TINTAKALTIM.COM-Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Kota Balikpapan KH Muhlasin menegaskan, jika penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal berbeda, setidaknya harus disikapi bijak. Tak perlu saling mengklaim benar sebab masing-masing punya kriteria dan metode dalam penetapannya.
“Saya mengajak seluruh warga NU di Balikpapan tak perlu bingung jika ada perbedaan. Itu kan khilafiyah dan akan ada sampai kiamat. Sudahlah, beribadah saja dan ramaikan masjid dengan amaliah Ramadan seperti tarawih dan lainnya,” kata KH Muhlasin dalam nasihatnya kaitan penetapan awal Ramadan 1443 H yang berpotensi berbeda.
Ditemui di Graha NU Jln Soekarno Hatta, sikap arif dan bijaksana itu menjunjung tinggi ukhuwah, persatuan dan kesatuan. “Ayo sambut datangnya Ramadan dengan suka cita dan mengawali ibadah puasa berdasarkan resmi keputusan pemerintah,” imbau Muhlasin.

Menurut Muhlasin, Ramadan adalah bulan penuh berkah sehingga diperlukan penyambutannya secara gembira. Ampunan Allah akan diberikan. Di bulan itu, harus saling berlomba berbuat kebaikan (fastabiqul khairat).
“Saya juga imbau untuk ustaz dan mubaligh ataupun dai agar dapat menyampaikan materi ceramahnya tentang keutamaan Ramadan ya khususnya peningkatan keimanan dan ketaqwaan yang jadi target final Ramadan,” ujar Muhlasin.
MERUSAK IBADAH
Dalam kaitan menyikapi jika ada perbedaan, Muhlasin menyerukan tak perlu ada ‘konflik pendapat’. “Rakyat kita di Balikpapan ini sudah lelah. Urusan minyak goreng, solar, sembako dan lainnya. Sudahlah fokus saja ke ibadah dapat ampunan Allah. Insya Allah berkah Allah dan rezeki Allah bakal melimpah,” imbau Muhlasin.

Kepada warga NU dan umat muslim-muslimah lainnya, Muhlasin meminta untuk menghindarkan diri dari hal yang dapat merusak amal ibadah dan kesucian bulan Ramadan, seperti kegiatan ghibah dan mengganggu masyarakat dengan membunyikan petasan.
“Jaga kondusivitas Kota Balikpapan, kenyamannya, ketertiban dan itu wujud Islam yang beradab dan madinatul iman,” tambah Muhlasin.
Dalam konteks zakat, infak dan sedekah (ZIS), disarankan umat Islam untuk menyegerakan pembayaran zakat mal dan fitrah dan menyalurkannya kepada umat Islam yang mustahik di Balikpapan. “Kalau ada keyakinan membayarnya di waktu afdhol ya monggo. Tetapi, membayar lebih awal itu mempermudah amil untuk segera mendistribusikannya,” tambahnya.
Di akhir wawancara, Muhlasin kembali mengingatkan bahwa perbedaan awal Ramadan itu lumrah terjadi dan perlu disikapi dengan saling menghormati argumentasi yang ada. Sebab, Kemenag sudah mewadahi perbedaan yang ada dengan mengadakan sidang itsbat penentuan Ramadan dan Idul Fitri.
“Saya berdoa, Balikpapan aman dan umat muslimnya sehat. Bagi non-Muslim juga toleransi beragama hendaknya harus dijunjung tinggi di saat Ramadan,” pungkas Muhlasin. (gt)