TINTAKALTIM.COM-Aksi jalan kaki sampai Malaysia? Itu yang dilakukan komunitas pejalan kaki warga kompleks BTN atau Kaki BTN. Jaraknya hanya 6 kilometer dan itu fakta, sebab mereka ada pasang aksi foto bareng.
“Gregetnya keren ya, bisa jalan kaki sampai Malaysia. Alhamdulillah semua sehat,” kata Ketua Kaki BTN, H Sukamto yang memimpin rombongan, memberikan spirit.
Apa bukan hoax? Tentu tidak, hanya Malaysia yang dimaksud bukan kawasan jalan ramai di Bukit Bintang yang dapat melihat menara kembar (twin tower) Petronas yang dapat dilalui adanya jalur pejalan kaki (pedestrian walk). Tapi ini, mejeng di kantor Pejabat Perhubungan Tentera Malaysia Balikpapan yang ada di Kampung Baru. Sempat surprise bacanya ya.
Tiba di ‘Malaysia’ itu, setelah rombongan berputar-putar. Tujuannya memang ingin masuk kantor itu setelah jarak tempuh dilalui beberapa kilometer dari lintasan Jalan Letjen Soeprapto. “Izin pak, boleh foto di kantor ini,” kata H Rahmadi kepada petugas jaga. Begitu diizinkan, rombongan atur posisi.
Kantor itu sepi. Pintunya pun digembok. Tanaman hijau di luar kantor yang membuat suasana seolah kantor itu ada penghuninya. Ada mangga, ada rambutan. Tanaman itu tidak berbuah. Dan menanamnya sudah 7 tahun lalu. Seperti pohon mangga yang ditanam YM Jen Datuk Raja Mohamed Affandi bin Raja Mohamed Noor, Panglima Tentera Darat pada 12 Desember 2013. Ada pula pohon rambutan yang ditanam Jen Datuk Mohd Zaki bin Hj Moktar, Panglima Pemerintahan Timur pada 25 Mei 2014.
Langkah kaki rombongan bapak-bapak milenial ini, sebelumnya mengitari jalan naik-turun. Melintasi perumahan penduduk yang gangnya sempit. Sampai di Jalan Dahor, mereka pun sempat berfoto. Sebab, ada rumah panggung yang masuk cagar budaya. “Rumah ini dibangun tahun 1955. Bayangkan, sudah 65 tahunan rumah itu masih kuat. Karena buatan Belanda,” jelas Sukamto yang mengetahui sejarah pembangunan rumah panggung itu.
LAMPION IMLEK
Di depan Shopping Centre Kebun Sayur atau ‘Bunsay’, rombongan terus berjalan. Ada ornamen cantik berbentuk lampion bernuansa imlek. Karena, Tahun Baru Imlek tahun ini jatuh pada Sabtu, 24 Januari 2020. “Ayo foto di pohon lampion. Gong Xi Fat Choi,” teriak Ahok. Dia gembira sekali, karena dalam rombongan satu-satunya etnis Tionghoa.
Jalur sebelumnya, juga cukup ‘mencekam’ ada yang melintas pipa tiga. Keluar-masuk gang. Setiap ada momen bagus, rombongan teriak. Foto-foto. Dan ramai-ramai mengabadikan diri. Ada latar belakang apartemen milik PT Pertamina sampai juga jalur pipa.
Tingkah-pola rombongan memang berbeda-beda. Semuanya berbaur canda-tawa. “Ini bapak-bapak milenial sebutannya,” kata Ahok. Sebutan itu melekat meski usia terpaut jauh dengan generasi netizen tapi soal fisik dan kemampuan jalan kaki jangan dianggap remeh. Padahal, usia mereka dari 45 – 75 tahun. Kejadian jalan kaki itu semua terekam pada aktivitas minggu sebelumnya pada 19 Januari 2020. Yang membanggakan, jumlah peserta mencapai 20 orang dan mampu menempuh 10.675 langkah dengan 895 kalori yang terbakar. Wow dahsyat.
