TINTAKALTIM.COM-Namanya politik, terkadang ada dramanya. Strategi politik sering terjadi. Bukan Partai Golkar kalau tidak dapat perhatian publik, sebab ini partai lama sehingga sering ada dinamika. Sempat ‘pecah kongsi’ karena proses penentuan alat kelengkapn dewan (AKD) saat DPRD periode 2014-2019 yang menyita perhatian karena Ketua Partai Golkar Rahmad Mas’ud dan sekretarisnya Abdulloh tidak ‘satu kata’ dalam memilih siapa yang harus jadi ketua komisi.
Drama-drama itu disuguhkan dalam rentang beberapa lama. Ada yang menyebut, Partai Golkar ‘pecah’. Ada pasang-surut dan tarik-menarik pengaruh hingga akhirnya menjadi klimaks. Celotehan di internal partai berlambang pohon beringin ini pun sering terjadi. “Wah Pak Rahmad dan Pak Abdulloh akan sama-sama maju Pilwali 2020”. Itu perbincangan yang beredar dan begitu cetar.

Seolah, ada manuver dan ‘selingkuh politik’ yang dilakukan Abdulloh kala itu. Sebab, itu diramaikan saat proses Pilgub Kaltim lalu. Hanya, Abdulloh keukeuh membantahnya. “Saya ini kader Partai Golkar tulen. Tak mungkin lah. Persepsi politik di luar silakan saja tapi saya tetap akur dan kompak dengan ketua (Rahmad Mas’ud),” kata Abdulloh, menjelaskan.
Nasib Abdulloh yang juga ketua DPRD Balikpapan saat itu sempat terancam. Kendati dirinya peraih suara terbanyak di internal partai dalam pileg 2019, tidak otomatis mulus untuk jadi ketua DPRD, sebab rapat pleno harian partai mengusulkan 6 nama yakni Abdulloh, Andi Arief Agung (A3), Hj Suwarni, Fadilah, Johny NG dan Alwi Al-Qadri.
Ada keputusan demokratis yang lahir dari aspirasi arus bawah partai. Bahkan beredar nama Andi Arief Agung dan Alwi Al-Qadri bakal jadi pengganti Abdulloh. Dinamiknya kembali ‘keras’ sebab situasinya menjelang Pilwali 2020 sebab Partai Golkar cukup menjadi partai murni mengusung calon tanpa koalisi.

Dari pengamatan penulis saat itu, drama di internal Partai Golkar tersebut terjadi karena ada permainan pihak luar yang sengaja ingin ‘memisahkan’ Rahmad Mas’ud dan Abdulloh. Itu dibenarkan Rahmad Mas’ud. “Biasa kan, Partai Golkar merupakan partai besar, sehingga wajar kalau ada yang ingin menarik katub untuk kita berseberangan,” kata Rahmad Mas’ud saat dikonfirmasi Tintakaltim.Com kaitan dinamika politik pemilihan calon ketua DPRD dari internal partai.
Abdulloh kala itu tidak gentar. Meski ada 6 nama, ia selalu optimistis. Cara-cara elegan dilakukan. Salah satunya mencoba ‘merayu’ Rahmad Mas’ud lewat naluri politik ‘duet satu kapal’. Yah saat itu, publik dipertontonkan aksi Rahmad Mas’ud dan Abdulloh naik kapal berdua. Kapal itu milik RM dan sepertinya Rahmad dan Abdulloh ingin meracik politik dan mencoba menepis anggapan bahwa keduanya tidak solid. Faktanya keduanya bisa bercanda hingga saling tawa.
Dari kejadian itu, suasana di Partai Golkar mulai terlihat fresh dan terus bergerak di arus bawah. Itu terlihat setelah pelantikan 45 anggota DPRD, nama Andi Arief Agung diposisikan menjadi ketua fraksi. Bahkan, Andi membenarkan kalau Abdulloh nanti akan jadi ketua DPRD kembali. Dan, Abdulloh sendiri saat dikonfirmasi mengaminkan. “Insya Allah, ini semua demi kebesaran partai,” ujar Abdulloh singkat.

Legalitas ketua DPRD itu semakin terang ketika disampaikan Rahmad Mas’ud. Dia menyebut, Abdulloh telah disetujui DPP Partai Golkar. Suratnya memandatkan kembali untuk jadi ketua DPRD Balikpapan periode 2019-2024. “Saya akan menjalankan amanat partai. Jadi jangan ada lagi prasangka kaitan Partai Golkar tidak solid,” jelas Rahmad.
Jika dicermati, baik Rahmad maupun Abdulloh memiliki basis massa di tingkat bawah. Keduanya punya power politik meyakinkan grassroot atau akar rumput, sehingga, bisa jadi dipilihnya Abdulloh ketua DPRD kembali menjadi ‘gairah politik’ bagi RM untuk maju di Pilwali 2020.
Mandat Abdulloh ketua DPRD Balikpapan, tentu ada sinyal keras dari Partai Golkar. Abdulloh harus totalitas bergerak memenangkan Rahmad Mas’ud ketika bertarung di Pilwali 2020. Karena, kekuatan Rahmad-Abdulloh jika dipersatukan dalam basis massa, tentu membuat lawan politik untuk kerja keras menghadapi Partai Golkar. Karena ada yang tak ingin Partai Golkar ‘berkuasa paripurna’ . Yakni, berkuasa di legislatif dan berkuasa di eksekutif (menjadi Ketua DPRD dan Walikota).
Bahkan, karakter pemilih di Kota Balikpapan masih didominasi kekuatan etnis. Sebab populasi penduduknya secara persentase urutannya adalah Jawa, Sulawesi, Banjar dan etnis lainnya. Sehingga, soliditas Rahmad-Abdulloh dalam merapatkan barisan Partai Golkar tentu berpengaruh pada hasil Pilwali 2020 mendatang.

Posisi strategis Abdulloh jadi ketua DPRD dua periode tentu juga banyak harapan konstituennya untuk menjaga ‘martabat partai’ agar semakin berjuang bersama demi kebersamaan. “Duduknya Pak Abdulloh jadi ketua DPRD lagi kan seolah ada kesepakatan tidak tertulis agar jadi amunisi untuk mendukung Rahmad Mas’ud secara totalitas saat proses Pilwali 2020. Dan itu wajib,” ujar sumber Tintakaltim.Com yang enggan menyebutkan jati dirinya.
Skema permainan politik, mau tidak mau sudah terjadi di Kota Balikpapan. Mulai 23 September 2019, tahapan Pilwali sudah dimulai hingga 23 September 2020 (saat pencoblosan). Sehingga, Rahmad Mas’ud dan Abdulloh adalah dua figur yang menjadi penyemangat membesarkan partai. “Saya akan bekerja maksimal untuk Partai Golkar dan mohon dukungannya untuk kembali mengemban amanah di Gedung DPRD yang tentunya, ke depan semakin berat,” kata Abdulloh. Selamat Pak Abdulloh dan Sukses Partai Golkar di bawah kendali Rahmad Mas’ud. (git)