Catatan: Sugito *)
TINTAKALTIM.COM-Lebih baik meninggal di jalan yang lurus daripada aspal yang mulus. Kalimat satir itu diarahkan untuk kalangan netizen. Anak muda produktif kaitan melaju kendaraannya dengan kecepatan (speed) tinggi jika di jalan raya.

Itu karena, data kecelakaan lalu-lintas di jalan raya secara nasional bahkan Provinsi Kaltim yang merenggut nyawa banyak usia produktif dan masih masuk usia milenial. Faktornya mayoritas manusianya (human).

Melaju di jalan raya seenaknya, mungkin terinspirasi gelaran MotoGP. Tontonannya menarik, menggugah adrenalin. Hanya, sikap ‘latah’ ingin mencontoh sang idolanya Valentino Rossi. Seolah merasa gagah jika sudah melaju di jalan raya, padahal itu salah.

Ingat, Anda tak identik dengan Rossi yang sampai dijulukin “The Doctor”. Ia puluhan tahun menarik gasnya di lintasan dunia berkecepatan 1.000 cc dengan ragam gayanya dan skill dan di lintasan yang safety, itu pun masih terjatuh.
Menekan angka kecelakaan di jalan raya, berbagai cara di Indonesia dilakukan yang tujuannya mencegah fatalitas kecelakaan itu terus naik dan masuk dalam nomor dua pembunuh tertinggi. Sehingga, kesadaran dan skill harus dimiliki. Kata Achmad Wildan, Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), siapun harus punya 3 teknik jika berkendara.

Ia lalu mengurai, 3 teknik itu adalah safety driving, defensive driving dan aggressive driving. Ketiganya seperti sama maknanya dari sisi keselamatan tapi berbeda. Safety driving itu mengemudi yang sesuai standar keamanan dan diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2029 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
“Beda kalau defensive driving itu merujuk pada berkendara untuk menyelamatkan nyawa dan tak terganggu dengan kondisi sekitarnya,” kata Achmad Wildan ketika berkunjung ke BPTD Kelas II Kaltim usai jadi pembicara di acara Kementerian Perhubungan di Balikpapan dan melakukan talk show di aplikasi podcast
Begitu halnya aggressive driving, ini harus dihindari kata Wildan, karena perilakunya mengganggu lingkungan lalu-lintas dan bahaya bagi pengendara lainnya. Tapi secara umum ada tiga faktor terjadi kecelakaan lalu lintas yakni manusia, kendaraan dan jalan yang saling keterkaitan.
“Intinya program Ditjen Hubdat Kemenhub lewat Pekan Keselamatan Jalan (PKJ) harus didukung karena lebih pada edukatif. Semoga ke depan programnya tematik sehingga fokus dan kegiatan itu mengubah mindset masyarakat,” ujar Achmad Wildan
BPTD KALTIM
Kampanye keselamatan yang lebih edukatif pun secara berkelanjutan dilakukan BPTD Kaltim. Sejak tahun 2017. Dan temanya pun berbeda-beda. Di tahun 2023 ini, Kepala BPTD Kelas II Kaltim Dr Muiz Thohir ST MT ikut mendorong agar keterlibatan masyarakat dilakukan di daerah lain.

Jika sebelumnya Balikpapan, kini pelaksanaan dilakukan di Samarinda dan Tenggarong (Kukar) dan puncaknya di Tenggarong Kukar pada Minggu (8/10/2023)
Bagi Muiz, supaya ada kesadaran sikap, kamampuan dan kewaspadaan. Sehingga, PKJ 2023 menyentuh masyarakat di daerah lain. Karena, tanggung jawab BPTD skupnya se-Kaltim. “Kita membentuk kebiasaan sehingga mereka terbiasa. Itu lewat pendidikan dan pelatihan. PKJ lah tempatnya,” ungkap Muiz.

Muiz terus mendorong stafnya khususnya di bidang lalu-lintas untuk melayani masyarakat. Karena, ia sadar, Kemenhub juga masuk dalam 5 pilar aksi keselamatan jalan bersama stakeholders lainnya.
Pilar itu adalah, manajemen keselamatan jalan (Bappenas), jalan yang berkeselamatan (PUPR), kendaraan yang berkeselamatan (Kemenhub), perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan (Polri) dan penanganan pra dan pasca kecelakaan (Kemenkes/Jasa Raharja). Dan Kemenhub bertanggungjawab terhadap pilar ketiga yakni mewujudkan kendaraan yang berkeselamatan.

Sentuhan kemanusiaan dalam event PKJ 2023 lebih meniktiberatkan pada keselamatan manusia dan kendaraan. Mindset itu dibentuk lewat kampanye dengan tagar atau hastag: #RethinkMobility.
Tagar itu isu global. Karena, Kemenhub khususnya Ditjen Hubdat merujuk pada seruan PBB yang fokusnya mewujudkan transportasi berkelanjutan untuk mengurangi angka kecelakaan di jalan raya. Karena, dari data setiap jam ada 3 sampai 4 orang meninggal dunia karena kecelakaan.

