TINTAKALTIM.COM-Nazar. Secara harfiah adalah menunaikan janji. Sebagian lain menyebut, mewajibkan untuk menunaikan terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Itulah yang akan dilakukan Drs Junaidi Latief, pengurus Partai Golkar Balikpapan.
Junaidi Latief yang sehari-harinya sebagai Kepala Sekretariat Partai (KSP) DPD Partai Golkar Balikpapan ini, ingin menyempurnakan janjinya. Karena, pernah dilontarkannya jauh-jauh hari. Saat itu, ia terucap bahwa jika H Rahmad Mas’ud SE ME jadi walikota, ia akan berjalan kaki sejauh 45 kilometer.
“Karena sudah saya nazarkan, ada yang menyebut hukumnya mubah. Tetapi, para ulama sepakat, melaksanakan nazar itu wajib. Intinya, nazar saya tidak bermaksiat. Kan itu dilarang,” kata Junaidi Latief, menyebut hal-ihwal nazarnya itu.
Nazar Junaidi, jalan kaki dari kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah Gunung Tembak Balikpapan Timur ke Batu Arang, Balikpapan Barat, jaraknya sekitar 45 kilometer. Sehingga, itu ia harus penuhi. Karena, jika tidak maka harus membayar denda (kafarat) karena sudah bersumpah. Kendati, nazar itu belum dilakukan karena mencari waktu yang tepat.
Lintasan nazar itu, secara filosofi disebutkan Junaidi mengapa dari Hidayatullah Gunung Tembak. Itulah kawasan Balikpapan Timur di mana ia tinggal. Simbolisasinya adalah, tempat itu jadi ‘kawah candradimuka’ peradaban manusia, karena di sanalah penggebelangan akhlak dan adab sesuai ajaran Islam.
Makna implisitnya, ada nilai-nilai kebaikan yang lahir dari ponpes itu dianalogikan sebagai visi Walikota H Rahmad Mas’ud yakni Balikpapan Kota Madinatul Iman.
“Nah kalau Batu Arang di Kampung Baru itu, di sanalah tempat Rahmad Mas’ud mengarungi kehidupan sejak kecil. Sehingga, ada sisi historis wilayahnya. Anak Kampung Baru jadi walikota. Sampai Batu Arang, saya akan cari masjid dan salat,” ujar Junaidi.
Nazar Junaidi banyak diperdebatkan sahabatnya. Sebutlah ‘bendahara umum’ alias bendum Drs H Ahmad Mallolongan. Ia menyarankan, bisakah diganti dengan lainnya. Karena, secara fisik dan psikis jalan kaki sejauh itu menguras tenaga. Tentu, akan berdampak bagi si pelaku nazar. “Saya support. Karena itu hak Pak Junaidi. Semoga dapat dilakukan secara full. Tapi, usianya kan bukan muda lagi. Diganti lainnya sangat bisa,” saran Ahmad Mallolongan.
Ahmad kadang bercanda. Apakah Junaidi sanggup untuk berjalan kaki sepanjang itu. “Bukan ragu sih. Jauh lho 45 kilometer itu. Saya tidak sanggup. Dan, saya punya keyakinan, Junaidi akan menggantinya,” ujarnya sambil tersenyum.
Persepsi dan perdebatan lainnya datang dari sahabat dekat Junaidi yakni H Mustaqim LC MM yang juga ketua Bappilu Partai Golkar Balikpapan dan Rosman Abdullah SAg, pengurus bidang media dan penggalangan opini (MPO).
“Coba dipertimbangkan. Nazar itu, tujuannya jelas. Dampaknya pada hasil yang sifatnya berguna bagi kemaslahatan umat. Dan diawali dengan niat,” urai Rosman.
Serupa juga Mustaqim, ia menilai sebaiknya diganti saja dengan kafarat atau denda. “Dalam Islam, nazar boleh tidak dilakukan diganti dengan puasa 3 hari,” jelas Mustaqim, seolah menggoda Junaidi Latief untuk menggagalkan nazar itu.
SPIRIT DAN RASA SYUKUR
Junaidi sudah memperkirakan, nazarnya akan diperdebatkan dan ada persepsi dari sahabatnya. Tapi, ia keukeh yang menyebut, itu bagian dari rasa syukur dan ungkapan terimakasihnya kepada Rahmad Mas’ud yang dinilainya sebagai sosok yang ia kagumi karena mempunyai sifat bijak dan sangat toleran serta jiwa sosialnya tinggi.
“Saya ingin mengungkapkan terimakasih kepada Pak Rahmad. Ia orang yang sangat wise atau bijak. Tentu, saya tidak dapat membalas kebaikannya dengan membuat ucapan dalam wujud karangan bunga (stick letter). Atau materi lainnya. Nazar jalan kaki itu yang akan saya lakukan,” ucap Junaidi Latief sambil menangis terisak.
Junaidi merasa haru, bahagia dan seolah ‘terhipnotis perasaannya’ karena 31 Mei 2021 Rahmad dilantik jadi walikota. Ini mengukir sejarah dalam partai. Karena, pertama kali Ketua Partai Golkar jadi walikota.
MAK EROH
Junaidi juga mengambil filosofi nazarnya itu dengan contoh seorang ibu asal Tasikmalaya Mak Eroh yang berusia 70 tahun. Ibu itu memapas sebagian tebing dengan tangannya. Dia juga membuat saluran air yang mengaliri ribuan hektare sawah dan mendapat penghargaan Kalpataru sehingga digelari sebagai ‘wanita baja’.
“Saya mencontoh spirit Mak Eroh. Jadi nazar itu, Insya Allah saya lakukan,” kata Junaidi sepertinya berkeras untuk tetap melakukan nazar tersebut.
Dari catatan media ini, nazar Junaidi Latief ini nyaris sama dengan nazar Sutrisno Wiro (61) yang jalan kaki dari Bontang ke Samarinda karena Rusmadi Wongso saat itu mencalonkan diri di kompetisi Wagub Kaltim bersama Syafaruddin. Sekarang, Rusmadi telah menjadi wakil walikota Samarinda.
“Saya tunaikan nazar ini, sebagai komitmen menjalankan amanah yang pernah saya ungkapkan,” kata Sutrisno saat itu. Sutrisno harus berjalan kaki sepanjang 131 kilometer dari Kota Taman menuju Kota Tepian dengan waktu tempuh 28 jam.
MASIH RAGU
Hingga usai pelantikan, nazar Junaidi Latief itu belum dilakukan. Ia menyebut, kemungkinan minggu ketiga Juni 2021. Hanya, Rosman Abdullah dan Ahmad Mallolongan terus menggodanya. Sehingga, seolah terlihat kesan bahwa ‘godaan’ yang diarahkan ke Junaidi itu membuat dirinya ragu.
“Saya akan menebak, kalau jalan kaki itu bisa saja diganti atau dibatalkan. Karena, saya dapat info Pak Junaidi baru berjalan 4 kilometer saja kakinya sudah lecet,” kelakar Rosman Abdullah dan rekan Junaidi lainnya, Syarifuddin.
Menurut Rosman, jika Junaidi Latief mencontoh semangat atau spirit Mak Eroh, sangat jauh berbeda. Mak Eroh spiritnya berguna. Jika Junaidi justru membuat lelah diri dan implikasinya ke masyarakat tak terlihat wujudnya. “Kalau Junaidi tetap melakukan, itu hak. Hanya, saran saya bisa diganti lainnya,” pungkas Rosman Abdullah. Kita tunggu nazar itu, ditunaikan atau tidak oleh Junaidi. (gt)