TINTAKALTIM.COM-Walikota Balikpapan H Rahmad Mas’ud SE ME sedang menjalani cuti Pilkada 2024. Waktu cuti itu dimanfaatkan orang nomor satu Balikpapan ini untuk merajut silaturahmi ke Sulawesi Barat (Sulbar). Ia bersama istri tercinta Hj Nurlena SE dan dua anaknya Hana dan Lana melakukan ziarah sekaligus sedekah.

Walikota dan istri yakin bahwa orang meninggal itu kendati sudah sekian lama, bukan berarti ‘putus komunikasi’ sehingga ia realisasikan dengan ziarah.

Ziarah walikota-istri dan family-nya ini untuk media perenungan ‘bertemu’ keluarga sekaligus wali Allah. Itulah spirit Allah yang ingin dicarinya karena diyakini semua yang terjadi di dunia karena izin Allah.

“Ziarah itu dianjurkan Rasulullah, kebetulan lagi cuti karena pencalonan saya kembali jadi Walikota Balikpapan, maka saya ajak keluarga dan sahabat,” kata Rahmad Mas’ud di sela-sela perjalanan menuju Sulbar.

Sehari sebelumnya, Walikota berada di Makassar. Ia menghadiri resepsi pernikahan anak mantan Pangdam Hassanuddin Mayjen TNI (purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki di Hotel Four Point Makassar, Sabtu (4/10) malam.
Ia membawa sahabatnya yakni H Kamal, Ustaz Mustaqim, Andi Welly, Syarifuddin, Michael, Rosman Abdulloh, Junaidi Latief, ajudan Aan dan keluarga seperti Abah Hajar Nuhung dan Abah Taher serta penulis H Sugito.
Walikota yakin, bahwa dengan ziarah maka itu seperti memperbanyak ‘memutus kelezatan dunia’ atau kematian, sehingga tidak boleh sombong, angkuh dan harus banyak menolong. Karena, hidup di dunia hanya sesaat.
“Walikota ingin perjalanan spiritual (safar spiritual) itu seperti melakukan tawasul atau memohon dan berdoa kepala Allah dengan perantara nama seorang yang dianggap dekat dengan Allah. Apalagi sedang menjadi calon walikota. Insya Allah, ikhtiarnya meminta kepada Allah dapat dikabulkan,” kata Ustaz Mustaqim yang memimpin doa ziarah itu.
Perjalanan ziarah dilakukan dari Makassar. Lewat darat dan rombongan menuju Polewali Mandar (Polman). Di sana, Walikota dan istri melakukan ziarah pertama di makam Al Habib Sayyid Muhdar bin Muhsin Alqadri yang biasa orang Sulbar menyebutnya Puang Sayye Layo

Menurut Abah Hajar Nuhung, keluarga Rahmad yang mantan ketua DPRD 2 periode ini, silsilah almarhum dengan Rahmad ada. Karena, neneknya Syarifah Mahlia merupakan anak dari Puang Sayye Layo yang diartikan orang yang sosoknya atau postur tubuhnya tinggi.
Disebutkan Hajar, di Malunda Puang Sayye Layo menikah dengan perempuan bernama Labi’rana dan melahirkan 6 orang anak yakni Syarifah Sami, Sayid Habib (Machmud), Syarifah Mahlia yang menikah dengan Puang Kali Malunda, Sayid Raden, Sayid Base dan Sayed Dollah.
“Syarifah Mahlia punya anak Syarifah Hj Hadawiyah, Syarifah Hafsah, Syarifah Farida, Zainal Abidin, Hj Syarifah Ruwaidah dan Syarifah Bintang. Nah, Syarifah Ruwaidah itu adalah ibu dari Rahmad Mas’ud karena menikah dengan H Mas’ud, ayah dari Rahmad Mas’ud,” cerita Hajar Nuhung.
Jika diruntut kata Hajar, almarhum Sayyid Maulana Mahdar Al-Qadri itu masih keluarga dengan Syarif Abdul Hamid Alqadri, putra sulung Sultan Pontianak ke-6 dan juga keluarga dengan Walikota Rahmad Mas’ud. Dialah Sultan Hamid II yang lahir dengan nama Syarif Hamid Al-Qadrie dan disebut perancang lambang negara Indonesia, Garuda Pancaila.
MAKAM IMAM LAPEO
Perjalanan spiritual dilanjutkan walikota ziarah ke makam KH Muhammad Tahir atau Imam Lapeo yang terletak di samping Masjid Nuruttaubah, Desa Lapeo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar-Sulbar. Posisinya berada di tepi jalan poros Polman-Majene.
Imam Lapeo adalah ulama yang paling terkenal di Mandar dan dikenal ulama sufi. Menurut Abah Hajar, diperekirakan lahir tahun 1838 di Pambusuang dan usianya saat wafat 114 tahun dan dimakamkan di samping masjid, karena masjid itu Imam Lapeo yang membangun.

“Imam Lapeo itu bersahabat dengan Sayyed Puang Layo yang juga penyebar agama Islam di wilayah Sulbar. Makanya, Pak Walikota selalu melakukan ziarah,” urai Hajar Nuhung.
Walikota dan rombongan salat jama Zuhur-Ashar di Masjid Imam Lapeo. Ia sempat wudhu mengambil air yang mengalir dari sumur tua dan sekarang jadi ikon wisata religi masyarakat Sulbar dan lainnya. Dilanjutkan dengan sahabatnya yang lain. Hanya, walikota sempat masbuq dan lainnya jama.

Di masjid itu, kebiasaan walikota dan istri membagi-bagikan sedekah. Ada jamaah masjid anak-anak dan orang dewasa mendapat ‘jatah sedekah’ walikota.
Tak hanya itu, saat ziarah ke makam-makam raja Sulsel, walikota juga ‘diserbu’ orang kampung karena membagi-bagikan sedekah kembali.
“Kalau sudah terbiasa, Pak Walikota itu biar di mana saja ya bersedekah. Itu yang selalu jadi nasihat kepada sahabatnya kalau punya kelebihan wajib sedekah,” kata Abah Hajar.
Di masjid itu, walikota dan istri serta anaknya melakukan ziarah di Makam Imam Lapeo. Ia berdoa dan meminta sahabatnya untuk membacakan dan mengirim Surah Al-Fatihah kepada almarhum.
Usai ziarah, perjalanan dilanjutkan ke rumah keluarga Hajar Nuhung. Di sana, rombongan melaksanakan salat jamaah jama Magrib-Isya dan sekaligus makan malam bersama dengan suguhan khas makanan Mandar.
“Ini namanya pupu dan makanan khas Mandar. Enak, ayo dicicipi,” kata Walikota yang berbaur makan malam bersama istri, keluarga dan sahabatnya.

Pupu sendiri kata Junaidi Latif, makanan kesukaan warga Mandar yang pengolahannya dengan cara digoreng dan wujudnya segitiga seperti perkedel. Rombongan menikmati makan malam itu yang sebelumnya ada pemanjatan doa dipimpin Ustaz Muslimin
Dan, perjalanan spiritual itu penuh kekeluargaan, apalagi malam harinya ada suguhan live music untuk warga dan menyambut Walikota dan istri serta rombongan dengan lagu-lagu bahasa Mandar.

Walikota bernyanyi ikut larut dan menghibur warga. Acara ditutup pukul 23.30.00 Wita, Dan warga tak beranjak dari tempat itu
“Jangan lupa, kita masih akan ziarah lagi. Jadi, nikmati saja perjalanan spiritual ini,” kata Abah Taher yang juga keluarga Walikota. (gt)