TINTAKALTIM.COM-Ketua Perkumpulan Industri Kuku Indonesia (PIKI) Betty Tatar menilai bisnis nail art atau menghias kuku wajib menjaga kualitas dan harus higienis. Sehingga bisa memberikan layanan yang aman dan menjaga kepercayaan pelanggan.
“Kami akan road show di Indonesia. Nail art sudah jadi tren kalangan wanita untuk tampil lebih percaya diri. Sehingga, ada tanggung jawab moral untuk diedukasi dan sosialisasi kaitan keamanan dan profesionalismenya,” kata Betty di sela-sela acara Life Club Nail Art Academy kolaborasi English 1 di B&B Nail Art Studio milik anaknya Terry, Sabtu (25/5/2025)

PIKI kata Betty, organisasi baru yang sedang melakukan konsolidasi program bersama pengurus lainnya. Karena, tingkat kesibukan pengurus pun bervariasi, sehingga memerlukan jadwal tepat untuk melakukan rapat-rapat pengurus.
“Industri kecantikan seperti nail art permintaannya terus meningkat. Awareness masyarakat harus dibangun agar tak hanya berorientasi bisnis semata. Memang, potensi keuntungannya bagus tetapi era kompetitif harus dijaga sisi keamanan, kesehatan dan kualitas pekerjanya,” kata Betty yang ingin persatuan nail art berjalan profesional dan regulatif.

Secara teknis menurut Betty, perkembangan bisnis salon kuku mulai digandrungi kalangan generasi-Z atau milienal wanita, tetapi kredibiltasnya harus dijaga demi keperayaan pelanggan tadi.
“Seperti pemberian kursus singkat yang memberi sertifikat yang dipadu penggunaaan alat-alat modern, sehingga kompetensi penting,” jelas Betty

Betty yang suaminya perwira berpangkat bintang 1 ini, mendorong pemilik salon kuku harus memperhatikan kesehatan konsumen. Sebab jika tidak, akan berbahaya di kemudian hari.
Produk-produk yang tiruan dan harga murah tentu saja harus dihindari. Sebab, itu bisa berpengaruh dan implikasinya pada konsumen. Sehingga, ini menjadi tugas PIKI untuk memberi edukasi.

“Murah tapi jangan murahan. Sebab, bisnis nail art itu orientasinya bukan sekadar kuantitas konsumen tetapi kualitas menjadi nomor satu,” urai Betty yang expert juga kaitan produk nail art ini.
Pelan tapi pasti, salahsatu program yang bakal jadi bahasan serius nanti di jajaran pengurus PIKI kata Betty, adalah perlunya ada sertifikat kompetensi Badan Nasional Sertifasi Profesi (BNSP) untuk dekorasi kuku atau nail art. Karena, salon kukunya nanti pemegang standar kompetensi nasional.
“Bisnis itu secara regulasi harus juga memperhatikan perlindungan konsumen. Sehingga, dengan sertifikat kompetensi BNSP bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat. Karena, kapasitasnya telah diakui penguji profesional,” katanya.
Dengan sertifikasi BNSP, maka usaha salon kuku bisa mendorong pengembangan kompetensi pekerja lainnya. Sehingga, akan muncul nailist berkompeten yang pada gilirannya produktivitas meningkat, kualitas lebih baik dan sehat serta aman.
LIFESTYLE
Menurut ibu dua anak bersuamikan Brigjen Tatar Nugroho ini, nail art sudah jadi gaya hidup (lifestyle). Para wanita tidak hanya fokus pada riasan wajah saat hadir di acara. Bahkan, sekadar nongkrong di kafe pun kecantikan kuku juga telah jadi bagian penting dari penampilan.

“Sehingga, PIKI juga berpikir bagaimana ke depan ada semacam nail art educator yang orientasinya pada pelatihan mengajarkan teknik dan teori. Dan itu hanya bisa dicapai dengan kompetensi dan sertifikasi BNSP yang sudah terpercaya,” jelas Betty.
PIKI makanya kata Betty, harus tampil mengkampanyekan bagaimana risiko usaha nail art dan jangan diabaikan. Sebab, salahsatu kaitannya karena kepastian produk yang aman dan berkualitas. “Makanya, jangan biarkan kecantikan merusak kesehatan jangka panjang. Apalagi pada kuku tadi,” kata Betty. (gt)