TINTAKALTIM.COM-Wakil Ketua Komisi X DPR-RI DR Ir Hetifah Sjaifudian MPP mendorong sekolah melakukan kegiatan Pembalajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di Provinsi Kaltim khususnya Balikpapan. Ia menyebut, kegiatan tersebut penting untuk menekan risiko learning loss sehingga bisa menjaga kualitas pembelajaran anak di Kaltim.
“Pemulihan learning loss jika tidak dicarikan solusi bisa memakan waktu lama. Sehingga, saya bersama Kemendikbud merespons cepat kebutuhan penangananan ini dengan akselarasi agar kualitas anak didik lebih baik,” kata Hetifah saat berbicara dan membuka Workshop Pendidikan bertema Sinergitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dalam Pengembangan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Agar Terwujudnya Upaya Pemulihan Learning Loss di Ballroom Hotel Grand Senyiur, Minggu (12/12/2021).
Selain Hetifah, acara itu juga diisi narasumber Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Balikpapan Ir Muhamimin ST MT, Dra Dwita Salverry MM (psikolog praktisi pendidikan) dan DR Ir Isradi Zainal (Rektor Uniba) yang diikuti guru PAUD, SD dan SMP se-Balikpapan yang dipandu moderator H Sugito SH (Wk Ketua Media Online Indonesia Kaltim yang juga jurnalis senior).
Hetifah menilai, pembelajaran tatap muka sudah urgen, pasalnya pembelajaran jarak jauh (PJJ) lewat daring dianggapnya kurang efektif. “Learning loss itu terjadi di antaranya karena belajar online, sebab ada tekanan psikologis anak,” kata Hetifah.
Hetifah khawatir, jika PJJ terus dijalankan akan terjadi dampak negatif seperti risiko anak putus sekolah dan penurunan capaian belajar. Karena, learning loss dari hasil studi ditemukan pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik lebih baik dibanding PJJ.
“Yang berbahaya, adanya risiko internal karena anak tak lagi ke sekolah, terdapat peningkatan pernikahan dini, eksploitasi anak terutama perempuan dan kehamilan remaja. Ini harus dicarikan solusi terbaik,” ujarnya.
Dalam workshop itu, Hetifah juga menyampaikan perkembangan regulasi SKB 4 menteri yang tetap mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan, dan evaluasi capaian belajar. “Balikpapan sudah level 1. Dan pemerintahnya sangat mendorong PTMT, ini sangat baik dilakukan,” tambah Hetifah.
Hetifah juga membeber data kaitan fakta PTMT bahwa baru setengah (59,97 persen) dari total 538.101 sekolah se-Indonesia yang merespons atau melapor terkait kesiapan dalam melakukan PTMT di masa pandemi.
“Dari data itu, baru 42,57 persen menyatakan telah memiliki ketersediaan sarana sanitiasi dan kebersihan serta fasilitas kesehatan. Dan di Kaltim, PTM SMA/SMK masih dijalankan online, namun guru 100 persen bekerja di sekolah. Sedang di Jakarta jenjang sekolah sudah melaksanakan PTM 100 persen,” contoh Hetifah.
BELUM DIIZINKAN
Menurut Hetifah, evaluasi PTMT sudah dilakukan dan responsnya positif. Tetapi, ada alasan sekolah belum melaksanakan karena belum dapat izin dari pemerintah kota-kabupaten. Sehingga, Dikbud perlu sosialisasi kebijakan ke pemda, pihak sekolah dan orangtua agar dapat memotori kolaborasi yang efektif dan implementasi yang sesuai rencana.
“Perlu ada penyesuaian dalam metode pembelajaran PTMT. Banyak guru mengeluh lelah luar biasa karena harus mengulang mengajar 2 kali, hybrid di kelas dan secara virtual,” urai Hetifah.
