TINTAKALTIM.COM-Belum lagi sempat melakukan aktivitas, tim konsolidasi organisasi yang dibentuk oleh caretaker (pengurus sementara) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Balikpapan sudah rontok lebih dulu. Ketua dan tiga orang anggotanya mengundurkan diri, menyusul pengakuan adanya dua blok yang saling berseberangan ditubuh DMI seperti diungkapkan Ketua Caretaker DMI Balikpapan Dr. Sugianto, MM.
Tim konsolidasi yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) PD DMI Balikpapan Nomor 043/PD-DMI/BPP/VI/2022 tanggal 28 September 2022 itu, merupakan penyempurnaan dari SK sebelumnya Nomor 005/PD-DMI/BPP/VI/2022 tanggal 13 Juni 2022 tentang pembentukan tim konsolidasi. Pada SK Nomor 005, Ruslan Afandi yang merupakan ketua tim dan salah seorang anggotanya Achmad Dasuki ditarik oleh Sugianto masuk dalam struktur caretaker.

Sedang pada SK Nomor 043 yang merupakan SK penyempurnaan, Sahal Suryanto ditetapkan sebagai ketua tim konsolidasi didampingi 2 orang wakil masing-masing Rikmo Kuswanto dan Muhammad Jailani, beranggotakan Aris Marhiyanto, Ady Muntono, Hamid Ar Rosyid dan Abdul Rohim.
Tugas pokok tim konsolidasi membantu pengurus caretaker mempersiapkan Musyawarah Cabang (Muscab) DMI se kota Balikpapan dan memastikan pelaksanaanya sesuai Peraturan Organisasi (PO) PW DMI Kaltim Nomor 22 tahun 2022 tentang pedoman penyelenggaraan Musda/Muscab.
Sahal Suryanto mengundurkan diri dari ketua tim konsolidasi, dua hari setelah dia menyatakan menerima jabatan itu saat rapat pengurus caretaker yang dipimpin Sugianto, Minggu (16/10) silam. Rapat yang diagendakan khusus untuk menjelaskan penyempurnaan tim konsolidasi dihadiri wakil ketua caretaker Ruslan Affandi, sekretaris Nur Arifin, wakil sekretaris Achmad Dasuki, bendahara Mispan, wakil bendahara Ahmad Sofian dan anggota tim Ady Muntono.
Dalam surat yang ditulis tanggal 18 Oktober 2022 dan ditembuskan ke PW DMI Kaltim itu, Sahal Suryanto tidak menyebutkan alasan pengunduran dirinya. Dia hanya menyebutkan, pengunduran diri dari ketua tim konsolisasi setelah melalui pertimbangan dan pemikiran yang matang dan jernih.
“Saat rapat dengan pengurus caretaker, saya memang menyatakan menerima jabatan itu. Tapi setelah beberapa hari merenung dengan pertimbangan matang, saya berubah sikap dan menyatakan mundur. Apalagi sudah ada pengakuan bahwa DMI ini 2 blok oleh ketuanya sendiri,” jawab Sahal Suryanto ketika dikonfirmasi media ini di kediamannya di Karang Jati, Balikpapan Tengah, Minggu (23/10) kemarin.
Menurut Sahal pengakuan Ketua Caretaker PD DMI Balikpapan Dr. Sugianto, MM yang menyebut adanya dua blok yang saling berseberangan ditubuh DMI Balikpapan menjadi pertimbangan kuat dia mundur. Sahal lantas memperlihatkan kepada media ini chat Sugianto dalam WhatsApp do gadogado yang ditulis tanggal 28 September 2022 pukul 20.24 Wita.
“Saya fikir tidak mungkin bisa melaksanakan tugas dengan baik, kalau ada dua blok yang berseberangan seperti disebutkan Pak Sugianto. Maka saya memutuskan untuk mundur saja. Kalau ada 2 blok, berarti kepemimpinan gagal,” kata Sahal.
Dikatakan, chat yang ditulis Sugianto itu mengusik dirinya untuk menemukan jawaban apa yang menyebabkan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Balikpapan itu bisa menyimpulkan adanya dua blok ditubuh DMI Balikpapan.

