. Sehingga, tak mungkin berjualan tiket yang waktunya mepet. Dan, seat yang ada akhirnya kosong.
GO SHOW-NO SHOW
Bagi ‘orang bandara’ kedua istilah ini sudah lazim. Terkadang, ketika mencari tiket full, maka ada upaya travel agent tiket pesawat mengarahkan untuk go show yang secara harfiah sebenarnya jika diartikan: go itu pergi dan show itu lihat. Jadi bisa dipersepsikan pergi dan melihat ke bandara.
“Tapi, biasanya ini enggan dilakukan orang-orang tertentu. Meskipun ia sangat ingin berangkat hari itu, karena khawatir tiket tetap tak ada. Dan, ini memang gambling,” kata pejabat airline tadi.
Jika melihat di aplikasi online tiket pasti full. Maka, disarankan untuk go show, itu bisa saja dapat tiket. Hanya sifatnya tidak banyak. Bisa 2 sampai 5 tiket. Dan, yang mengurai seat kosong itu adalah airline karena mengetahui daftar seat yang kosong. Terkadang juga dapat tiket tapi harus transit dan mahal.
Go show ini jika mendesak ingin berangkat. Karena membeli tiket online atau di travel agent sudah tak mungkin dapat tiket. Sehingga, diperlukan waktu untuk ke bandara. Biasanya harus ada waktu sekitar 3-4 jam sebelum keberangkatan. Apa pasti dapat tiket? Infonya 80 persen sukses, jika tidak ya kembali tidur di hotel atau rumah sambil menunggu kabar tiketnya tersedia.
Tak mudah untuk mendapatkan seat saat go show. Kendati reservasinya sama. Hanya harus dibantu ‘teman’ yang punya kebijakan di airline. Sebab, reservasinya hanya bisa dilakukan staf airline. “Yang mengetahui seat kosong itu airline. Karena, beberapa alasan tadi,” ujar pejabat airline tadi.
Berbeda dengan no show. Kalau no itu tidak dan show melihat. Artinya tidak melihat. Dan ini sering terjadi yang mengakibatkan kursi kosong. Mengapa?
Biasanya menurut pejabat airline tadi, penumpang tidak hadir karena ada alasan tertentu. Penumpang tak datang padahal pesawat mau berangkat. Sehingga, disebut no show. Ada tiketnya, orangnya tak ada.
“Itu yang bisa mengakibatkan seat kosong. Kalau shadow seat karena sistem online, mungkin bisa terjadi dan tidak,” ujarnya.
Seat kosong juga bisa terjadi karena ketidakhadiran itu ada faktor sengaja. Biasanya hanya untuk mendapatkan boarding pass dan tidak berangkat.
“Ini biasanya untuk laporan perjalanan dinas (SPPD). Mungkin tak pulang hari itu dan pulang di hari berikutnya lantaran ada dibayarkan tiket oleh lainnya. Sehingga, tak melapor. Tapi bukti tiket ada,” ujar sumber tadi.
Sementara itu, Ketua Astindo Kaltim Achmad Tauhid membenarkan, jika blocking seat atau shadow seat itu sering dilakukan oleh airline. Gunanya untuk memberikan peluang seat untuk pejabat VVIP. Misalnya, 10 kursi.
Tapi, terkadang ada airline yang transparan tetapi ada yang ‘nakal’. Kaitan blocking seat itu bisa dilakukan dan dijual ke pihak lain. Dan, yang bisa mengeluarkan tiket blocking atau shadow seat ini adalah setingkat station manager airline. Itu setelah setingkat tamu VVIP tak ada.
Biasanya ada kerjasama airline dan travel agent. Membeli tiketnya di kantor airline atau online, tetapi sudah kerjasama dengan travel tertentu. Dan itu bisa diambil dari seat tadi. Hanya, terkadang harganya ‘selangit’ .
“Namanya memanfaatkan opportunity atau peluang tadi. Sehingga, penumpang yang dibebani biaya tinggi. Dan itu sering terjadi,” kata Achmad Tauhid.
Memang katanya, fungsi pengawasan ada pada pengelola bandara terhadap seluruh airline. Tetapi, di saat peak season kejadian tersebut tak dapat dihindari. Kuncinya, blocking seat itu sering dilakukan.
Bagaimana dengan kursi kosong di pesawat dibilang full? Menurut Achmad Tauhid karena interval waktu penjualan tiketnya terlambat. Sebab, harus berangkat hari itu. Dan itu risiko yang harus dihadapi airline.
