TINTAKALTIM.COM-Menuju perubahan pelayanan, jajaran Dewan Pengawas (Dewas) Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PDAM) berupaya maksimal menggencarkan penurunan piutang yang menjadi ‘omset tertahan’ di pelanggan.
Caranya, merekomendasikan pembentukan tim dan juga secara teknis berupaya menurunkan angka Non Revenue Water (NRW) atau angka kehilangan air yang disebut juga air tak berekening.
Anggota Dewas PDAM Balikpapan Adi Supriadi menyebutkan, rapat-rapat baik formal dan non-formal dilakukan. Tujuannya, menyamakan persepsi bagaimana perusahaan berjalan sehat dan pelayanan pelanggan maksimal.
“Dalam rapat triwulan kami bersama direksi membahas Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) memang salahsatunya pembentukan tim untuk verifikasi data pemakaian air pelanggan dan khusus pelanggan komersial. Semua berjalan sesuai dengan agenda,” ujar Adi Supriadi menjelaskan langkah-langkah dewas dan direksi mengurai berbagai persoalan kaitan dengan fungsi pelayanan dan kondisi perusahaan.

Disebutkan Adi, kaitan piutang ada solusi menggembirakan. Rapat yang dilakukannya dengan Direktur Umum (Dirum) Nour Hidayah (Nunu) dan Kabag Hubungan Pelanggan (Hublang) Abdul Ramli serta tim, telah membentuk tim yang bekerja secara door to door. “Kami bekerja pada tataran pengawasan. Juga mencarikan solusi bersama direksi. Sehingga, action di lapangan harus dilakukan untuk kepentingan bersama,” kata Adi Supriadi, anggota dewas yang terus bekerja di lapangan mengurai ragam persoalan PDAM.
Dikatakannya, langkah-langkah strategis memang harus dilakukan dewas. Tentu, karena persoalannya ada hubungan dengan pelanggan, dicarikan cara yang tepat. Sebab, toleransi PDAM terhadap pelanggan cukup tinggi. Misalnya, pelanggan sudah menggunakan air tetapi telat membayar.
“Kita minta agar verifikasi data itu bisa dijadikan ouput untuk mencarikan solusi. Laporan Dirum dan tim telah sepakat untuk mengurai agar piutang bisa rendah sebab punya korelasi pada biaya operasional,” ujarnya
Disebutkan Adi, dalam rangkaian aktivitas bisnis di PDAM yang tidak hanya berorientasi pada profit tetapi misi sosial, piutang harus dikendalikan. Sehingga, planning-nya membentuk tim dan controlling-nya terhadap uang yang ditagihkan. Karena, PDAM harus terus memberikan pelayanan. Makanya, piutang harus dikelola dengan prosedur dan sistem yang baik lewat manajemen piutang.
“Piutang itu harus tertagih sehingga dapat masuk ke kas perusahaan yang nantinya akan menambah keuntungan dan mendukung biaya operasional. Alhamdulillah, pelanggan bisa memahaminya dengan gerakan verifikasi data dan pembentukan tim itu,” ungkap Adi.
Dalam konteks dengan pelanggan, menurut Adi seharusnya pelanggan juga taat. PDAM berupaya maksimal bagaimana air dialirkan secara baik dan sudah dinikmati pelanggan.
“Permintaan kita ya pelanggan harus taat membayar. Sebab, dana itu juga bisa dikonsentrasikan untuk membenahi dan meningkatkan pelayanan pelanggan lainnya. Kita ini juga berupaya bagaimana pelanggan yang belum mengalir bisa teraliri airnya,” tambah Adi yang menyebutkan, kebijaksanaan bisnis PDAM (business wise) bisa diatur oleh bagian customer service (CS) dengan cara menyicil atas persetujuan direksi.
MENURUNKAN NRW
Dikatakan Adi, pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dewas-direksi adalah bagaimana menurunkan NRW. Dan kontribusi NRW itu ada yang fisik dan non-fisik.
Contoh fisik kata Adi, NRW itu adalah kebocoran pada perpipaan dan peralatannya, kebocoran dari pipa dinas sampai pelanggan, dan luapan pada tangki dan reservoir. Sementara NRW non-fisik seperti konsumsi air tak resmi (illegal) bisa terjadi karena illegal connection, meter tidak akurat atau adanya kesalahan data.

“Dewas konsentrasi pada NRW ini sebab sangat penting bagi majunya suatu perusahaan. Karena, NRW ini menjadi jantung sehat dan tidaknya perusahaan di dalam menjalankan usahanya,” ungkap Adi Supriadi.
Disebutkan Adi, dari tinjauannya ke lapangan bersama anggota dewas lainnya Drs Rusdhie A Gani dan sejumlah kabag dan direksi khususnya Direktur Teknik, kebocoran fisik ini harus segera dicarikan solusi. Sebab, bisa kaitannya dengan infrastruktur seperti kebocoran pada perpipaan (transmisi-distribusi) atau peralatannya.
“Yang bisa disurvei kalau kebocoran itu dilaporkan. Dan yang sulit dan bisa memberi kontribusi peningkatan NRW itu biasanya kebocoran yang tidak terlaporkan. Ini di dalam tanah dan baru diketahui setelah disurvei, tetapi kalau lama bocornya juga NRW tinggi,” urainya.
Dikatakannya, NRW bisa juga berdampak pada aspek kuantitas. Bicaranya debit tidak cukup karena kekurangan air pada jam puncak yang pada gilirannya efeknya sulit menambah pada sambungan baru.
“Dewas mencoba menganalisa. Bisa saja nanti bersama Dirtek untuk merekomendasikan memfungsikan District Meter Area (DMA) sehingga manajemen tekanannya bisa terukur. Atau pengawasan dan penggantian secara bertahap pipa-pipa tua yang berusia di atas 20-30 tahun,” tambahnya.
Demikian juga NRW non-fisik, sambungan liar dan juga pencurian air. Termasuk kesalahan data pelanggan misalnya kesalahan pencatatan bacaan meter air yang bisa disebabkan faktor manusia (human error) dan faktor meter air.
“Dewas mencoba untuk terus melakukan koordinasi dengan direksi. Semua direksi bisa memahami fungsi pengawasan dewas dari Plt Dirut, Dirum, Dirtek dan para kabag. Intinya, kami akan terus berupaya maksimal menjaga fungsi kualitas, kuantitas dan kontinuitas (3K) air PDAM bisa maksimal dan pelanggan dapat menikmati air secara baik,” pungkas Adi. (gt)