TINTAKALTIM.COM-Komunitas Pejalan Kaki Kompleks Perumahan BTN (Kaki BTN) terus menjaga kebugaran tubuh. Minggu (20/12/2020) melintasi jalur yang menembus empang. Hanya, jalannya pun sudah tak gampang.
Entah karena faktor covid-19 yang durasi waktu lebih banyak di rumah, atau daya tahan tubuh sudah melemah. Jadi banyak peserta terlihat capek saat berjalan kaki. Jalannya pun harus memakai masker.
“Kenapa sudah mulai uyuh lah (capek lah). Lawas kada bejalan batis (lama tidak jalan kaki),” kata H Rahmadi yang kental logat Banjarnya. Ia berkomentar karena memang suasana jalan kakinya berbeda dari sebelumnya.
Start dari JB (jalan baru), peserta terus melintas. Obrolan ringan mewarnai setiap perjalanan. Jumlahnya pun tidak maksimal. Hanya 11 peserta, biasanya sampai 18 peserta. Rombongan dipimpin H Sukamto yang dikenal dengan sebutan ‘Mr Horsa Horsa’. Ada terlihat juga Ketua RT 38 Kelurahan Margomulyo Sihombing, Bambang, Roni, Agus Meni, Ali Akbar, Rugito, Hendra Ahok dan H Suriansyah.
Boleh disebut ‘juaranya’ kali ini H Suriansyah. Bapak yang sudah lansia dan disapa peserta dengan kai ini, selalu berada di depan. Bahkan terkadang ‘menantang jalur’ jika terasa pendek. Usianya paling tua di antara peserta lain karena mencapai 75 tahun.

Di jalan baru, kai bersama H Rugito berada di depan. Saat jalur akan diambil ke kiri, Agus Meni berteriak. “Kanan-kanan saja”. Sepertinya, peserta satu ini phobia alias ada rasa ketakutan kalau jalurnya jauh. “Kakinya agak sakit. Jadi begitu,” bela Roni, yang sepertinya juga ‘setali tiga uang’ atau sama takutnya dengan jalur jauh.
DIPLOMASI RASA SYUKUR
Kita semua terus berjalan. Tembus ke Perumnas Balikpapan Utara, peserta memasuki gang. Melihat bangunan rumah-rumah nan mewah. Itu dijadikan bahan obrolan kaitan dengan introspeksi diri (muhasabah).
Penulis berkomentar: “Sekarang ini bersyukur harus terus dilakukan. Ada kawan saya, rumah sudah mewah, harta banyak, masih mengeluh hidup susah”. Sontak, Ali Akbar menimpali; “Padahal, kita sekarang yang biasa-biasa saja sudah nyaman lah hidup. Apa karena kita belum kaya jadi bisa bicara begitu”? Tanya Ali Akbar.

Kuncinya terus tingkatkan ibadah. Sehingga, rezeki Allah seberapa pun dapat disyukuri. “Banyak harta terus mati, lupa bersyukur lagi. Kan konyol,” urai Ali Akbar.
Suasana jalan kaki kami semakin asyik, tak hanya karena udaranya segar tapi ocehannya juga. Hendra Ahok pun bercerita kaitan ada spot-spot lokasi wisata yang indah seperti di kilometer 23 hingga 26. Milik seorang pengusaha tetapi ada hamparan madu. Namanya woody park.
“Gratis dan ada tanaman nan hijau. Mungkin baru perkenalan ya jadi nggak ditarik biaya. Ada juga cottage dan lainnya,” cerita Hendra Ahok, yang juga dikenal sangat rajin jogging dan wisata bersama keluarga tercinta ini.

