TINTAKALTIM.COM-Sehat itu mahal. Hanya, jangan dikira fisik terlihat bugar ternyata terkena Penyakit Tidak Menular (PTM). Sebab, PTM menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia. Dan penyakit ini tidak bisa ditularkan dari orang ke orang.
Apa saja PTM itu? Menurut Kepala Puskesmas Margomulyo dr Dekrita Ria Hanani, terkadang tidak bergejala seperti diabetes, hipertensi, stroke dan lainnya. Peduli kesehatan warganya, puskesmas pimpinan dr Dekrita ini melakukan deteksi dini sebagai upaya preventif atau pencegahan.

“Kami sengaja keliling di masjid-masjid lingkungan Kelurahan Margomulyo. Karena, ini polanya menghadang jamaah. Usai salat Jumat bisa langsung diajak untuk pemeriksaan mengetahui gejala PTM. Sebab mereka sedang berkumpul,” kata dr Dekrita di sela kesibukannya melayani warga memeriksakan kesehatan yang digelar di Masjid Asy-Syifa BTN Gn IV, Jumat (21/07/2023).

Kok masjid? Yak karena kata Dekrita, dari data bapak dan ibu yang lanjut usia (lansia) terkadang enggan ke puskesmas. Sehingga, dirinya dan tim harus jemput bola yang diselaraskan pula lewat program pos pembinaan terpadu (Posbindu) yang arahnya menuju usia produktif untuk lebih sehat.

Bertempat di pelataran masjid, bapak-bapak yang usai salat Jumat langsung mendaftarkan diri. Mereka menyertakan usia, nomor telepon dan tinggal di mana. Warga di lingkungan kompleks pun ikut berdatangan periksa kesehatan.

Faktor risiko yang ditemukan, diupayakan lewat konseling kesehatan para petugas. Jika kondisinya normal, tentu tetap saja diimbau untuk menjaga kesehatan. “Ayo rutin beraktivitas fisik atau olahraga. Apalagi sudah posisi ‘Jelita’ (jelang limapuluh tahun) dan lansia. Tapi usia muda pun harus waspada,” ujar dr Dekrita.

Posbindu ini kata Dekrita, model pengendalian penyakit berbasis masyarakat. Sehingga, dirinya bekerjasama dengan ketua RT dan pengurus masjid. Sehari sebelumnya, program tersebut informasinya di-share Ketua RT 39 Neneng Julaiha (Ipon) di WatsApp Group (WAG) RT sehingga mendapat respons dari warga.
“Terimakasih kepada warga RT 39. Sebenarnya ini juga boleh untuk RT 38, sebab sifatnya umum. Makanya, kegiatan Posbindu ini bertempat di masjid,” kata Neneng.
Menurut dr Dekrita, peran serta masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya cukup tinggi. “Ini upaya pencegahan risiko PTM. Kita membawa tim dari Puskesmas Margomulyo dibantu mahasiswi Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Mulawarman (Unmul),” ujar Dekrita.
TERUKUR
Dalam pelaksanaannya, deteksi dini PTM itu pun sangat terukur. Secara bejenjang ada pelayanan registrasi serta pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar perut oleh mahasiswi KKN Unmul yakni Divka Andini Sabina Erawan (manajemen keuangan), Tiara Bunga Adiela (manajemen keuangan) dan Dian Fadhillah (psikologi).

Mereka bertiga sigap memeriksa satu per satu bapak dan ibu yang sedang ikut periksa. Khususnya untuk berat badan dan lingkar perut. “Kami sifatnya membantu. Inilah KKN, ikut peduli juga dengan aktivitas di lingkup Kelurahan Margomulyo,” kata Divka.

Ketua Masjid Asy-Syifa H Rahmadi pun ikut periksa. Sepertinya harus menjaga kondisi gula darah-nya karena catatan digitalnya tinggi. Sementara untuk asam urat, cholesterol dan tekanan darah masih normal. “Perlu olahraga lagi ini,” ujarnya.
Di deretan meja petugas, di bagian akhir ada upaya konseling dan edukasi. Jika ditemukan risiko dan gejala PTM, warga diingatkan bagaimana melakukan pengendalian. Ketika ada risiko tinggi pada PTM, maka harus diminta untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas.
Namanya bapak-bapak, screening PTM itu pun ada-ada saja ulah yang muncul. Selain diberi vitamin dan mineral Ferbion, lainnya justru meminta obat kaitan suplemen vitalitas pria. “Apa ada obat kuat ya untuk bapak-bapak,” kelakar seorang bapak yang disambut senyum sumringah petugas dari Puskesmas Margomulyo.

Sejumlah warga pun antusias. Terlihat, Imam Masjid H Nursalim beserta istri, marbot masjid, H Haidir dan jamaah masjid pun ikut periksa. Bahkan, yang di rumah bergegas untuk ikut kontrol. “Apa masih bisa daftar ini,” kata Mas Anto yang secara umum hasil pemeriksaannya normal.
Ibu-ibunya pun demikian. Ada H Yatti Prayitno, Ny Nata, Ny Ruchyadi dan sang anak, Ny Sukamto memeriksakan kesehatannya. “Alhamdulillah, para lansia kondisi kesehatannya normal. Kalaupun ada yang risiko PTM, itu hanya satu-dua orang. Tetapi, bisa dikendalikan lewat olahraga dan hasil konseling dengan petugas harus dijalankan. Selain minum vitamin yang dibagi,” pinta dr Dekrita.

Hanya, dr Dekrita memberi saran kepada seluruh warga agar sering mengkonsumsi buah. Jenis buah apa saja seperti apel, pir, nanas. Tetapi, jangan sering-sering makan mangga, sebab bisa diare karena banyak serat serta bisa memberi kontribusi gula darah karena kandungan gulanya tinggi.
“Intinya ayo hidup sehat, olahraga tiap minggu. Syukur-syukur bisa setiap hari dan tidur harus cukup. Jika ada gejala sebaiknya periksa ke puskesmas,” pungkas dr Dekrita. (gt)