HETIFAH BERJUANG
Dalam konteks menyelesaikan problem pendidikan di Indonesia, sesuai fungsi pengawasan, legislasi dan budgeting, Hetifah telah membentuk panitia kerja (panja) pengawasan di antaranya panja peta jalan pendidikan (sudah selesai), panja pembelajaran jarak jauh (sudah selesai), panja vokasi (sudah selesai), panja pengangkatan guru dan tendik honorer menjadi ASN (sudah selesai), panja merdeka belajar kampus merdeka (masih berlansung).
Bahkan, secara anggaran mendukung anggaran Kemendikbud secara keseluruhan 2021 sebesar Rp81 triliun (sebelum pemotongan Kemenkeu) dan mendukung rencana anggaran Kemendikbud 2022 sebesar Rp72,9 triliun dan usulan tambahan Rp9,9 triliun.
“Nah fungsi legislasi lainnya adalah rencana pembahasan revisi UU sistem pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2003,” ujarnya.
Bukan itu saja, kaitan PTM, Hetifah juga melakukan relaksasi dana non fisik seperti penggunaan BOS, BOP PAUD dan BOP Keseteraan fleksibel sesuai kebutuhan sekolah termasuk untuk melengkapi daftar periksa pembelajaran tatap muka dan untuk mendukung asesmen nasional.
Menurut Hetifah, PTMT dapat dilakukan dengan sinergitas GTK. Tetapi ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan seperti satuan pendidikan wajib memenuhi daftar periksa sebelum memulai layanan PTM secara terbatas. “Orangtua dapat memutuskan bagi anaknya untuk tetap melakukan PJJ walaupun satuan pendidikan sudah memulai PTM terbatas dan banyak lagi,” tambah Hetifah.
Hetifah di bagian akhir juga sempat memuji kota Balikpapan dalam kaitan mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan. Karena, berhasil mendapatkan cukup besar sekitar Rp30 miliar, belum termasuk BOP dengan total sekitar Rp109 miliar. “Ini karena pemerintah daerah melalui Kadisdikbud Muhaimin aktif menjalani prosedur pengajuan,” pungkasnya.
KARAKTER
Sementara itu, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Prof DR Nunuk Suryani MPD menegaskan, learning loss merupakan suatu masalah yang tak mudah diselesaikan. Bahkan, bisa memiliki dampak paling buruk yakni ‘hilangnya’ generasi. “Learning loss itu kan kehilangan kemampuan pembelajaran bisa saja permanen kalau tidak ada intervensi segera. PTM merupakan solusi,” ujar Nunuk yang berbicara secara virtual di kegiatan workshop tersebut.
PTMT sangat dinantikan, sebab ketika menjalankan PJJ, banyak anak bahkan orangtua menganggap kegiatan pendidikan tengah libur. “Bayangkan di PJJ, apa iya anak didik dan orangtua bisa menyediakan pembelajaran online. Ini karena keterbatasan internet dan infrastruktur lainnya,” kata Nunuk.
Sehingga katanya, Kemendikbud mendorong sekolah di daerah zona PPKM level 1-3 untuk segera menyediakan PTM terbatas. “Bersama Bu Hetifah, kita terus mendorong. Karena, PTM merupakan solusi paling ampun menghindarkan learning loss terhadap siswa akibat pandemi,” tambah Nunuk.
Hanya Nunuk berpesan, pembentukan karakter siswa dapat meminimalkan terjadinya learning loss. Sebab, dari 6 tipe pelajar Pancasila, 5 di antaranya adalah kaitan karakter. “Karakter itu tingkah laku siswa. Jika sekolah terus online, pola interaksi antara guru dan siswa tidak terjadi. Sehingga, ini juga mempengaruhi sikap atau karakter tadi,” jelas Nunuk.
Ia meminta, guru tak sekadar menyampaikan ilmu dan keterampilan. Guru harus membantu kesulitan anak untuk menemukan konsep dirinya dengan cara mengajar, melatih dan membimbing. “Proses pembelajaran dalam jaringan (daring) memiliki kompleksitas berbeda dengan pertemuan langsung,” pungkasnya. (gt)