*) Oleh: Sugito
TINTAKALTIM.COM-Ada hikmah di balik musibah. Satu dunia sekarang berduka. Musibah corona melanda. Semua menjerit. Sebab, dampaknya mengena aktivitas sehari-hari. Dukanya melanda siapa pun dia. Kaya, miskin, pengusaha ataupun pedagang kaki-lima.
Hanya, jika kita melihat isi planet bumi ini, tentu ada ‘perbedaan kelas’ . Ketika diatur untuk tinggal di rumah (stay at home), si miskin atau yang hidup pas-pasan, tentu tak akan mendapat penghasilan. Ia tetap mencari nafkah ketimbang diam di rumah tapi akhirnya sulit untuk makan. Tentu mengikuti regulasi kesehatan pemerintah yakni pakai masker, cuci tangan dan seterusnya. Kendati, ada juga yang abai aturan.
Mengkarantina diri, akan sulit bagi mereka, dapur tak ngebul akhirnya bisa saja kelaparan. Sangat berbeda dengan si kaya. Bahkan ada yang di antaranya terkena virus panic buying. Isi kulkas penuh, koneksi internet lancar, bahkan mau pesan makanan sangat memungkinkan karena menggunakan media online sistem delivery service.
Memang ada program pemerintah, ketika ada ketetapan pembatasan wilayah atau local lockdown, penduduk yang masuk klasifikasi miskin mendapat semacam insentif. Termasuk bagi pekerja di sektor informal lantaran harus tinggal di rumah bahkan ada yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Di Kota Balikpapan, informasinya akan ada Rp58 miliar, info awal yang beredar. Tetapi, keputusan DPRD-pemkot meralat Rp70 miliar, karena yang mendapatkannya 70.000 kepala keluarga (KK) dibagi untuk bulan April-Juli 2020 totalnya Rp1 juta per KK.
Hanya, jumlah ini, rasanya kurang. Bisa jadi akan muncul protes dari sejumlah elemen yang merasa juga patut untuk mendapatkannya. Sebab, dampak virus corona, sudah melanda semua elemen warga. Jika hanya Rp70 miliar, tentu akan ada yang ‘teriak’ , mengapa ada yang tak punya hak. Mengapa tidak seluruh warga Balikpapan? Toh nanti proses datanya bisa lewat kecamatan, kelurahan dan RT. Dan, distribusinya tentu yang rasional dan proporsional.
Indonesia yang masuk dalam kondisi tanggap darurat pandemi virus corona atau covid-19 karena sebarannya sudah di semua daerah. Sehingga, diperlukan kerja keras dan keteladanan untuk menghentikan laju penyebarannya. Juga bagaimana selain berpikir sisi sehat, juga sisi ekonomi.
Lalu apa? Kita apresiasi, sekarang muncul gerakan dari masyarakat menggalang bantuan. Bahkan, orang kaya pun jadi dermawan. Para konglomerat di beberapa negara atau miliuner juga berempati dengan kondisi. Jejak mereka terekam dunia. Itu wajib dilakukan, beda dengan yang miskin.
Mengapa orang kaya harus dermawan di era sekarang? Sebab mereka uangnya tidak akan habis. Alasannya, dia punya modal atau capital besar. (artinya orang kaya itu, ya kekayaannya bisa bertahan lama untuk menghidupi dirinya dan orang lain. Ada yang menyebut, 7 turunan tidak habis).
Ada juga tidak kaya, tapi bisa jadi dia masuk golongan ‘orang mampu’, tidak banyak hartanya tapi mampu untuk membelanjakan hartanya untuk kepentingan orang lain yang memerlukan. Ini sangat diapresiasi juga.
Orang kaya, banyak cara mengeluarkan duitnya, bisa lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) dan kedermawanan (pilantropi). Contoh misalnya, di televisi tersiar, Yayasan Bill Gattes dan Melinda Gates, pendiri Microsoft ini menyumbangkan kurang lebih Rp1,3 triliun sebagai upaya memerangi corona. Ia membantu rumah sakit membeli pasokan medis yang dibutuhkan.
Lalu, Jack Ma Foundation Rp196 miliar, sedang Alibaba sendiri menggalang dana Rp2 triliun untuk membantu rumah sakit. Jika melihat kondisi ini, harusnya pemerintah lebih siap. Dananya ada, tinggal lakukan ‘pergeseran’ dana yang tidak penting dan dialokasikan untuk pencegahan wabah corona dan menolong warga yang terdampak covid-19.
