TINTAKALTIM.COM-Kepala Biro Perencanaan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Sigit Widodo dan tim melakukan monitoring aktivitas bus Balikpapan City Trans (Bacitra) dari Terminal Tipe C di Jln Pattimura bersebelahan dengan gedung Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kaltim, Sabtu (28/12).

Kehadiran Sigit dan rombongan melanjutkan monitoring setelah landing di Bandara APT Pranoto Samarinda pada Kamis (26/12).
Ia juga sempat meninjau Terminal Samarinda Seberang yang dikelola BPTD Kaltim. Di sana diterima Pengawas Satuan Pelayanan (Wasatpel) terminal Heriyawan. Bahkan ke Pelabuhan Samarinda dan Ibu Kota Negara (IKIN) Nusantara.

Rombongan Sigit ikut menyertai Kabag Analisa dan Evaluasi Said Moammar Khadafi, Koordinator Program Transportasi Udara Fauzi Eko Nurdiyanto, Koordinator Anev Transportasi Laut Abdul Wahid Tuasikal, staf biro perencanaan Didi Sanjaya dan Angga Setiawan

Selama monitoring, Sigit didampingi Kepala BPTD Kaltim Renhard Ronald, Kepala Seksi Lalu-Lintas Jalan, Sungai, Danau, Penyeberangan dan Pengawasan Bagus Panuntun Kuncoro Edi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Elba Iskandar, Wasatpel Terminal Batu Ampar Sulis Setiawan.

Sigit menuju koridor. Di sana, ada sejumlah penumpang yang menunggu Bacitra. Ia mendapat penjelasan dari Sulis Setiawan kaitan Bacitra yang merupakan bantuan Ditjen Hubdat Kemenhub dengan konsep Buy The Service (BTS)) –membeli pelayanan—dan ada 18 bus.
“Berapa koridor yang ada. Apakah sudah melayani masyarakat maksimal,” tanya Sigit Widodo
Tiba-tiba, Renhard Ronald tiba dan menjelaskan bahwa ada kirodor A, B dan C. Rute Pelabuhan Semayang-Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (koridor A), Jalan Ahmad Yani-Terminal Batu Ampar (koridor B) dan Terminal Batu ampar-MT Haryono (koridor B).

“Ada beberapa ritase. Tetapi, koridor A nanti dikembangkan. Kita ingin agar Bacitra juga masuk mal sehingga masyarakat bisa mendapat layanan baru,” kata Renhard Ronald disambut baik Kabiroren.
Renhard juga menjelaskan bahwa Bacitra berjalan sesuai loop yang jadwalnya ditetapkan Dishub Balikpapan dan awalnya masih ujicoba dan gratis dan penumpang membayar mulai 1 Januari 2025.
Renhard menegaskan, pola bahasan kemampuan penumpang untuk membayar atau Ability to Pay (ATP) dan kemampuan atau kesanggupan penumpang membayar lebih atau Willingness to Pay (WT) juga sudah ditetapkan sekitar Rp4.500-5.00. “Apakah BPTD Kaltim ikut merumuskan, sudah menjangkau dan bisa diterima ya,” tanya Sigit yang dijawab Renhard harga itu dinilai wajar.

Sigit lalu menyapa penumpang. Ia menanyakan bagaimana dengan layanan Bacitra. Sejumlah penumpang menyebut bahwa lebih nyaman, enak dan aman. Karena, ada CCTV yang tersedia. “Bagaimana harga Rp5.000, apakah cocok saja nanti jika berbayar. Sekarang kan masih gratis,” tanya Sigit
Sontak penumpang menyebut, nilai Rp5.000 dianggapnya murah. “Kalau Rp10.000,” bagaimana. “Wah jangan pak, mahal, itu namanya bukan subsidi. Sebab, sama dengan transportasi online,” jawab penumpang, disambut senyum Sigit Wibowo dan Renhard.
Penumpang juga sempat mengeluhkan terkadang AC tidak dingin dan ada kebocoran (rembes) di bus. Hal itu, Sigit meminta BPTD dan Dishub Balikpapan untuk ikut memperhatikan bus-bus itu. “Ditindaklanjuti ya. Agar penumpang nyaman,” ujar Sigit.

Bukan persoalan harga saja, tetapi penumpang lainnya pun mengusulkan agar Bacitra ditambah koridor yang menuju Kampung Baru Balikpapan Barat. “Sejauh ini warga dari Kampung Baru belum terlayani pak. Kalau ditambah rutenya wah bagus,” pinta penumpang.
Sigit lalu meminta Renhard mengakomodir permintaan penumpang demi pola layanan maksimal. “Intinya dijaga pelayanannya,” pinta Sigit.
Tak hanya monitoring Bacitra, Sigit juga memantau Posko Nataru 2024/2025 di Terminal Batu Ampar. Ia menanyakan pergerakan penumpang. Terlihat terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2023.
“Kondisinya memang rata-rata bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) itu tak seperti daerah lain. Hanya satu tujuan ke Banjarmasin (Kalsel). Itu pun ada layanan lainnya seperti Damri. Dan, semuanya terdiri dari momentum. Kecuali saat angkutan lebaran (angleb),” kata Sulis Setiawan.
Sulis juga ditanya kaitan apakah bus-bus itu sudah dilakukan pemeriksaan (rampcheck) agar terjamin keselamatan penumpang.

“Sudah rampcheck pak. Bahkan, ada sejumlah bus yang sudah disurati karena dinilai tak laik operasional. Seluruh PO-nya sudah disurati untuk melengkapi khususnya kekurangan minor dan mayor,” kata Sulis.
Secara umum, ketika keliling Terminal Batu Ampar, Kabiroren menilai terminalnya bersih. Hanya, di masa mendatang dapat diramaikan dan optimalisasi asetnya bisa maksimal. Termasuk di Terminal Samarinda Seberang.
“Kita akan berupaya membuat kafe atau menawarkan kerjasama dengan pihak lain sambil berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk penempatan harga setiap space,” jelas Renhard. (gt)