TINTAKALTIM.COM-Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Izzah yang juga Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Kaltim KH Muhammad Muhlasin punya pesan khusus bagi umat Islam yang baru menyelesaikan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh. Dan, puasa itu disebut gagal atau ditolak Allah jika salahsatunya masih memiliki sifat bhakil
“Puasa Ramadan itu mengajarkan seseorang ditempa mentalnya untuk memiliki jiwa sosial. Penolong dan mau mendermakan hartanya. Itu dijalani sebulan penuh, jika keluar Ramadan tetap bakhil atau kikir dan pelit, maka bisa diyakini Puasa Ramadan seseorang itu ditolak,” kata KH Muhlasin saat menjadi khatib salat Idul Fitri di Halaman Parkir Hotel The New Benakutai, Rabu (10/04/2024).

Salat Idul Fitri itu digelar Manajemen Hotel The New Benakutai bekerjasama dengan Majelis Taklim dan Zikir Sajadah (Satu Jalan dalam Ibadah) pimpinan Drs H Muhammad Jailani MSi yang didukung jajaran pengurus yakni Drs Rikmo Kuswanto, Sahal Suryanto, Aris Marhiyanto SE, Achmad Sofian SE, H Djanie dan Cengge yang saat salat Idul Adha tahun sebelumnya juga melaksanakan salat Idul Adha di halaman serupa.

Mewakili General Manager (GM) Hotel The New Benakutai Chica Folla, Moctar dalam sambutannya memberi apresiasi kepada jamaah yang telah ikut menjalankan salat Idul Fitri di halaman parkir hotel.
“Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung acara ini. Khususnya tim Majelis Taklim & Zikir Sajadah. Semoga di tahun-tahun mendatang acara ini dapat digelar kembali serta jajaran manajemen hotel mengucapkan mohon maaf lahir & batin,” kata Mochtar dalam sambutannya.

Disebutkan KH Muhlasin, selama puasa banyak perbuatan baik dilakukan umat Islam. Ada yang memberikan buka puasa lewat buka bersama. Juga terus memberi infaq, sedekah bahkan zakat ke orang-orang yang memerlukan (mustahik). Itu tujuannya agar orang tersebut tidak punya penyakit cinta dunia.
“Sifat kikir itu sangatlah berbahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dan ini tidak peduli dengan penderitaan orang lain,” ulas KH Muhlasin

Muhlasin mengutip Alquran surah Al-Imran ayat 134. Menurutnya, perintah ‘ketaqwaan’ yang jadi korelasi terhadap puasa Ramadan itu jelas tergambar dalam Alquran.
“Alladzina hunfiquna fis-sarra’i wadl-dharra (orang-orang yang berinfaq di jalan Allah di waktu lapang dan sempit). Jadi, ini terkait dengan hasil dari Puasa Ramadan itu,” urai KH Muhlasin.

Sehingga jelas kata Muhlasin, jika seorang setelah Ramadan kikirnya bertambah, tentu itu tidak peduli dengan orang lain. Tidak peduli dengan saudaranya, kerabatnya bahkan tetangganya. Sehinga, orang kikir ini banyak yang membenci.
“Bagaimana mungkin ‘bengkel hati’ sudah dijalani selama sebulan penuh masih kikir. Tentu, inilah ciri-ciri atau tanda-tanda puasanya tidak diterima Allah,” ungkap Muhlasin.

Karena kata Muhlasin, memang di saat Ramadan begitu banyak umat Islam yang menjalankan ibadah puasa. Tetapi, tetap kikir, tetap berbuat kejahatan dan tetap saja hatinya tidak bersih dan berubah ke jalan yang diridha Allah.
Dikatakannya, begitu banya orang yang berpuasa kata Rasulullah, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.
“Kam min shoimin, laisa lahu min shiyamihi illal ju’ wal ‘atos (berapa banyak orang berpuasa tetapi hanya dapat lapar dan haus),” kata Muhlasin mengutip salahsatu hadist Rasulullah.
DENDAM
Demikian pula kata KH Muhlasin, salahsatu tanda seseorang yang puasa Ramadannya tidak berbekas bahkan menjadi efek positif dalam kehidupan dan tidak diterima Allah, karena pasca Ramadan masih menjadi orang pendendam dan tidak mau memaafkan.
Muhlasin melanjutkan Surah Ali-Imran ayat 134 harus memaafkan dan tidak berbuat kemurkaan di muka bumi itu pun menjadi perintah Allah dan kaitannya dengan nilai taqwa seseorang.

“I wal khadhiminal ghaidha wal afina anin-nas (orang-orang harus mampu mengendalikan kemurkaannya dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain). Ini Allah yang menyatakan dan punya kaitan erat dengan kepribadian muslim pasca Puasa Ramadan,” kata Muhlasin.
Dendam itu dilakukan dengan siapa saja. Dendam dengan keluarga, sahabat, tetangga bahkan dengan pimpinan. Itu perbuatan yang mencerminkan sifat kurang baik dan bukan hasil kerja dari puasa Ramadan yang harusnya lebih pemaaf dan saling bergandengan tangan untuk mendukung kegiatan positif.

Di akhir kutbahnya, KH Muhlasin mengajak seluruh jamaah yang hadir untuk merenungkan hal itu. Dan melihat implementasi puasa Ramadan setelah bulan Ramadan berlalu.
“Ayo pertahankan nilai-nilai kebaikan itu. Terus berlomba untuk berbuat kebaikan (fastabiqul khaira). Karena itu adalah perintah Allah dan semoga kita dipertemukan bulan Ramadan tahun 2025,” kata KH Muhlasin yang menutup kutbahnya dengan doa dan dilanjutkan silaturahmi dengan jamaah
MAAF DAN KONDUSIF
Sementara itu Walikota Balikpapan H Rahmad Mas’ud SE ME dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Ketua Media Onlines Indonesia Kaltim yang juga Direktur Media Online, Tintakalim.Com H Sugito SH menyatakan permintaan maaf kepada seluruh jamaah.
“Atas nama pribadi dan pemerintah, kami mengucapkan kata maaf dan mohon dimaafkan. Selamat menjalankan Hari Raya Idul Fitri 2024, mohon maaf lahir dan batin,” kata Walikota.

Ia pun berterimakasih dan memberi apresiasi masyarakat Balikpapan yang telah ikut berpartisipasi mengikuti Pemilu 2024 baik pilpres maupun pileg. Karena, di Kota Balikpapan dari 500 ribu lebih daftar pemilih tetap (DPT), sekitar 80 persen lebih memberikan hak pilihnya.
“Yang penting adalah kegiatan Pemilu 2024 itu berjalan aman dan lancar. Ini berkat dukungan semua pihak baik masyarakat, TNI-Polri, instansi swasta dan lainnya. Ayo kita pertahankan dan tetap menjaga Kota Balikpapan aman,” pinta Walikota. (gt)