TINTAKALTIM.COM-Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kaltim KH Muhammad Rasyid menegaskan, ribuan pesantren tersebar di Kaltim sejauh ini melakukan karya baik, membina umat, melakukan pengajaran dan mengedukasi santrinya sehingga menjadi orang-orang berakhlak. Tetapi, seolah gara-gara sosial media (sosmed) bisa dicitrakan kurang baik.
Itu terjadi, karena belakangan ini ada kejadian yang menimpa santri kaitan pencabulan sehingga yang kasihan pesantren dan santrinya. Sehingga, tudingan masyarakat diarahkan pada pesantrennya.
“Dulu media mainstream (konvensional) tidak secepat sekarang. Karena ulah sosial media (sosmed), kejadian langsung dipersepsikan semua jadi kurang baik. Padahal, kejadian itu di Jabar, Kukar, Samarinda dan Balikpapan. Ya ada 10-an pesantren, di Kaltim ada 3.000 lebih pesantren yang baik-baik saja. Ini yang harus dilakukan counter dalam persepsi media oleh MUI,” kata Rasyid saat membuka acara pelatihan menulis yang bernilai dakwah dan teknik pembuatan youtub, vlog, podcast Kamis (24/02/2020) di Kantor MUI Kaltim Jl Harmonika Samarinda.
Acara yang digagas Komisi Kominfo MUI Kaltim itu diikuti utusan peserta anggota Kominfo dari MUI 10 kota-kabupaten, dihadiri internal MUI Kaltim, Baznas Kaltim, Baznas Samarinda dan LP POM MUI menghadirkan dua narasumber Herman A Hasan SPDI M Sos (Sekretaris Kominfo MUI Kaltim) yang membedah bagaimana menulis yang bernilai dakwah dan Abdillah Syafei (praktisi seni dan wartawan) yang membawakan materi teknik editing video dan pembuatan content youtub dipandu moderator Selamat Said Sanib (penulis, hypnotherapy dan pengajar publik speaking)
Menurut Rasyid, berita yang beredar di sosial media mengakibatkan pesantren terkena imbasnya. Padahal, itu dilakukan oleh oknum. Dan, santri serta ribuan pesantren lainnya baik-baik saja. “Makanya kita harus lawan sosmed yang citranya merusak Islam. Itu tugas Kominfo MUI se-Kaltim,” pinta Rasyid.
Hanya Rasyid menyebutkan, era digitalisasi susah dibendung. Proses penyimpulan suatu peristiwa dicermati dalam dua kutub yakni konteks dan teks. “Melihatnya pada teks dengan konteks yang tidak utuh tanpa data lengkap dan tidak tabayun. Sehingga, memunculkan persepsi irasional,” urai Rasyid.
Rasyid mencontohkan, pernah menghadiri suatu acara warga binaan di rutan menyatakan diri pernah digembleng, didoktrin dengan konsep cuci otak (brain washing) kaitan terorisme. “Lalu orang itu berikrar kembali ke NKRI. Jadi sejauh ini bukan warga Indonesia, padahal warga Selili Samarinda,” kelakar Rasyid.
Ada contoh lain lagi, Rasyid menemukan pula warga binaan yang membaiat dirinya untuk keluar dari ISIS, yang juga terkena doktrin. “Anda tahu, pikiran mereka itu didoktrin lewat sosmed. Jadi harus dilawan dengan berita positif (good news is good news),” kata Rasyid.
MEDIA DAN WASATHIYAH
Dalam bagian lain, M Arsyad juga memberi contoh dirinya pernah mendapat keterangan dari sahabatnya yang bekerja di Kemenkum HAM bercerita bahwa ada yang mengucapkan Alhamdulillah dan telah meloloskan orang yang tertembak mati di Poso masuk surga. Padahal ia ditembak karena teroris. “Bayangkan, doktrinnya berbahaya. Itu semua dilakukan lewat sosmed,” ujarnya berkali-kali.
Oleh karena itu pinta Rasyid, umat Islam harus meletakkan dasar-dasar melihat peristiwa dengan berdasarkan paham ajaran Islam yang disebut wasathiyah atau mengarahkan umatnya agar seimbang dalam semua dimensi kehidupan.
“Itu semua bisa dilakukan lewat Kominfo dengan berdakwah dengan tulisan di media termasuk sosmed,” pungkasnya.
Rasyid juga memberi apresiasi kepada jajaran MUI Kaltim yang telah mengimplementasikan program termasuk Komisi Kominfo. Ada 11 komisi dan 10 di antaranya sudah membuat program, 1 sedang menyelesaikan dan 5 sudah implementasi programnya.
“Pesan saya, ayo Kominfo MUI kota-kabupaten berbuat dan berdakwah lewat media. Sehingga, keberadaan MUI akan dirasakan umat dalam amar ma’ruf nahi munkar,” ujarnya.
KOMITMEN KOMINFO MUI
Dalam bagian akhir, setelah dua narasumber memberikan pelatihannya, seluruh peserta harus menyatakan komitmen bagaimana melakukan langkah-langkah strategis dalam dakwah lewat tulisan di media termasuk sosmed MUI kota-kabupaten.
“Jadi sengaja MUI Kominfo Kaltim dari hasil pelatihan ini membuat komitmen. Isinya salah satunya membuat tulisan bernilai dakwah dengan BAIK (Bertanggungjawab, Aman, Inspiratif dan Kreatif) serta melakukan counter issue dan recovery image terhadap semua yang menyudutkan Islam. Itu kan tugas MUI,” kata Ketua Kominfo MUI Kaltim Muhammad Roghib.
Acara yang berlangsung penuh silaturahmi dan produktif karena diwarnai diskusi peserta ini, juga berjalan lebih segar dan penuh canda karena diselingi ‘senam otak’ yang dipandu pakar public speaking Kaltim Selamat Saib Sanib dan ditutup Wakil Ketua Umum MUI Drs KH Haiban didampingi Ketua Bidang Infokom Drs H Abdul Hadi, Sekretaris Bidang Infokom Hj Nurhayati Tappa dan Muhammad Roghib dengan pembagian sertifikat kepada seluruh peserta. (gt)