TINTAKALTIM.COM-Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Balikpapan menilai, beragama itu luas. Jika dikaitkan dengan kebangsaan, maka lebih mengarah pada kerukunan yang bisa dirawat dan dipelihara dengan baik.
“Secara implisit beragama itu maknanya luas. Itu seperti ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia), jadi bukan hubungan dengan Allah saja tetapi hubungan manusia itu juga krusial, meski berbeda agama,” kata Ketua DPD LDII Kota Balikpapan H Herry Fathamsyah menjelaskan kegiatan diskusi yang digelar Minggu (23/10/2022) di Masjid Kompleks Ponpes Bairuha kawasan Gunung Guntur Dalam Kelurahan Gunung Sari Ulu Balikpapan Tengah.
Diskusi Wawasan Kebangsaan itu bertema: Beragama Dalam Bingkai Kebangsaan untuk Merawat dan Menjaga Keutuhan Bangsa yang menghadirkan narasumber Dandim 0905/Balikpapan Kolonel Inf Faizal Rizal SIP, Kasi Inteljen Kajari Balikpapan Ali Mustofa SH, Kepala Kesbangpol Balikpapan Edward Skenda Putra (Edo) dan Kabag Ops Polresta Balikpapan Kompol H Sarbini SH.
Disebutkan Herry, tujuan Islam itu ada bermakna selamat yang sejatinya damai. Dapat disimpulkan bahwa agama Islam tidak suka hidup bermusuhan dengan siapa saja termasuk agama lain.
“Lalu dipertajam lagi dengan wawasan kebangsaan dalam agama Islam dapat diimplementasikan dengan ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan sebangsa. Ini penting, sehingga LDII Balikpapan menganggap perlu untuk didiskusikan,” kata Herry.
Ia mengatakan, Wawasan Kebangsaan bagi LDII juga bagian edukasi untuk dijadikan proses belajar bagi orang yang beragama. Sehingga, tidak ‘fanatik buta’. Karena, kemajemukan bangsa dari sisi golongan, etnis maupun agama hendaknya tetap dijaga guna mengukuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Ada sekitar 2.000 peserta nanti yang mengikuti diskusi Wawasan Kebangsaan ini, baik dari keluarga besar LDII dan masyarakat umum,” ujar Herry yang menambahkan bahwa pembinaan di LDII lebih fokus pada tabiat luhur yang profesional relegius.
HOAX MENGANCAM
Sementara itu pengurus Yayasan yang mengelola Ponpes Bairuha Benny Laode menegaskan, beragama yang dititikberatkan pada bingkai kebangsaan itu diperlukan di era sekarang. Karena, ancaman bangsa ini sangat dahsyat. Apalagi era digital.

“Informasi hoax itu mengancam perpecahan bangsa. Makanya orang beragama itu harus paham makna kebangsaan. Itu yang disebut moderasi beragama,” ujar Benny.
Diuraikannya, moderasi beragama jika dipraktekkan dengan baik, maka toleransi akan baik dan kekerasan tidak akan terjadi. Lalu ujung-ujungnya komitmen kebangsaan meningkat
“Moderasi beragama itu bentuk ikhtiar kreatif. Sebab, sekarang ini kan seperti ada klaim kebenaran yang mutlak dan subjektivitas dan penolakan yang sifatnya tidak berdasar. Makanya, kuncinya ada di wawasan kebangsaan menuju NKRI,” ujar Benny.
Menurut Benny, agama menjadi roh utama bangsa sehingga para tokoh agama berperan penting untuk menjaga kemajemukan demi NKRI.
Oleh karenanya kata Benny, diskusi Wawasan Kebangsaan yang digelar LDII adalah membangun dan memperbanyak literasi dan ada ruang dialog serta belajar memahami orang lain untuk mencari problem sosial keagamaan dan kebangsaan.
“Intinya beragama itu bukan pada tataran ilmu saja tapi adab. Karena, kalau tak menghargai orang lain itu kan adab diabaikan. Di sini adab menjadi penting ditumbuhkembangkan sebagai sarana merawat dan merajut kebangsaan tadi,” pungkas Benny yang menyebutkan kegiatan dimulai pukul 08.30 Wita. (gt)