TINTAKALTIM.COM-New York, sekarang sudah jadi tujuan wisata yang ramah muslim. Ini terlihat di sudut-sudut jalan sudah ada halal food alias makanan halal. Bahkan, sekarang sudah masuk pula makanan halal ke sekolah-sekolah umum (public schools).

“Sekarang orang Amerika lebih senang makan di halal food. Ini kemajuan luar biasa. Dan saya selalu memperjuangkan Islam di belahan Amerika Serikat (AS),” kata Imam Besar Islamic Centre New York yang juga Direktur Jamaica Muslim Centre, Dr Shamsi Ali saat memberikan tausyiah di acara menyambut 1 Muharram 1445 H di Masjid Balikpapan Islamic Centre (BIC), Kamis (6/07/2023).
Shamsi pria asal Bulukumba Sulses ini, sudah puluhan tahun tinggal di AS dan ke Balikpapan atas undangan Walikota Balikpapan H Rahmad Mas’ud SE ME. Selain dirinya, hadir di acara Tablig Akbar itu jajaran forkompida, Drs Tamsil Linrung, anggota Dewan Perwakilan Daerah Sulsel, mantan Pangdam XIV Hasanuddin Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki yang juga cucu Raja Bone, Andi Mappanyukki (pahlawan nasional), Ustaz Muhammad Zaitun Rasmin, Ketua Umum Wahdah Islamiyah, Rektor Uniba Dr Isradi Zainal dan undangan lainnya.

Walikota H Rahmad Mas’ud meminta, agar umat Islam di Balikpapan bisa meramaikan datangnya Muharram dengan menjaga toleransi beragama dan tetap membuat syiar Islam semarak. Karena, Tahun Baru Islam momentum untuk melakukan hijrah.
Menurut Shamsi, itulah perjuangan dirinya untuk kepentingan Islam di dunia global. “Kita juga perjuangkan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha di New York libur. It took more than 7 year (butuh waktu selama 7 tahun) untuk menjadi UU di New York,” ujarnya.

Imam asal kota Kajang Sulsel ini optimistis dan terus melangkah. Dan meloloskan libur bukan perkara mudah memerlukan kerja keras dan strategi. Dan Shamsi terus melangkah menyebarkan paham Islam yang moderat
Shamsi Ali bercerita juga kisah pesawat menabrak gedung kembar WTC di AS yang dikenal dengan peristiwa 9/11 dan menjadi titik penting dalam hubungan muslim dengan masyarakat Amerika dan ia bicara di publik.

Shamsi juga pernah bergabung bersama Presiden George W Bush dalam kunjungan ke Ground Zero (lahan WTC) dan meminta Mr President untuk menyampaikan bahwa Islam bukanlah terorisme, dan itu berhasil.
‘Bujukan’ Shamsi Ali itu meluluhkan hati George W Bush. Ia sempat mendengar pidato George W Bush yang menyebut bahwa wajah teror bukanlah wajah Islam, Islam itu damai.
“Saya selalu menyampaikan bahwa Islam itu tentang keadilan, kesetaraan, toleransi, kebebasan dan memberikan hak orang lain,” ujarnya.

Shamsi ditakdirkan Allah berada di New York sebagai pusat kapitalisme dunia. Itu semua rencana, dan manusia katanya harus memiliki rencana terbaik. Sebab, yang menentukan semua Allah. Karena, siapapun Anda jangan pernah lupa, bahwa manusia itu tergantung dari takdir Allah. Dan dirinya hadir di Balikpapan karena kehendak Allah.
Menurut imam yang menamatkan doktornya di Universitas Islamabad Pakistan bidang perbandingan agama (ushuluddin) ini, menyebut umat Islam menghadapi tantangan luar biasa. Di Timur Tengah seperti Pakistan, Bangladesh sangat memprihatinkan dibandingkan Indonesia.

“Kita bersyukur, Indonesia masih aman. Orang mudah untuk menjalankan ibadah. Catatannya, kalaupun ada tantangan, maka Islam tak pernah berhenti untuk berkembang,” urainya.
Dakwah di New York, itu menyiarkan Islam di dunia global. Di AS setiap tahun ada 20 ribu orang masuk Islam. Bukan karena jumlahnya, yang menarik mereka terdiri anak-anak muda, berpendidikan, profesional. Dan mereka pun ada dari kalangan Hispenic (Kolombia dan Meksiko) dan Islam dilihatnya sangat memiliki rasionalitas.