Di Balikpapan, pemerintahnya (DPRD-pemkot) sudah mengucurkan Rp136 miliar. Jika dianalisa, kemungkinan ini bisa saja kurang. Sebab, dananya tinggal digeser-geser di APBD. Kalaupun mengalami defisit atau dananya dipotong, tentu pola kerjanya ya disikapi dengan melakukan analisa anggaran atau pemetaan (mapping). Mana kebutuhan skala prioritas? Sebab, sekarang ini swasta sudah membantu untuk meringankan. Ya orang kaya dan orang mampu tadi, nanti justru bertanya: “Mana dong program pemerintah untuk rakyat yang besar lewat APBD?, swasta sudah membantu ikut menangani dampak covid-19?”!
Maksud penulis, ada peran pemerintah dan ada peran swasta. Misalnya kalaupun dipetakan, dari 700 ribu lebih warga kota Balikpapan, mungkin sekitar 600 ribu atau semua warga yang harus dibagi sembako, ditolong penghidupannya untuk jangka waktu tertentu. Jadi tidak hanya Rp70 miliar, tetapi bisa Rp250 miliar sampai Rp300 miliar.
Karena, Presiden Jokowi juga memerintahkan agar APBD itu dapat dipangkas, karena banyak anggaran yang non-prioritas. Seperti anggaran perjalan dinas, belanja rapat-rapat, pembelian barang dan proyek-proyek yang belum mendesak serta banyak lagi.
Fokuskan anggaran atau APBD itu untuk membantu kesehatan, insentif ekonomi bagi pelaku usaha yang usahanya juga terdampak virus corona sehingga bisa bertahan dan tidak mem-PHK, serta social safety net, atau bantuan sosial. Dan, ini juga termasuk membantu warga yang sudah terkena PHK atau perusahaannya sudah tidak memberikan gaji lagi.
Nah, politik anggaran itu ada di DPRD. Sebab, wakil rakyat kita menyandang tugasnya memiliki kewenangan hak budget atau hak anggaran. Sehingga, 45 anggota DPRD itu, punya cara untuk bersama-sama institusi pemkot yang ada di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melakukan pemetaan terkait warga yang terdampak covid-19. Dan, jika sudah bekerja maksimal, wakil rakyat ini pun layak juga diapresiasi.
VIRUS DERMAWAN
Kita patut acungin jempol terhadap mereka yang sudah membantu. Diibaratkan, virus corona yang melanda sekarang sudah dilawan dengan ‘virus dermawan’. Secara otomatis gerakan itu kita saksikan bersama. Di media sosial misalnya, kakek-kakek menggunakan mobil bagi-bagi beras kepada tukang becak di jalan. Sejumlah artis pun tampil jadi dermawan seperti Nikita Mirzani. Ada juga muncul tiba-tiba, Toyota Alphard yang dikemudikan wanita cantik bagi-bagi duit ke ojol. Terus, Bos Mayapada Group yang menyumbang Rp52 miliar. Dan banyak lagi.
Belum lagi, masing-masing BUMN membuat platform berbagi yang kucurannya juga sangat besar. Mereka bahu-membahu. Mereka gotong-royong, tanpa dikomando muncul gerakan dari masyarakat menggalang dana. Mereka Bersatu Melawan Covid-19.
Sikap itu ada ditunjukkan pejabat, pengusaha, anak muda, organsiasi massa (ormas), organisasi pengusaha, organisasi wanita, BUMN, perusahaan swasta, pelajar, mahasiswa, kampus-kampus, tokoh agama, tokoh masyarakat, anggota DPRD, partai politik (parpol), warga secara individu dan banyak lagi. Mereka sepakat membantu bagaimana yang terdampak corona dapat dibekali.
Seluruh media cetak dan elektronik, membuka dompet donasi; Bahkan, Kompas TV menggelar konser amal dari rumah yang menampilkan penyanyi Didi Kempot dengan menggugah ‘sobat Ambyarnya’ dan di akhir acara lewat suguhan lagu Pamer Bojo, mampu mengumpulkan donasi nyaris Rp5 miliar.