“Sebenarnya yang terjadi lebih kepada perbedaan pandangan bagaimana mengelola sebuah kegiatan, bukan blok-blokan sih,” kata Sahal sembari menyebut penilaian adanya blok-blokan itu justru memperlihatkan ketidak-mampuan Sugianto mengelola perbedaan pendapat yang mengemuka diantara pengurus DMI.
Media ini memberitakan, Kamis (13/10), Ketua caretaker DMI Balikpapan Dr. Sugianto, MM mengakui adanya 2 blok yang saling berseberangan di tubuh DMI Balikpapan sehingga hubungan kepengurusan caretaker dengan sejumlah tim konsolidasi menjadi retak. Terlebih ketika Sugianto dianggap sembunyi-sembunyi mengakomodir dua mantan jamaah LDII Ruslan Affandi dan Ahmad Dasuki yang dinilai tidak memiliki kapasitas memadai, ditarik masuk dalam struktur caretaker.
Surat usulan penambahan nama Ruslan Affandi dan Achmad Dasuki masuk dalam struktur caretaker yang ditanda-tangani Sugianto dan Nur Arifin masing-masing ketua dan sekretaris caretaker PD DMI Balikpapan itu dibawa sendiri oleh Nur Arifin ke PW DMI Kaltim di Samarinda, 25 September silam. Keputusan itu tanpa melibatkan 4 orang anggota caretaker lainnya yaituDrs. H. Romansyah Harul, M.Si, Drs. H. Marwoto Rasyim, M.Si, H. Ardaniansyah, S.PdI, M.Pd dan H. Ardiansyah, S.Sos. M.Si.
Hebatnya, saat itu juga PW DMI Kaltim memberikan persetujuan dengan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : 28/PW-DMI/SK/IX/2022 tentang pengangkatan dan pengesahan Wakil Ketua, Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara PD DMI Balikpapan. Rancangan SK PW DMI Kaltim itu sudah dibuat lebih dulu di Balikpapan oleh Nur Arifin, sehingga Ketua PW DMI Kaltim Ambo Dalle dan Sekretarisnya Drs. H. Ardaniansyah, M.Pd tinggal menanda-tangani.
“Itu keputusan yang irasional, berlawanan dengan rasio akal sehat dan terkesan sembunyi-sembunyi,” tegas salah seorang anggota tim konsolidasi, Drs. H.M. Jailani, M.Si dengan nada keras.

Jailani yang cukup sarat pengalaman mengelola organisasi keagamaan itu menyebut, penempatan Ruslan Affandi dan Ahmad Dasuki dalam struktur caretaker cenderung atas dasar like or dislake, suka tidak suka dan bukan menggunakan prinsip managemen the right man in the right place.
Sementara dalam chat yang ditulis di WAG do gadogado, Rabu (28/9), Ketua caretaker DMI Balikpapan Sugianto mengungkapkan kepada anggota group bahwa posisinya saat ini bukanlah posisi yang mudah dilakoni, karena dia berhadapan dengan dua blok yang saling berseberangan satu sama lain.
WAG do gadogado beranggotakan Sugianto, Nur Arifin, Mispan, Ruslan, Dasuki, Ahmad Sofian, Sahal, Rikmo dan Jailani. Mereka adalah orang-orang yang turut men-skenario terbentuknya pengurus caretaker dengan menyorong nama Sugianto, Nur Arifin dan Mispan ke PW DMI Kaltim untuk ditetapkan menjadi pengurus caretaker PD DMI Balikpapan.
Seolah curhat, Sugianto dalam chatnya mengatakan, perlu diketahui rekan-rekan sekalian (maksudnya Jailani, Sahal, Rikmo – red), bahwa pandangan rekan-rekan lainnya (sebelah) – (maksudnya Nur Arifin, Mispan, Ruslan – red) pada rekan-rekan sekalian sudah terlalu sulit untuk dinetralisir dengan segala justifikasi kekurangan yang mereka kemukakan.
“Namun saya harus tetap bersikap objektif dan menyelamatkan nama baik rekan-rekan sekalian dengan bersikap netral dengan mengakomodir masukan dari beliau-beliau,” begitu bunyi chat Sugianto. Tak jelas apa yang dimaksudkan Sugianto dengan menyebut bersikap objektif dan menyelamatkan nama baik rekan-rekan sekalian.
IKUTI LANGKAH SAHAL
Mundurnya Sahal Suryanto dari tim ketua konsolidasi juga diikuti oleh Muhammad Jailani, Rikmo Kuswanto dan Aris Marhiyanto. Surat pengunduran diri Muhammad Jailani dari jabatan wakil ketua tim konsolidasi disampaikan bersamaan dengan pengunduran diri Sahal Suryanto, Selasa (18/10). Sedangkan pengunduran diri Rikmo Kuswanto disampaikan pada hari Minggu (16/10), dua hari sebelum Sahal dan Jailani menyatakan mundur.
Dalam surat yang ditembuskan ke PW DMI Kaltim, Rikmo Kuswanto menyebutkan alasan pengunduran dirinya karena keterbatasan waktu, tenaga dan fikiran. Rikmo yang disebut-sebut sangat berjasa besar memuluskan langkah Sugianto, Nur Arifin dan Mispan menjadi pengurus caretaker itu menolak menjelaskan alasan sesungguhnya dia mundur.
“Itu tadi alasannya. Aku nggak punya waktu yang cukup dan pemikiran yang memadai untuk membantu caretaker. Uyuh otakku wal !! Mundur adalah jalan terbaik”, kilah Rikmo yang dihubungi via telepon selulernya, Minggu (23/10) malam.
Anggota tim konsolidasi lainnya, Aris Marhiyanto, juga tidak bersedia menjelaskan alasan sesungguhnya mundur. Surat pengunduran diri yang dibuatnya tanggal 20 Oktober 2022 itu tidak menyebutkan alasan-alasannya. Aris hanya menjelaskan adanya keterbatasan dan aktivitas lain dibeberapa organisasi yang diikutinya menjadi pertimbangan dia mundur. Dengan mundurnya 4 anggota tim konsolidasi itu, praktis menyisakan 3 orang anggota tim yaitu Ady Muntono, Abdul Rohim dan Hamid Ar- Rosyid. (gt)