TINTAKALTIM.COM-Dampak covid-19 melanda bisnis perhotelan. Di Indonesia hampir ribuan hotel tutup, termasuk di Kota Balikpapan lantaran tidak mendapatkan pemasukan. Sehingga, seluruh karyawan harus dirumahkan.
Tentu, hal ini sangat berdampak bagi pengusaha atau perusahaan pengelola hotel. Artinya pengusaha babak-belur. Belum lagi karyawan yang harus terbengkalai karena hotelnya merngalami kerugian total.
“Pemerintah harusnya ikut membantu. Setidaknya ikut meringankan beban pengusaha dan karyawan hotel. Jangan pajaknya saja mau diambil. Giliran hotel sulit, seolah dicuekin,” kata Wakil Ketua I Bidang Organisasi dan Pengembangan SDM, DPC PHRI Kota Balikpapan, Novriwendi R Taman menyampaikan keluhannya kaitan ‘jeritan pengusaha perhotelan’ karena hotelnya rugi.
Dari data PHRI, ada sejumlah hotel yang sudah tutup beroperasi yakni Hotel Blue Sky Hotel, Swisbell Hotel, Fave Hotel, Hotel Grand Jatra dan Hotel Whize Prime. Tentu, karyawannya pun harus dirumahkan. Padahal, sebentar lagi menjelang Bulan Ramdan dan Idul Fitri di mana karyawan juga harus dipikirkan penghasilannya.
“PHRI tentu keberatan jika harus membayar pajak secara full. Sehingga, kita minta semacam relaksasi atau keringanan. Jika perlu dibebaskan dulu selama 6 bulan atau sampai akhir tahun,” kata Novriwendi.
Pajak-pajak yang sangat membebankan di saat kondisi hotel tidak ada pemasukan, adalah PB1 (pajak pembangunan 1), pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21), pajak perdagangan barang (PPh 22) dan pembayaran pajak penghasilan sistem angsuran (PPh 25). Termasuk juga pembayaran rekening PLN, BPJS dan retribusi Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
“PHRI sudah mengajukan surat ke Wali Kota Balikpapan. Harapannya ada mediasi atau langkah-langkah agar pengusaha ini juga dibantu. Jangan ingatnya saat meminta program Corporate Social Responsibility (SCR) saja. Ini karena hotel sudah kesulitan,” ungkap Novriwendi yang berharap, surat itu segera dijawab dan disikapi.
Mengenai PLN misalnya, harusnya dipahami oleh institusi penyedia listrik. Karena selama ini, hotel selalu memberi kontribusi pembayaran cukup baik.
“Kita ini bukan tak mau bayar. Mau dibayar menggunakan apa kalau hotelnya tidak beroperasi dan tidak ada pemasukan. Jadi PLN dan BPJS buatlah keputusan di daerah. Jangan menunggu pusat. Kita mengetahui PLN itu BUMN, tetapi, setidaknya ada solusi,” ungkap Novriwendi dengan nada kesal.
Surat ke Walikota ujar Novriwendi, sebenarnya hasil dari diskusi kawan-kawan di PHRI. Seolah itu masukan untuk pemerintah dari ‘jeritan pengusaha perhotelan’ di Balikpapan, sehingga diharapkan ada solusi bagaimana menyelamatkan para pengusaha perhotelan dan karyawannya. “Saya tidak meliaht ada upaya-upaya yang ada realisasi. Minimal ada action apa begitu. Ya diperhatikan khusus juga kita ini sebab sedang terseok di tengah wabah covid-19,” ungkapnya.
Menurut Novriwendi yang juga General Managere (GM) Hotel Blue Sky ini, memang semuanya bukan kewenangan mutlak pemerintah melalui Walikota. Setidaknya, jeritan hati pengusaha hotel dapat disikapi. Minimal surat dijawab, lalu dicarikan solusi apa bersama-sama. “Kita sadar, semua sektor terkena imbas dari wabah covid-19. Hanya, sendi-sendi perekonomian bidang perhotelan yang banyak menampung karyawan juga perlu dipikirkan,” ungkap Novriwendi.
STIMULUS KARYAWAN
Sementara itu, dari data perhotelan di Kota Balikpapan, jika kondisi bisnis perhotelan dan pariwisata normal, hotel adalah penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga besar. Namun di saat kejadian covid-19, bantuan pencegahan seperti masker, hand sanitizer dan disinfektan ke hotel-hotel saja tidak ada. “Ada hotel yang sudah merumahkan bahkan mem-PHK. Ini persoalan serius Kota Balikpapan. Harusnya jadi perhatian apa stimulus dari pemerintah kota terhadap karyawan yang dirumahkan,” tanya Novriewendi.
Novrie, menyampaikan hal ini secara blak-blakan karena daya tahan bisnis perhotelan semakin buruk bahkan hancur. Sehingga, harus menghentikan produksi. “Pokoknya bisnis hotel dan restoran sudah babak belur karena penurunan okupansi yang sangat signifikan. Kalau kita mengadu ke pemerintah, harapannya ada solusi. Memang semua sektor terdampak virus corona. Hanya, hotel dan restoran harus juga dipikirkan,” pungkasnya. (git)