TINTAKALTIM.COM-Boleh disebut ini kampanye hidup sehat. Kecil tapi kongret. Komunitasnya terdiri dari bapak-bapak yang tinggal di lingkup RT 38 dan RT 39 Kelurahan Margo Mulyo tepatnya Kompleks BTN Gunung IV Balikpapan Barat. Setiap hari Minggu punya jadwal berjalan kaki sambil menghirup udara segar.
Penulis punya ide. Karena tiap Minggu makin banyak pesertanya, sepakat saja komunitas ini diberi nama; ‘Kaki BTN’ atau Komunitas Perjalan Kaki warga BTN. Minggu (30/11) jumlahnya sudah 18 orang. Sebelumnya hanya 5 orang. Inisiatornya Roni dan Mas Yon serta Sukamto atau biasa disapa Pak Kamto. “Kami bincang-bicang, hidup sehat penting apalagi jalan kaki, olahraga murah dan banyak manfaatnya untuk tubuh akhirnya kita ciptakan olahraga ini bersama warga,” kata Rony.
Usai salat Subuh, dimulai pukul 06.00 Wita, komunitas ini sudah saling ‘mengundang’ teman lainnya. Ada yang mendatangi rumah dan teriak memberi spirit. Salamnya horsa, horsa, pagi, pagi, pagi. Itu diteriakan Sukamto. Tentu, mengadopsi gaya salam pasukan cakrabirawa, era Presiden Soekarno. Sekarang namanya Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres). “Kita harus semangat, seperti anak muda, hidup sehat itu penting,” ujar Sukamto.
OBROLAN DAN TIMER
‘Kaki BTN’ bergerak. Mengitari perkampungan dari ‘Gunung Empat Kampung’ hingga melintas jalur-jalur yang dianggap mampu membuat ‘nafas ngos-ngosan’. Samuel, mantan Ketua RT 39 kali ini ikut serta. Di tengah, kelompok yang awalnya ‘bersatu’ harus berpisah. Ini karena tidak melulu fokus jalan kaki tetapi seru dengan obrolan dan joke-joke menarik.
“Awalnya kita letih. Tapi setelah H Hardi (warga RT 38) ikut serta dan cerita menarik, Pak Samuel mendengar serius. Sepertinya ingin mengikuti jejak H Hardi dan rasa capek hilang,” kelakar bapak-bapak lainnya sambil bercanda.
Biasa kalau bapak-bapak kumpul juga bisa ngegosip lho, tak hanya ibu-ibu atau emak-emak saja. ‘Topiknya panas’ sesi obrolannya sambil jalan kaki. Tentu topik dewasa kaitan tips and trick pasangan suami istri (pasutri). “Ini menghilangkan stress saja,” kelakar H Hardi.
Kelompok lainnya jalan makin cepat. H Ahyar, Agus, Bambang, Mas Yanto, Rugito, Supono pun mempercepat langkahnya terpisah dengan kelompok Samuel, H Hardi, Rahmadi dan Haidir. Jarak yang ditempuh tak dapat hanya dalam narasi tapi fakta karena menggunakan aplikasi timer Samsung Health yang setiap jarak 1 kilometer akan keluar suara: one kilometer completed hingga akhir eight kilometer completed atau menempuh jarak 8 kiometer.
Hanya, Agus sempat berceloteh ketika jarak baru ditempuh 3 kilometer. “Aplikasi timer itu rusak. Jalan jauh dari tadi baru 3 kilometer terus,” ucap Agus menilai aplikasi yang digunakan penulis tidak cocok.
Tampaknya Agus mulai letih. Bajunya mulai dibasahi oleh keringat, sehingga ketika diajak untuk jalur-jalur terjal, ia pun menolak. “Becek jalannya kurang bagus, jalan lurus saja ikut saya,” ujarnya sambil tersenyum.
Peserta yang terlihat anteng dan enjoy adalah Mas Dedy, H Ahyar, Mas Yanto, Bambang dan Supono. Bahkan, di akhir-akhir finish, Supono berlari kecil dan meninggalkan rombongan. “Jalan kaki bisa memperbaiki mood dan membuat tidur jadi lebih nyenyak. Juga membantu terhindar dari tulang keropos (osteoporosis),” ujar H Ahyar, dokter gigi yang menyebut manfaat jalan kaki.
Ia pun mengatakan, kalau sudah usia 50 tahun dan jarang olahraga bisa membuat tubuh terkena penyakit. Karena dengan jalan kaki dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan berguna melawan infeksi.
“Coba kan ada orang itu terlihat sehat-sehat saja. Selama hidupnya nggak pernah olahraga, nah jika terserang penyakit bisa gawat. Sebab, dirinya sudah tidak imun atau kebal dengan penyakit,” cerita Ahyar sambil terus mempercepat langkahnya.
DIJAMU SINGKONG
Di garis finish, tepat depan rumah H Samuel, rombongan lainnya sudah tiba. Terlihat Sukamto, H Rahmadi, Haidir dan Samuel telah leyeh-leyeh untuk melakukan pendinginan. “Wah potong kompas ini karena letih,” canda Yon kepada Roni yang terlihat sudah tampak tidak berkeringat lagi.
Sambil menunggu peserta lainnya, salah satu warga Suwadi mengajak rombongan sarapan pagi. Disediakan singkong dan susu jahe serta air putih. “Ini namanya rezeki nomplok. Usai olahraga disuguhi sarapan gratis,” kata Bambang. Rombongan diajak ke rumah Suwadi yang sekaligus dapat refreshing melihat kolam ikan lele miliknya.
Menurut Suwadi, ikan lelenya baru saja panen. Ia sempat membeli bibit sebanyak 11 ribu. Itu kebanyakan, harusnya menurut Suwadi hanya 7.000 bibit lele saja. “Alhamdulillah, sudah panen sekitar 600 kilogram, langsung dibeli seseorang yang datang ke rumah,” ceritanya.
Dari pengamatan media ini, ikan lele milik Suwadi besar-besar. Itu pun yang membuat terkejut peserta jalan kaki lainnya. “Wow besar banget. Enak ini digoreng terus nasinya hangat dimakan dengan sambal terasi,” ujar H Samud yang datang juga ikut sarapan meski katanya nggak ikut jalan kaki karena tertinggal. Minggu depan ikut ya Pak Samud. Salam hidup sehat, horsa, horsa, horsa. (git)