Makna jalan kaki itu terasa segar. Kendati jarak tempuh hanya 6 kilometer lebih. Padahal, peserta biasa menempuhnya dengan 8 kilometer. Tak ada juga teriakan horsa-horsa dari pimpinan rombongan.
Jalannya pun kali ini ‘tanpa peta’. Agus Meni membelokkan ke jalur di kawasan Telindung, tetapi menuju jalur becek dan ada pengembala sapi di situ. Sehingga, peserta protes agar cari jalur lain. Ali Akbar pun berkelakar: “Lewat situ sapi ngamuk, apa nggak diseruduk”.
“Belok saja. Aku kada kawa umpat (nggak bisa ikut). Aku cari jalan yang lurus-lurus dan kada becek,” teriak Kai Suriansyah. Ketika menuju jalur tanjakan, peserta mulai ‘ngoceh’. Dan terlihat Roni ada di belakang. “Pak Kamto sudah capek. Nggak tahan,” ujar Roni. Tentu, Sukamto tersenyum saja.
“Yang lelah itu, Roni atau Pak Kamto? Suara dari belakang terdengar dari peserta lainnya. Nafas peserta mulai ngos-ngosan. Terlihat Roni juga mulai lelah. Maklum, ia harus menurunkan berat badannya karena paling ‘subur’ dari peserta lainnya.
Kami semua gembira. Apalagi saat melewati empang. “Foto-foto, view-nya bagus ada empang,” ujar Ali Akbar. Semua peserta pun ikut berbaur foto dengan background empang nan sejuk. Siapa lagi kalau bukan Hendra Ahok yang biasa disebut ‘sang pencari muka’ alias ‘tukang foto’ mengabadikan gaya-gaya peserta.
Jalan kaki bagi warga BTN sudah dijadikan olahraga yang tepat. Badan sehat, dapat berinteraksi dengan kerabat dan tetangga. Bisa santai sambil mengobrol apa saja. Saling bercerita, isu-isu terkini, bahkan bisa juga jadi sesi curhat. Kalau olahraga berlari, apa bisa sambil cerita ke sasna-kemari alias ngalor-ngidul?
Penulis menyebutnya, jalan kaki ini sebagai ‘diplomasi rasa syukur’. Karena, di akhir menuju finish, sejumlah peserta saling bercerita dan mengungkap ayat Alquran. Itu ketika melintasi Masjid Al-Kahfi di kawasan Telindung. “Saya biasa membaca Surah Al-Kahfi di malam Jumat. Bagus diamalkan,” ujar penulis.
Ditimpali Roni, bahwa itu bagus tetapi baca surah Yasin juga bagus, karena hanya 83 ayat. “Bujur, Al-Kahfi itu sekitar 110 ayat. Kalau baca cepat bisa tuntas sampai menjelang salat Isya sehabis Magrib. Tapi, kalau tidak, bacanya dipotong-potong nanti disambung lagi,” cerita H Rahmadi.
Tebak-tebakan ayat terjadi? Surah Ar-Rahman. “Ada 31 ayat yang bagus untuk bersyukur. Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban (maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan),” ungkap H Rahmadi.
Berapa ayat Surah Ar-Rahman? Roni di belakang membuka ponsel untuk mencari jumlah ayatnya. Tapi, Hendra Ahok lalu menyebut; “Kalau nggak salah 78 ayat”? Dan, H Rahmadi lalu membenarkan: “Bujur-bujur 78 ayat. Nggak salah lagi”.

Jalan kaki melewati pos security di kawasan Jalan Batu Butok. Ocehan bapak-bapak pun terjadi. Karena, pos itu tak seperti biasanya. Kali ini dijaga petugas wanita berparas ayu. “Wah bungas (cantik). Besok pagi kita bisa jalan sini lagi,” kelakar H Rahmadi, yang meminta diambil spot foto dengan latar belakang pos.
Tepat di garis finish depan lapangan volley BTN, peserta berhenti sejenak. Ada yang lupa, yakni makan bubur Bandung. Biasanya sebelum pulang makan bubur dulu. “Nasi kuning H Daud nggak ada, bubur nggak ada. Lain kali jalurnya cari yang menuju sarapan itu,” ujar Bambang, berkelakar .
Intinya, peserta sehat, silaturahmi berjalan antartetangga. Dan, kami juga masih ingat pernah pula mendiskusikan bahwa ‘Kaki BTN’ akan melakukan perjalanan wisata religi ke Banjarmasin. Hanya, masih hitung-hitung rencana anggaran biaya (RAB). “Dibuat saja RAB-nya,” pinta Roni. Doa kami bersama, agar Roni jadi sponsor utama. Salam Sehat dan Panjang Umur. (git)