NAIKI 72 ANAK TANGGA
Ada kejadian yang berbeda dari minggu-minggu sebelumnya. Ini karena rombongan ‘Kaki BTN’ di agenda Minggu (26/01/2020) melintasi jalur yang tidak biasanya. Meski banyak yang menyebut dirinya bugar dan kerap berolahraga secara teratur, tapi ketika menaiki anak tangga, nafas mereka terasa lebih pendek.
Langkah demi langkah membutuhkan lebih banyak tenaga. Otot pun terasa tertarik sehingga seperti ada ‘ledakan energi’ hingga rata-rata peserta ngos-ngosan. “Ini jalur gila, bisa habis oksigen kalau caranya begini,” ujar H Rahmadi, peserta yang terlihat sempoyongan.
Tak hanya Rahmadi, hampir semua peserta gentayangan. Karena, secara keseluruhan ada 72 anak tangga dilalui. Penulis pun sempat hilang konsentrasi sesaat karena lelah. “Wah sudah nggak bisa jawab pertanyaan saya,” tanya Sukamto, memperhatikan fisik penulis.
Naik tangga, jika kurang fit memang berbahaya. Ini adalah aktivitas berat dan menggunakan banyak otot tubuh dan butuh asupan oksigen ekstra. Apalagi berat badan masuk over weight. “Tolong dijaga Mas Roni. Jangan sampai geblak ke belakang,” kelakar Agus, yang biasa disapa Agus Bento. Peserta satu ini memang banyak canda dan humornya selama perjalanan.
Sampai puncak, hampir semua rombongan Kaki BTN tak kuat menahan nafas sepertinya jantung berdebar lebih cepat. Tidak diketahui, apakah ada yang kunang-kunang kepalanya. Tapi, kelelahan pasti iya. Karena, ada yang mempraktekkan dengan bahasa tubuh kacak pinggang. Jika sudah begitu, tentu pemandangan itu menakutkan. “Ini gara-gara salah jalur, terus mutar naik tangga tinggi. Wadow,” keluh Mas Yon dan Mas Anto.
Naik puluhan anak tangga itu, karena rombongan tidak mengindahkan guide Sukamto. Dari jauh, sudah diarahkan agar peserta melintas Gunung Meriam. Tapi, lagi-lagi Agus Bento berbelok ke jalur lain yang mengarah pada kompleks Batu Arang Kampung Baru. “Belok kanan, kanan, kanan,” teriak H Rahmadi. Sebenarnya, dirinya juga tak paham jalur.
Yang terjadi: JALAN BUNTU. Itu setelah seorang warga memberi informasi. “Bapak-bapak mau ke laut. Buntu-buntu pak jalannya.” Sontak, rombongan putar balik. Jarak kembalinya kira-kira mencapai 500 meter. “Agus Bento nggak bertanggungjawab. Ternyata nggak paham jalur,” teriak ramai-ramai rombongan. Saat itu, Agus lagi apes sebab di-bully oleh rekan-rekannya.
Sepertinya, Agus ‘balas dendam’. Masuk jalur Tepian Gunung IV, ia membelokkan arah rombongan. Masuk gang dan gelap gulita. “Asem, tertatih-tatih kita melangkah. Agak gila Om Agus ini,” seloroh Roni. Saat itu, Agus berjalan bersama Om Yon. Keduanya tertawa terbahak-bahak karena semua peserta mengikuti jalur ngawur itu. “Itu namanya masuk lorong waktu,” ujar Yon, tertawa.
Tapi secara keseluruhan, langkah kaki rombongan terbilang menempuh jarak agak berbeda dengan minggu sebelumnya. Dari data timer Samsung Health jarak tempuh mencapai 7,52 kilometer dengan durasi 1,46 jam. Dan, ‘pendinginan’ dilakukan di kediaman Suwadi yang telah siap dengan suguhan sawut, teh panas-dingin, ontok-ontok dan lainnya. “Rileks dulu, semoga kita sehat semua bapak-bapak. Terimakasih, minggu depan semoga tidak hujan,” ujar Sukamto. Horsa, horsa, hu. (git)