Juga televisi lain, Metro TV, donasinya juga lewat pemirsa sampai saat ini sudah terkumpul Rp12 miliar. Belum lagi TV One, RCTI dan televisi lainnya. Yang jelas, gokil deh kalau anak gaul menyebutnya, ‘virus dermawan’ ada di mana-mana.
DERMAWAN BALIKPAPAN
Kita bisa melihat, Walikota H Rizal Effendi, mendorong bagaimana semua masyarakat harus saling membantu. Bahkan, bersama sang istri, Rizal pun ikut peduli. Bagi-bagi sembako dan kegiatan lainnya.
Juga kita saksikan, bagaimana Wakil Walikota H Rahmad Mas’ud yang menggelorakan semangat gotong-royong, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Melalui Yayasan Rahmad Mas’ud Centre (RMC) membantu sekitar 25.000 sembako terdiri dari beras, mie instans, gula dan lainnya. Juga membantu penyemprotan disinfektan tak pernah berhenti hingga kini, bagi-bagi masker, membagi wastafel portable dan juga membantu vitamin ke sejumlah rumah sakit. “Gotong royong itu adalah sedekah di saat ada wabah,” kata Rahmad, memberikan ilustrasi dan apresiasi kepada mereka yang berdonasi.
Ada juga, pengusaha bahan kimia (chemical), Ahmad Basir, dia membagi-membagikan masker, hand sanitizer dan tak pernah berhenti melakukan penyemprotan disinfektan. Bahkan, program corporate social responsibility (CSR) perusahaan juga membagi disinfektan ke kota-kabupaten se-Kaltim.
Terlihat pula Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Yaser Arafat SHI MBA, yang bagi-bagi ribuan masker dan sembako kepada warga. Tak mau ketinggalan, Ketua Gapensi Balikpapan, Zaifuddin Zuhri yang secara ikhlas membuat sendiri tempat cuci tangan portable yang dibagi-bagikan di lingkungan RT-nya.
Lalu, ada Gerakan Kaltim Menang Lawan Corona yang diinisiasi CEO Rachmat Group Land, Andi Sangkuru yang menggandeng Yayasan Kelas Pengusaha Muda, Komunitas Tangan di Atas (TDA) dan Eminet Borneo menghimpun donasi dan membagi-bagikan APD ke rumah sakit dan puskemas.
Bahkan, ada cerita menarik. Seorang anak ‘memerintahkan’ orangtuanya untuk segera berdonasi. Ini setelah melihat banyak warga terdampak virus corona. “Saya minta ayah mengeluarkan donasi. Usulan saya Rp100 juta,” kata, seorang pengusaha oli ExxonMobil, Bryan Wijaya kepada ayahnya Hengky Wijaya. Bryan sendiri mengeluarkan donasi Rp50 juta dan bagi-bagi ratusan sembako.
Perbuatan baik itu terus mewarnai Kota Balikpapan. Dermawan muncul terus untuk berbagi; ibaratnya mereka harusnya diberi apresiasi lewat standing applause atau ‘tepuk tangan sambil berdiri’ selama 2 menit yang sama halnya dengan memberi penghargaan kepada tim medis dan para dokter yang melawan corona.
Sampai Walikota pun mengeluarkan Surat Keputusan (SK) terkait dengan kepengurusan Gerakan Balikpapan Peduli Corona (GBPC). Gerakan ini diketuai Roy Nirwan, mantan Ketua KONI Balikpapan yang juga CEO PT Balikpapan Ready Mix (BRM). Begitu dideklarasikan, gerakan ini langsung mendapat respons positif. Hingga hari ini, jumlah donasi yang terkumpul berkisar Rp2 miliar lebih. Sangat luar biasa.
Menariknya, hampir 90 persen pengurusnya adalah pengusaha di Kota Balikpapan. Mereka bersinergi, berkolaborasi memikirkan bagaimana menyelamatkan nyawa. Makanya, donasi sebagian besar akan diarahkan ke pembelian alat pelindung diri (APD). Kendati ada juga 1.000 paket untuk sembako.
Nominalnya donasi penyumbang juga besar-besar ada yang Rp100 juta diberikan Charles (CEO Platinum Group), Johny Santoso (CEO Bukit Damai Indah), Hendry Tatang, Nony Oentoro, H Achmad Asfia. Roy Nirwan sendiri total Rp200 juta, BSB Rp200 juta. Belum lagi yang Rp50 juta-an, begitu banyak. Terus yang patut diapresiasi, karyawan perusahaan, pelajar, warga yang tingal dikompleks patungan dan menyalurkan ke GBPC.