“Orang Amerika itu cepat merasa bersalah. Begitu kita sampaikan Islam yang sebenarnya ada yang masuk Islam karena mereka ingin bertaubat dari kesalahan persepsinya tentang Islam sebelumnya,” kata Dr Shamsi.
Kenapa Islam berkembang di negara anti-Islam. Padahal, AS itu dalam kebijakan tentang Timur Tengah berbeda. Kendati, anti-Islam itu masih debatable. Tapi, sejatinya AS punya dua wajah atau dobel standar. Dalam negeri hebat menghormati HAM, di luar negeri tak peduli misalnya kaitan saudara-saudara di Palestina.
Dr Shamsi menceritakan, Islam berkembang di AS karena didukung faktor orang-orang Amerikanya. Mereka memiliki beberapa karakter seperti ramah, mudah tersenyum . Jika bertemu menyapa how are you. Mereka tak pernah percaya informasi dari kitab suci, tetapi CNN lebih dipercaya. Itu tantangan bagi Islam, karena warganya percaya dengan Foxnews dan informasi lainnya.
Drs Shamsi menjelaskan, orang AS rasa keingintahuannya sangat tinggi. Contohnya, di tahun 2000 ada informasi besar karena dianggap besar. Padahal tidak terlalu besar yang meninggal sekitar 3.000 orang. Bedakan yang meninggal di Irak, Suriah, Palestina. Tapi, AS melakukan framing kaitan peristiwa ditabraknya gedung kembar WTC atau 9/11 dibuat dahsyat.

Peristiwa WTC jadi serangan Islam. Dan Islam disebut inspirasi teror, agama kekerasan, pembunuhan. Sekarang mereka menemukan bukti bahwa itu semua salah. Meledaknya gedung WTC membuat AS ingin tahu, kok Islam punya kekuatan dahsyat.
Padahal kata Shamsi, AS itu kekuatan intelejennya the best. Lalat terbang bisa terlihat. Tapi, ada pesawat menabrak gedung WTC tak terdeteksi. Gedung itu simbol kapitalisme dan kapitalisme itu agama bagi AS. Maka, ketika gedung WTC hancur, tentu kata Shamsi, dianggap menghancurkan ideologi mereka dan kemarahan terjadi.
Shamsi juga bercerita, setelah 3 hari ledakan gedung WTC, ada orang bule tinggi besar berada di belakangnya saat dirinya membaca doa. Dan dia baru sehari masuk Islam karena kebenaran Islam.
Demikian pula, ada anchor atau penyiar TV swasta mengatakan, kalau ingin mengetahui inspirasi kaitan teror maka read the quran atau baca Alquran. Dan ia membeli terjemahan Alquran dan dibuka-buka terjemahan itu tidak ada perintah teror dalam Alquran justru yang didapatkan mutiara-mutiara kebaikan dan kebenaran
INGIN TAHU
Dalam ceramah lainnya, Shamsi mengatakan bahwa orang AS itu rasa ingin tahunya besar. Sehingga, mempelajari Islam secara detail. Tetapi, terkadang framing terkait Islam itu dilakukan AS. Mereka 20 tahun di Afghanistan, di sana tidak ada mendirikan RS, pendidikan tetapi lebih banyak penjara yang dibangun. Saat keluar dari Afghanistan justru mereka mengkritik mengapa semua itu tidak ada. Itulah AS, di dalam negeri mereka manis.
Shamsi yang sudah 27 tahun di AS sejak tahun 1996 melihat sebenarnya AS sangat indah. Di tahun 2010 ia berkehendak ingin mendirikan masjid di Ground Zero, tetapi media lokal mempolitisir sehingga 70 persen orang New York menentang proyek masjid itu.

