TINTAKALTIM.COM-Komunitas pejalan kaki kompleks perumahan BTN (Kaki BTN) menempuh jarak terjauh dan nyaris menembus 10 kilometer. Ini rekor baru selama aktivitas olahraga pagi bapak-bapak di RT 38 dan RT 39 Kelurahan Margomulyo Balikpapan Barat ini dilakukan.
Jika menurut ahli gizi, untuk 10.000 langkah harus ditempuh 6 kilometer, berarti rombongan ‘Kaki BTN’ berhasil mencapai 15.000 langkah. Suatu prestasi yang baik menuju sehat.
“Ini new record. Jalan kaki itu sehat untuk jantung dan memperlancar aliran darah,” kata Hendra ‘Ahok’, yang menghitung jarak tempuh itu dengan timer ponselnya gunakan aplikasi relive.

Komunitas pejalan kaki BTN ini, dipimpin ketuanya H Sukamto. Hanya, Minggu (5/03/2022), ia absen. Kali ini hanya 8 peserta yang ikut yakni H Rugito, Hendra Ahok, Herry, Bambang, H Kasim, Agus Meni, Ali Akbar dan penulis H Sugito. Mereka semua happy, karena lintasan jalurnya fresh dan hijau.
Olahraga murah dan mudah ini, kata H Rugito, konsisten bergerak membuat sehat khususnya daya tahan tubuh lebih baik. Bahkan, sejumlah dokter menilai jalan kaki untuk terhindar penyakit stroke dan diabetes.

Penulis amati, terlihat peserta gembira sambil ngobrol ngarol-ngidul. Langkah kaki mereka seolah memunculkan hormon endorphin yang membuat manusia tak cemas dan lebih nyaman. “Happy saja, intinya olahraga untuk tubuh sehat,” kata Kai Kasim, peserta tertua yang rajin jalan kaki ini.

Start pukul 06.00 Wita, Agus Meni selalu menentukan jalur. Pagi hari memang segar mulai dari udara dan lingkungan yang berdampak bagi tubuh. “Pikiran segar, suasana hati baik. Nanti ditambah bubur atau nasi kuning,” ujar Agus Meni, memberi spirit rombongan.

Jalur yang ditempuh menuju Jalan Batu Butok. Di dekat Kompleks Perumahan BPD, ada pohon tumbang lantaran malam hari hujan turun deras. Kabel telepon dan wifi menjulur ke jalan dan jalan tertutup. Hendra Ahok mengabadikan dan segera share ke sosial media. Tapi, sekitar pukul 10.00 Wita, petugas sudah membersihkan jalur jalan yang tertutup pohon rebah itu.
BATU HANTU
Jalur panjang terus ditempuh. Rombongan masuk kawasan Jalan Klamono III Gunung Pipa. Di sana tepat di bawah sekolah milik Pertamina, ada semacam legenda batu yang disebut ‘batu hantu’ atau ‘batu menangis’. Tapi, di masyarakat ada perdebatan mengenai batu ini. Konon, batu itu diceritakan pernah menangis dan telah dibuang ke suatu tempat tapi muncul kembali. “Ya ini sekadar batu. Believe or not (percaya atau tidak),” kata penulis, yang pernah tinggal di kompleks Pertamina itu.

Dari cerita mulut ke mulut, warga saat itu mendengar batu itu menangis. Itulah cerita legenda yang ada di Gunung Pipa. “Namanya legenda, ya boleh percaya dan tidak. Percaya paling tinggi itu sama Allah supaya nggak syirik,” kata penulis mengajak sahabatnya Bambang foto in action di batu berwarna coklat itu.
Batu tepat di tepi jalan Klamono itu, sudah ada sejak dulu. Umurnya sekitar 75 tahunan, dan lokasinya tidak berubah, tetap dan warnanya pun coklat dan tertanam hingga dulu. Muncul keyakinan, ada yang tak berani menggeser batu itu, khawatir terjadi apa-apa. “Wah kalau legend kita foto dong,” kata Bambang bergegas action di batu itu.
AIR TERJUN
Bukan hanya legenda ‘batu hantu’, di Gunung Pipa. Dulu ada air terjun. Sekitar 40 tahun lalu, air terjunnya masih jadi idola warga. Bahkan, anak-anak sering mandi di bawah air terjun itu. Tapi sekarang sudah menyempit sejalan perkembangan dan perubahan alam.

Rombongan ‘Kaki BTN’ melintas di jembatan air terjun yang kompleksnya disebut GATS (Gunung Air Terjun Selatan) yang diabadikan sampai sekarang. “Mana air terjunnya. Oh di bawah itu ya. Dulu pasti ramai dikunjungi,” kata H Ali Akbar.
JAMU DAN KAMU
Jalan kaki terus dikebut. Rombongan saling canda. Kurang asyik jika tak dibumbui dengan guyonan, ejekan bahkan cerita-cerita yang berbau kelakar. H Rugito, ‘sasaran empuk’ dijadikan bully. Ia yang masuk komunitas dan dijuluki duda keren (duren), digoda rekannya termasuk penulis.
“Usai jalan kaki, tubuh segar nanti harus ditambah jamu pak Rugito. Cocok untuk bapak,” goda penulis. “Wow jamu itu segar, jamu itu sehat,” kata H Rugito. Hanya, ternyata kata ‘jamu’ itu diplesetkan. “Jamunya lain pak, ini ‘Janda Muda’ (Jamu),” tawa terdengar dari rombongan lain termasuk H Ali Akbar.
Ali Akbar lalu menimpali: “Kalau ini Kamu. Serius, itu untuk tambah darah. Yah, enak dimakan: Kambing Muda (Kamu). Ada sate, gulainya dan sedap,” kata Ali yang menyebut, di Balikpapan jarang ada tetapi kalau di puncak Bogor tempatnya.

Cerita lucu dan penuh gelak tawa biasanya juga diisi oleh H Hardi. Sayangnya tidak muncul. Tetapi, seluruh peserta merasa menikmati perjalanan yang jaraknya lumayan jauh tersebut. “Lama absen, ketika mas Gito ikut jaraknya jauh betul. Wis angel,” kata Agus Meni yang selalu di perjalanan debat soal jalur tetapi menikmati semua perjalanan.
Akhir jalan kaki, harus berhenti mencicipi nasi kuning dan nasi pecel di kawasan dekat Lapangan Foni. “Ini bakar 700 kalori terus masuk lagi 1.000 kalori,” komentar Hendra Ahok. Tetapi, semua peserta jalan kaki dari wajahnya terlihat segar, ceria dan menyandang predikat SH (Selalu Happy). Salam sehat. (gt)