Mereka semua tergerak hatinya untuk saling tolong-menolong. Dari ratusan ribu sampai ratusan juta semua berbaur jadi satu. Justru, banyak juga yang ‘menyembunyikan nama’ alias no name (NN). Itu hak mereka, sebab menyumbang itu boleh rahasia dan boleh terang-terangan.
Komunitas juga, misalnya para hasher yang tergabung dalam Bakom Hash. Didorong oleh seorang pengusaha, Tang Lenggono, mereka sumbangan untuk donasi, ada Rp100 ribu sampai jutaan. Dan, hasilnya sudah diserahkan untuk membeli APD, masker dan lainnya.
Yang unik, menarik dan inspiratif adalah murid TK Hangtuah Balikpapan, De Marsyadha Tumangger (5) rela menyerahkan tabungan bersama kakaknya Khaidir Chandara (17) untuk membantu penanganan covid-19 di Kota Balikapan. Baby De, sapaan murid ini, datang bersama ibunya Chita Wijaya dan jumlah tabungannya Rp439.050 ribu dan diserahkan kepada Wali Kota Balikpapan H Rizal Effendi. Inilah virus corona yang berganti jadi ‘virus dermawan’.
Ibaratnya, mereka menolong dengan rela. Tak kenal pun ditolong. Di sejumlah negara ada istilah helping strangers. Belum lagi relawan covid-19 yang meluangkan waktunya berkeliling kota menyemprotkan disinfektan seperti yang dilakukan jajaran KONI Balikpapan, Relawan Rahmad, pengurus RT, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Universitas Balikpapan (Uniba) yang membagi-bagikan netralization chamber atau bilik steril disinfektan dan bagi-bagi masker yang dilakukan mahasiswanya serta lainnya.
Penulis, berdoa, semoga ‘virus dermawan’ ini kalaupun wabah corona berakhir, tetapi sikap dermawan dan tolong-menolong bisa terjadi jangka panjang tanpa melihat suku, agama, ras. Dan ini juga wujud sinergi dengan pemerintah dalam mengatasi masalah.
Akhirnya, kita juga harus ikut berbelasungkawa dengan pahlawan kesehatan yang gugur melawan virus covid-19. Mereka menyelamatkan bangsa, negara dan rakyat dari malapetaka kesehatan. Selamat jalan pahlawan, jasamu terukir indah selamanya yang tidak akan pudar. Pengorbanan jiwa ragamu menjadi inspirasi bagi semua untuk mengabdikan diri.
Semoga, kita yang masih hidup, dapat mendoakan mereka semua: Doa dari rumah di saat Ramadan. Syukur-syukur ada yang menggunakan teknologi zoom. Dengan titel: ‘Doa untuk Pahlawan Kesehatan yang Telah Gugur dan Spirit bagi Tenaga Kesehatan yang Sedang Bertugas Melawan Covid-19.
Penulis sadar, masih banyak yang punya sikap dermawan di Balikpapan yang tak mungkin terekam dan disebutkan satu per satu. Bahkan, ada ‘orang biasa’ pun mampu menyumbangkan untuk kepentingan dampak corona. Dan, dermawan itu seperti yang diucapkan seorang ahli sufi, Imam Al-Ghazali yang katanya: Pekerjaan terberat di dunia itu di antaranya adalah: Sikap dermawan di saat keadaan sempit.
Di saat wabah, banyak pengusaha pun mengalami masalah; tetapi mereka masih sempat mendarmabhaktikan dirinya untuk kepentingan umat. Semoga, Allah menggantikan rezeki para dermawan itu rezeki, panjang umur, sehat dan memasukkan ke surga tanpa hisab.
Salut dan hebat wahai kau dermawan. Ternyata virus corona bisa kau ubah menjadi ‘virus dermawan’ dan kebijakan pemerintah yang mensosialisasikan social distancing pun akhirnya berubah pula jadi social care atau kepedulian sosial.**
*) Direktur Tintakaltim.Com dan Wakil Ketua Forum Komunikasi CSR Balikpapan