RethinkMobility, tentu lebih untuk menggugah publik agar berpikir ulang dalam bermobilitas secara selamat, aman, sekaligus berkendara bebas emisi. Dan, ada 18 pesan keselamatan yang diusung dan salahsatunya batas kecepatan 30 km/jam. Tentu, ini jika di daerah hunian, perkantoran dan tempat bermain serta lainnya.
Saya melihat, superteam BPTD Kaltim mengimplementasikan lewat event. Sebenarnya, ingin out off the box, karena timnya kreatif dan punya skill bidang lalu-lintas. Tetapi, PKJ 2023 ini merujuk pada panduan baku yang dikeluarkan Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub Ditjen Hubdat.
Tapi sejak September 2023 hingga 8 Oktober 2023, kegiatan sosialisasi keselamatan diberikan kepada anak-anak sampai siswa SLTA, ibu-ibu alias emak-emak.
Itu digeber yang juga dilakukan via digital campaign di sosial media Instagram (IG), Facebook (FB), dan Podcast BPTD Kaltim program Ngobrol Edukasi Seputar Transportasi (Ngetrip) oleh tim humas pimpinan Pengawas Terminal Tipe A Batu Ampar Sulis Setyawan.
Ragam event PKJ 2023 di Kaltim dari safety riding, sosialisasi ke anak-anak lewat Sadar Lalu-Lintas Usia Dini (SaLUD), didesain lewat content menarik oleh tim lalin BPTD Kaltim.
Mereka tak kerja sendiri, melibatkan multistakeholders seperti Dishub kota-kabupaten, kepolisian, pemkot-pemkab, pemprov untuk tetap menjalankan kebijakan agar semua selamat dalam berlalu-lintas.
Program-program internal BPTD Kaltim misalnya, Muiz dan sejumlah kasinya seperti Kasubbag Tata Usaha Dailamianus S SoS MAP, Kasi Sarana dan Angkutan Jalan, Sungai, Danau dan Penyeberangan Wisnu Herlambang AMd LLAJ Sap MM, Kasi Lalu Lintas Jalan, Sungai, Danau, Penyeberangan dan Pengawasan Bagus Panuntut Kuncoro Edy S SiT MAP, Kasi Prasarana Jalan, Sungai, Danau dan Penyeberangan Nixon Mone S SiT dilibatkan untuk berpikir mendesain bagaimana transportasi darat termasuk sungai, danau dan penyeberangan selamat dan aman.
Gerakan mendukung #RethinkMobility ini secara berkelanjutan dilakukan BPTD Kaltim tak hanya bentuk event. Tetapi, ikut dalam diskusi seminar, zoom meeting dengan Kemenhub Ditjen Hubdat. Bahkan, memberi masukan kaitan keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dari sisi transportasi darat.
“Kita bekerja saja sesuai tugas dan fungsi (tusi). Tentu, tak dapat memberikan pelayanan yang mengakomodir 10 kota-kabupaten secara sempurna. Hanya, sinergi dan kolaborasi berjalan bahkan dengan Komisi V DPR-RI dapil Kaltim dilakukan untuk merealisasikan kerja-kerja BPTD Kaltim,” urai Muiz Thohir.
BENCHMARK
Sebagai rujukan dan benchmark, penulis pernah berkunjung 2 kali ke Korea Selatan (Korsel). Kalau anak-anak milenial kita gandrung dengan K-Pop seperti BTS, Blackpink, harusnya juga adopsi bagaimana tertib lalin di ‘Negara Ginseng’ itu.
Justru, saya pernah menggunakan frasa untuk mendapatkan petunjuk mengemudi dengan ungkapan: Annyengohaseyo yang merupakan sapaan seperti Halo. Ini kata orang Korea untuk keakraban, sehingga mudah untuk berlalu-lintas.
Di Korsel itu, Anda tidak akan melihat polisi berpatroli di jalan raya. Tapi, masyarakatnya khususnya anak muda di jalan punya kesadaran berlalu-lintas. Kalau terlena dan melaju atau overspeed ada speed gun dan kamera di jalan-jalan.
Dan orang Korsel menyebutnya “Tak Ada Polisi tapi Diawasi Polisi”. Melanggar, surat tilang masuk email dan datang ke rumah. Ini kultur atau budaya di sisi manusianya atau personality-nya.

PKJ 2023, berjalan di 33 BPTD se-Indonesia. Dan, masyarakat pun sudah mendapatkan edukasi serta keterampilan bagaimana program road safety dilakukan agar menggugah kesadaran masyarakat berlalu-lintas dengan selamat dan aman.
Kreativits event yang dilakukan tak hanya pada praktek saja. Tetapi, medianya lewat event yang dikemas bersifat entertaint seperti jalan sehat, talk show, games dan lomba-lomba yang tidak melulu event serius tetapi hiburan.
Itu semua untuk menggugah kesadaran termasuk event PKJ 2023 dari Kemenhub Ditjen Hubdat yang tujuannya untuk menanamkan mindset agar paham berlalu-lintas dan sadar. Penegakan hukum (law enforcement) pun dilakukan polisi secara langsung bahkan lewat tilang elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE)
Tapi, masih ada yang kesadarannya belum memuncak. Sadar jika ada polisi. Padahal, paham itu melanggar seperti menerobos traffic light, melawan arus dan tidak memiliki skill berlalu-lintas. Ditjen Hubdat membuat kreativitas event PKJ-lah salah satu solusinya yang secara masif dilakukan setiap tahun.
Saatnya, Anda jadi pelopor keselamatan berlalu-lintas bagi diri sendiri dan orang lain. Silakan saja mencontoh bagaimana memacu kendaraan lewat gaya The Doctor tapi ingat, punya skill berkendara dan di sirkuit bukan jalan raya! Sebab, jatuh di aspal bukan seperti jatuh cinta.
Jangan justru Anda dirawat dokter karena kecelakaan lalu-lintas, gara-gara meniru “The Doctor” apalagi sampai fatalitasnya meninggal dunia. Stop Pelanggaran dan Stop Kecelakaan.**
*) Wk Ketua Media Online Indonesia Kaltim, Direktur Tintakaltim.Com, Wk Ketua Lembaga Konsumen Mandiri Balikpapan.