TINTAKALTIM.COM-Kerja bhakti! Bisa memperpanjang umur. Sehingga, sarana ini selalu digelar. Bagi warga RT 39 Kelurahan Margomulyo Balikpapan Barat sudah jadi biasa. Kok panjang umur? Karena niatnya silaturahmi antarwarga. Dan silaturahmi itu dilimpahkan rezeki dan panjang umur. Ditambah lagi, jadi ajang refreshing murah.
Meski tetangga, karena kesibukan mungkin tak sempat bertemu. Tapi, kalau kerja bhakti bisa. Kerja bhaktinya tidak berat. Hanya, warga dapat memanfaatkan situasi itu untuk silaturahmi dan membuat candaan segar. Lagian, caranya mudah: keluar rumah, pakai baju sederhana, topi, bawa sapu dan sabit. Mau pakai sarung sebenarnya bisa, supaya membuat sensasi luar biasa.
Kalau diniatkan ikhlas, jadi refreshing murah meriah. Pikiran jadi sehat, karena melepaskan dari berbagai kehidupan rutin dan bisa saling canda-ria. “Pokoknya rugi kalau nggak kerja bhakti. Awet muda kita,” kata Sukamto, warga yang rajin olahraga dan populer dengan sebutan ‘Pak Horsa-Horsa’.
Warga RT 39 Kelurahan Margomulyo Balikpapan Barat ini kerja bhaktinya juga mendapat spirit dari ketua RT-nya Neneng Julaiha atau biasa disapa Ipon. Ia sengaja membuat jadwal kerja bhakti untuk momen berkumpul antartetangga. Karena, bisa mengetahui informasi, kabar dan ada hal-hal yang bisa diceritakan positif.
Spiritnya, memanfaatkan WAG (WA Group) WhatsApp mengundang warga kerja bhakti. “Kumpul ya pukul 07.30 kita kerja bhakti sambil silaturahmi,” kata Ipon.
Sebenarnya, Ipon ingin acara kerja bhakti itu jadi ‘ajang seru-seruan’. Seluruh warganya bisa hadir. Kalaupun tak hadir memberi informasi atau membantu support ‘hidangan ala kadarnya’. “Makanya saya membuat absen. Diisi absennya, agar saya tahu warga yang hadir dan tidak. Sebenarnya warga yang tak hadir saya tahu. Tapi, diminta kesadarannya,” ujar Ipon.
Sebenarnya kata Ipon. Datang saja sudah cukup. Kumpul. Tapi ini ada yang diamatinya sejak kerja bhakti digelar warga pun tak ‘muncul batang hidungnya’. Padahal kerja bhaktinya santai, tanpa target dan tuntutan yang besar. Justru, suaminya bekerja maksimal memotong rumput yang alatnya menggunakan senar. Keliling dari ujung ke ujung.
“Diingatkan saja lagi menggunakan surat door to door Bu RT yang nggak hadir. Bisa diwakilkan atau ‘wakilkan dengan sarapan’,” kata Agus, mengingatkan.
Ipon sadar, ada kesibukan warga sehingga tak dapat kerja bhakti. Hanya, ia mengingatkan kerja bhakti itu manfaatnya banyak. Jadikan niatnya silaturahmi dan olahraga. Berkeringat juga karena harus menyapu, angkut sampah dan lainnya. “Saya kalau nanti tegas dipikir ketua RT-nya judes. Padahal, untuk kebaikan bersama kok. Ayolah niatkan warga yang belum berkumpul kerja bhakti di waktu mendatang hadir,” pinta Ipon.
BURDO DAN CANDA
Spirit kerja bhakti itu bertambah. Siswanto dan istri membuatkan sarapan bubur manado (burdo). Pancinya besar, isinya segar. Ini makanan kaya nutrisi terdiri dari sayuran ada jagung, bayam, kangkung, labu kuning dan kemangi.