Tapi, itulah dinamika airlines. Sehingga, ada yang menjual dengan harga tinggi tanpa harus melihat kondisi calon penumpang. “Karena dianggap memerlukan, seberapa harga pun dibeli. Itulah modus yang sering terjadi dalam konteks harga tiket. Makanya tak heran sampai harga 3 bahkan 4 juta. Karena, berbagi keuntungan tadi oleh oknum-oknum tertentu,” ujar Tauhid.
Di tahun 2024 ini, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi (BKS) sudah mengancam dan mewanti-wanti untuk para maskapai nakal yang menaikkan harga tiket pesawat saat mudik Lebaran 2024.
Budi mengingatkan, kepada seluruh operator tidak melewati tarif batas atas (TBA). Ia tak segan memberi sanksi kepada maskapai yang melanggar aturan tarif tersebut. Sebab, aturan soal TBA ditetapkan dalam Keputusan Menhub Nomor KM 106 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri
Menhub juga sudah mengingatkan operator untuk menambah ekstra flight disertai dengan peningkatan sisi pelayanan di bandara. Tetapi, warganet ramai-ramai mengeluh terkait lonjakan harga tiket pesawat. Mereka yang juga para pemudik membandingkan harga tiket pesawat domestik yang lebih mahal dengan sejumlah penerbangan ke luar negeri.
Pertanyaan sederhananya, sampai kapan harga tiket ini melambung. Mengapa setiap datangnya Idul Fitri seolah dijadikan ‘aji mumpung’ untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Sudah seharunya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mengawasi seluruh airline dan sekaligus menggali informasi yang jadi keluhan pemudik ini.
Diawasi, dipanggil operatornya dan dilakukan mitigasi risiko dan financial. Mengapa harga tiket melambung? Tentu ada yang bilang karena disebabkan kenaikan harga bahan bakar dan perubahan nilai tukar rupiah atau komponen lainnya.
Atau ada dugaan dilakukan perilaku oknum-oknum tertentu yang ingin mencari keuntungan saja. Cari untung sah tetapi jangan membuat masyarakat jadi ‘buntung’ sebab ada dugaan munculnya kartel harga tiket.
KPPU bisa meminta data Kemenhub dan meminta data seluruh airlines. Karena, data itu bisa diolah. Dan, seluruh operator harus melaporkan dengan memberi dokumen penjualan tiketnya sehingga itu jadi dasar untuk menindak maskapai jika melanggar atau memberi sanksi seperti yang disampaikan Menhub
Selain itu, tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB) itu perbandingannya memang tinggi. Apakah perlu disesuaikan. Misalnya saja rute Balikpapan-Semarang Rp1.428.000 untuk TBA dan Rp500.000, tetapi lebih banyak rata-rata maskapai mengambil tarif batas atas bahkan tujuan Semarang ini bisa mencapai Rp1,7 juta.
Demikian juga misalnya rute Balikpapan-Jakarta, untuk TBA berkisar Rp1,6 juta dan batas bawah Rp564.000. Tapi faktanya ada maskapai menjual tiket hingga Rp2,2 juta bahkan sampai Rp3 juta? Apa tidak menabrak TBA dan bagaimana sanksinya?
Penulis berharap, di tahun-tahun mendatang harga tiket ini bisa lebih murah. Kasihan yang akan mudik. Kalau ada dugaan persekongkolan harga tiket, maka beri sanksi.
Misalnya, tak boleh terbang dulu maskapainya atau siap membuat kesepakatan untuk tak menaikkan tiket. Karena, kalau kenaikan itu rasional, masyarakat bisa menerima tetapi faktanya selalu terjadi ibarat pepatah: “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama untuk keduakalinya”.
Dan, sebagai muslim penulis juga teringat dengan hadist Rasulullah SAW yang mengatakan: Seorang mukmin tidak akan masuk ke dalam lubang yang sama dua kali (hadist shahih Muslim).
Ini warning sebenarnya. Akhirnya, ayo belajar dari kesalahan (learning from mistakes). Agar tidak kembali terulang-ulang lagi kesalahan itu yang akhirnya menjadi ‘stupid mistakes’ alias kesalahan konyol. Masih suasana Syawal, Mohon Maaf Lahir dan Batin.**
*) Wk Ketua Media Online Indonesia Kaltim, Wk Ketua Lembaga Konsumen Mandiri Balikpapan.