Tapi anehnya kata Shamsi, Walikota New York yang orang Yahudi Michael Bloomberg sangat mendukung proyek masjid itu. Dan saat itu Shamsi mengundangnya di acara buka puasa. Dan Shamsi bertanya: “Anda orang Yahudi, Mr Mayor, mengapa mendukung pembangunan Masjid. Padahal mayoritas penduduk New York menolak,” tanya Shamsi pada Michael Bloomberg.
Jawaban Walikota sangat tegas: “Saya tidak mendukung masjidnya, juga bukan mendukung orang Islam. Tapi saya mempertahankan konstitusi dan nilai-nilai (values) yang saya banggakan”. Dan konstitusi itu memberikan kebebasan orang untuk beragama, toleransi dan menghargai. Sehingga pembangunan masjid didukungnya.
Itulah kata Shamsi, pemimpin publik itu standarnya adalah konstitusi. Sebab, konstitusi yang harus jadi ‘raja’ dalam mengambil langkah keputusan publik itu. Bukan emosi, apalagi kepentingan pribadi atau golongan.
POLISI NEW YORK
Shamsi juga menjaga persaudaraan sebagai Imam Besar. Khususnya kaitan relasi antara komunitas muslim dengan Kepolisian Kota New York. Karena, ada sekitar 1.400 anggota kepolisian yang beragama Islam, sehingga ia menjadi ‘guru’ juga untuk kepolisian New York.
Dalam konteks dukungan Allah, Shamsi yakin Islam akan jaya. Sehingga, Islam di AS tak terbendung lagi. Di sana Islam makin populer, Islam dirangkul dan penuh kasih sayang.
Ada cerita pula bahwa seorang yang datang ke open house Idul Fitri tetapi sepulangnya masuk Islam. Sebab, ia melihat ada Islam sesungguhnya dipertontonkan. Saat itu, ia melihat orang-orang ramah, tersenyum dan memberi makanan. Itu berbeda dengan orang AS. Sebab, kendati ramah tetapi lebih individualistik.
TRANFORMASI
Shamsi juga menyinggung, pentingnya umat Islam melakukan tranformasi perubahan saat memperingati Muharram 1445 H. Khususnya dalam cara pandang (mindset). Kendati sudah puluhan tahun di AS, tetapi bagi Dr Shamsi, ia selalu cinta Indonesia, karena Islam di Indonesia menjadi agama yang besar
Ia bercerita, kaitan perkembangan Islam di New York. Saat itu ada wanita muda yang belajar Islam. Ia hafal surat-surat pendek tetapi bekerja di Yahudi Shiva University. Kendati hafal surat pendek, tetapi belum masuk Islam.
Hanya Shamsi yakin, dia masuk Islam. Suatu ketika ia bertanya mengapa belum masuk Islam. Ternyata, ia ingin mencari bukti. Sehingga, orang itu diundang di acara halal bihalal atau open house Idul Fitri di Konsulat Indoensia di New York, dan akhirnya mereduksi pikiran wanita tadi dan melihat kebenaran bahwa Islam agama damai hingga ia masuk Islam.

Itulah Islam rahmatalilalamin. Bagi Shamsi, untuk menunjukkan Islam harus percaya diri. Jangan selalu mengatakan orang lain lebih hebat. Itu selalu jadi persepsi bahwa bule itu hebat daripada kita. Padahal, mindset orang-orang Indonesia itu pun hebat-hebat.
Dalam beragama juga begitu, (maaf) katanya, orang Arab bukan lebih hebat. Sebab, antara Arab dan non-Arab itu sama menjunjung agama rahmatalilalamin. Sebab, tidak ada jaminan orang Arab pun imannya lebih baik dari orang bukan Arab.
“Ada juga yang menyebut, orang Amerika itu dengan kafir-kafir. Padahal, di Madinah setelah itu orang itu minum di Starbucks yang milik orang Yahudi. Ini pemikiran keliru. Ayo kita hijrah mindset kita untuk melihat Islam itu dahsyat dan ke depan menjadi the best,” katanya.
MAKIN BERSINAR
Islam setelah tragedi 9 September 2001 atau insiden WTC kata Shamsi, menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa di AS. Banyak orang AS ingin mempelajari Islam lebih jauh.
“Makanya, ketika Donald Trump ingin melarang Muslim ke AS, justru banyak penolakan dari warga AS kepada Trump. Dia bisa melarang Muslim, tapi dia tidak bisa menolak cahaya Islam. Semakin ditekan, Islam semakin berkembang,” kata Shamsi.
BERKAH ALLAH
Shamsi juga bicara tentang hijrah. Dan itu ada berkah dari langit. Seperti katanya, Walikota Balikpapan yang menggratiskan BPJS Kesehatan kelas III ratusan ribu warganya, itu berkah dari langit.
“Pak Walikota, itu berkah dari langit. Keberkahannya ada di bumi tapi langit yang diketuk. Walau anna ahlal qura amanu wattaqau lafatahna alaihim barakatim minas-sama i wal ardhi (jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,” kata Shamsi mengutip ayat Alquran.
Di bagian akhir ceramahnya, Dr Shamsi mengingatkan bahwa ketika hijrah ke Madinah, Rasulullah bukan bangun sekolah. Beliau meletakkan batu masjid untuk membangun masjid. Itu pusat ketaqwaan untuk membuka keberkahan dari langit. Masjid bukan tempat salat saja, tapi untuk mendapatkan keberhakan di pasar, di rumah, di parlemen dan lainnya.
“Islam itu agama yang rasional dan logis. Walaupun semua tidak bisa dilogiskan. Tetapi, momentum Muharram hendaknya umat Islam mengubah mindset untuk menjaga toleransi dan menegakkan Islam secara benar serta berbuat untuk kepentingan masyarakat yang rahmatallilalamin,” pinta Dr Shamsi. (gt)