“Segar dan enak sekali. Ini karena gratis. Terimakasih Bapak dan Ibu Sis,” kata Iwan, warga yang selalu aktif kerja bhakti. Iwan dikenal ‘tukang canda’ dengan penulis. Penampilannya yang ‘plontos’ menambah suasana makin penuh keakraban.
Bubur manado cepat ludesnya. Bapak-bapaknya yang kerja bhakti membuat ‘kavling-kavling’ lokasi tersendiri. Entah apa. “Ya mungkin kalau tambah nggak terlihat. Jadi makannya menyendiri,” kelakar Iwan.
Ibu-ibunya membantu menghidangkan suguhan bubur manado (burdo) di piring-piring. Jadi, warga tinggal mengambil tiap piring itu. Ada Bu Sis, Bu Eva, Bu Narta, Bu Yanto, Bu Yetty, Bu Adi dan ibu-ibu lainnya yang berbaur penuh kekeluargaan ‘melayani kuliner burdo’ itu hingga kerja bhakti berakhir.
HILANGKAN STRESS
Kerja bhakti itu sebenarnya bukan intinya. Kendati bersih lingkungan itu jadi tanggung jawab warga. Hanya, berkumpulnya warga membuat suasana hilangkan stress. Penulis sengaja membuat ‘canda dan guyonan’ khas. Sehingga, gelak-tawa membuat suasana makin penuh berwarna.
Ada dr Ahyar, Mas Edo, Mas Yon, H Nur Salim, H Rahmadi, Agus, Bambang, Pak Pono, Mas Herry, Rudi dan lainnya. Bahkan mereka semua sempat memanfaatkan gadget untuk selfie dan foto bareng. “Ayo Bu RT kita foto bareng. Bergaya masing-masing dengan gaya bebas (freestyle),” pinta Mas Yon dan Sukamto yang hadir menambah suasana makin segar.
Bahkan, Sukamto ‘orang yang dituakan’ asyik menjalani kerja bhakti dan silaturahmi itu. Ceritanya khas, pengalamannya banyak. Dan, wawasannya nyambung dalam cerita. Kendati, cerita ‘ngalor-ngidul’ itu sering dicandai penulis. “Pak Sukamto ini dulu bertugas di Pertamina bagian Tim Gegana Polri. Jadi sering investigasi,” kelakar penulis disambut tawa segar warga lainnya.
H Rahmadi tak kalah seru. Ia sering menimpali cerita-cerita itu dengan guyonan khas Banjar. Terlebih Agus yang di mana ada tempat lokasi cerita, ia nimbrung dan membuat suasana makin penuh kekeluargaan.
Hanya, pemandangan lucu dan membuat segar suasana juga dipertontonkan Pak Prayitno. Ia dikenal orang yang cuek. Tetapi, rajin jika bekerja. Apalagi ‘menurunkan buah-buah kelapa’. “Pinggir pak. Hati-hati, kejatuhan pokon kelapa,” seru Iwan dari kejauhan yang tiba-tiba melihat dahan kelapa berjatuhan di sela-sela warga lainnya bercerita. Wis angel-angel!
Bu RT pun berbaur. Apalagi mendengar candaan Sukamto dan penulis. “Langka sudah antara pohon kluweh (semacam sukun) dan sukun. Apa itu persamaan kluweh,” tanya penulis. Sukamto sontak menimpali: “Nah wartawan lupa sudah atau gimana. Itu namanya kulur,” kata Sukamto. Nah, buah itu memang beragam nama ada kluwih (Jawa) dan ada kulur (Sunda).
“Masa lupa. Mbah pintar masak kulur itu. Segar,” pungkas Bu RT mengingatkan kalau Ibunda Tercinta penulis sering memasak kulur atau kluwih itu menjadi sayur santan!. Nyem, segar! Warga lainnya hadir ya di kerja bhakti jadwal berikutnya. Rugi jika tidak. Salam silaturahmi. (git)