TINTAKALTIM.COM-Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) atau PDAM tak hanya menyediakan atau berbisnis dari sisi air bersih. Tetapi, juga memperhatikan lingkungan dan ekosistem air. Karena, perusahaan plat merah ini sadar, air dan reboisasi lewat penanaman mangrove membantu siklus ketersediaan air bersih untuk masyarakat

Cara menjaga ekosistem air itu diwujudkan PTMB lewat penanaman 100 bibit mangrove di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perlindungan Balikpapan (KPB), Jalan Batu Butok, Kelurahan Margomulyo, Kamis (19/6/2025) yang jadi program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSLP). Hanya, karena hujan deras penanaman ditiadakan

“Kami menyerahkan bibit mangrove untuk ditanam sebagai bentuk ikut melestarikan air. Karena, keberadaan mangrove itu bisa jadi filter alami untuk menyerap sumber air bersih,” kata Direktur Utama (Dirut) PTMB Dr Yudhi Saharuddin SE ME di hadapan undangan yang hadir di Gazebo KPB sebelum menyerahkan secara simbolis bibit tanaman kepada Walikota Balikpapan Dr Rahmad Mas’ud SE ME yang diwakili Bidang Penataan Hukum dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Arrizal Rahman ST

Selain Dirut, jajaran direksi PTMB juga hadir yakni Direktur Teknik (Dirtek) Nour Hidayah (Nunu), Direktur Operasional Ali Rachman, Direktur Umum Purnamawati, Manajer Sekretaris Perusahaan Abdul Ramli, Kepala SPI Alfian, Manager Umum Khoirudin, Manajer Keuangan Fachrial, Manager SDM Tommy, Manager SIM Ridha, Manager Renlitbang Rifyan, Manager Distribusi Indra Gunawan, Manager Produksi Dedy, Manager IPAL Haerani, Tenaga Ahli Bidang Humas Adelina, Ketua Forum CSR Balikpapan Bambang Saputra serta adik-adik pelajar dan duta lingkungan
Acara ini juga dirangkai Earth Day Online Conference 2025 yang diselenggarakan Enable Project dan PTMB didukung PT Menara Mas yang juga dihadiri Founder Enable Project Aie Natasha S Par yang mengedukasi serta sharing kaitan mangrove.
MENJAGA KEHIDUPAN
Disebutkan Yudhi, program PTMB mengusung tema Kolaborasi untuk Berkelanjutan, Menjaga Air, Menjaga Kehidupan yang jadi keseimbangan manusia dan kelestarian alam. Karena, air baku PDAM fokusnya pada Waduk Manggar yang diolah dan disalurkan ke masyarakat.

“Saat dibangun, Waduk Manggar debit airnya sekitar 16 juta meter kubik. Tetapi, sekarang karena tergerus oleh sedimentasi maka debitnya tinggal 14 juta meter kubik,” jelas Yudhi.
Berkurangnya debit Waduk Manggar, maka kata Yudhi berpengaruh pada produksi kuota pengambilan air baku yang diizinkan Balai Wilayah Sungai (BWS) pun ikut dikurangi.

Sebelumnya, 1.200 liter per detik, kini hanya 1.100 liter per detik. Tetapi, atas usulan PTMB kini ditambah debitnya atas izin BWS 100 liter per detik yang distribusinya untuk pasokan wilayah Balikpapan Barat dan Utara.
“Kebutuhan air bersih Kota Balikpapan terus meningkat. Setiap rumah tangga memiliki kebutuhan air yang berbeda tergantung pada jumlah anggota keluarga. Ini juga terkait gaya hidup dan jenis kegiatan yang dilakukan seperti mandi, memasak dan lainnya,” urai Yudhi Saharuddin yang menyelesaikan gelar doktornya di Fakultas Ekonomi Bisnis Unmul Samarinda ini.

Menurut Yudhi, bukan PTMB saja ingin melestarikan air tetapi semua pihak harus menjaganya termasuk pemerintah, organisasi masyarakat, media untuk terus menjaga lingkungan waduk agar terjaga ekosistem airnya.
“Rehabilitasi mangrove itu penting mendukung lingkungan tetapi menjaga kelestarian waduk dari debit air yang ada juga perlu. Karena, air jika dikelola dengan efisien maka semakin banyak pelanggan yang dapat distribusi air bersih,” jelasnya.
NRW
Menurut Yudhi, selain gerakan penanaman bibit mangrove, PTMB terus berupaya menyehatkan perusahaan dengan menekan angka kehilangan air atau Non Revenue Water (NRW) yang sebelumnya 30 persen menjadi 26 persen. Sementara target nasional 20 persen.

“Penurunan NRW ini ada dua yang kita tekan yakni fisik dan non-fisik. Kalau non-fisik memang harus konsentrasi maksimal sebab itu seperti pembacaan water mater yang salah, sambungan tak resmi (illegal connection) dan lainnya. Kita terus perbaikin agar NRW itu turun,” ujar Yudhi.
Jika NRW turun maka kata Yudhi, implikasinya pada distribusi air bersih terutama pada cadangan air yang dialirkan ke masyarakat. Karena, jika NRW tinggi maka PDAM berpotensi kehilangan pendapatan karena tidak tertagih dan distribusinya juga tak maksimal
“Kerugian finansial dapat menghambat kemampuan PDAM untuk berinvestasi dalam perbaikan infrastruktur, peningkatan pelayanan dan pengembangan sistem,” jelas Yudhi.

Kaitan NRW ini, Direktur Operasinal Ali Rachman menegaskan, menjadi prioritas karena menjadi ‘jantung’ perusahaan. “Kita berbagi. Konsentrasi fisik itu direksi dan non-fisik anggota dewan pengawas (dewas). Sehingga, terus dilakukan pemetaan dan analisa,” jelas Ali Rachman.

Sementara itu dalam kaitan lain, Yudhi juga menyinggung program distribusi 1.000 tandon air hujan untuk warga. Hingga pertengahan tahun, sudah sekitar 500 unit disalurkan. Tandon ini berfungsi sebagai soslusi sementara saat terjadi gangguan layanan akibat perbaikan atau kendala teknis.
“Kota Balikpapan harus mendapat perhatian serius dari seluruh multi-stakeholders termasuk pemerintah pusat, provinsi sehingga menyelesaikan air baku secara holistik. Sehingga, kita juga sampai bertemu Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Insya Allah, pertemuan akan dilanjutkan dengan agenda pembahasan dukungan Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk Balikpapan khususnya penyediaan air baku,” pungkas Dr Yudhi Saharuddin. (gt)