TINTAKALTIM.COM-Ibadah Ramadan saat pandemi covid-19 tentu sangat istimewa. Salat di rumah jadi hal yang unik serta menarik. Dari gelaran salat tarawih sampai Idul Fitri 1441 H. Hanya yang jadi pemandangan penuh kesan dan jarang terjadi adalah salat id. Ini karena, ada anjuran Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus salat di rumah.
Bukan hanya anjuran, MUI juga mengeluarkan fatwa Nomor 28 tahun 2020 yang berisikan tata cara salat Idul Fitri di rumah, baik dilakukan secara berjamaah maupun sendiri. Kendati demikian, masyarakat masih banyak yang mengabaikan peraturan dan fatwa tersebut, dan tetap banyak yang melaksanakan salat di masjid
Dari pantauan Tintakaltim.Com, sejumlah keluarga sepakat menggelar salat Idul Fitri di rumah. Mendesain ruang tamu bahkan garasi jadi tempat salat. Sedih sebenarnya mereka, tak dapat salat di lapangan seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya ia yakin, ‘desain Allah’ lebih dahsyat, sebab mampu menjadikan pengalaman (ibrah) untuk ‘mempersatukan keluarga dalam satu tempat salat’.
Dalam Islam, laki-laki adalah pemimpin. Nah, di saat salat Idul Fitri di rumah, mereka semua jadi tumpuan terlaksananya ibadah di tengah keluarga. Pengalaman menjadi imam di rumah, tentu akan jadi cerita tersendiri.
Bagi bapak atau ayah, ini kesempatan yang harus dilakukan. Sebab, kalau kondisi normal jarang terjadi. Selalu ada kendala salat berjamaah bersama keluarga. Sebab, jika tak ada corona, bapaknya lebih sering ke masjid, sehingga berjamaah di rumah tak mungkin. Kendala lainnya, waktu kerja yang panjang. Sehingga, ada yang salat di kantor. Berkah corona, menjadikan sang ayah atau bapak mampu menjadi iman. Bahkan, ada yang menjadi khatib salat Idul Fitri.
WAWALI KHATIB
Wakil Walikota (Wawali) Kota Balikpapan H Rahmad Mas’ud SE, bersama keluarga salat di rumah dinasnya. Bahkan, Wawali menjadi khatib dengan imam H Mustaqim yang juga kerabat Wawali. “Ya Pak Wawali lebih banyak menyampaikan ke internal keluarga untuk menjaga hidup sehat. Sebab, pandemi corona masih terus mengintai. Pakai masker, cuci tangan pakai sabun dan tidak berkerumun,” kata Mustaqim.
Tetapi, menurut Mustaqim mengutip keterangan Wawali, warga diminta tetap punya semangat untuk optimistis bahwa wabah corona diyakini akan sirna. Terus berdoa dan mengindahkan protokol kesehatan. “Pemerintah terus mengimbau salat di rumah bukan berarti melarang ke masjid. Itu sebagai wujud sayang dengan warganya demi kesehatan masyarakat,” ujar Mustaqim menirukan isi khatib Wawali.

Wawali sendiri tidak banyak menerima tamu. Sebab, tidak melakukan open house. Lebih banyak di rumah bersama istri Hj Nurlena dan anak-anaknya. Kalau pun menerima tamu, itu adalah kerabat dekat dan keluarga yang sifatnya tidak banyak. “Sebagai orang pemerintah Pak Wawali harus ikuti regulasi. Juga menghargai yang salat di masjid dengan ketentuan mengikuti protokol kesehatan,” ujar Mustaqim.
Pesan Idul Fitri Wawali juga mengingatkan agar warga terus menjaga toleransi dan kerukunan serta persaudaraan. Karena, itulah modal dalam bermasyarakat dan bernegara. Apalagi merayakan Idul Fitri di saat pandemi corona.
Saat wabah corona melanda, Wawali tak henti-hentinya meneriakkan semangat gotong-royong. Bahkan, ia dan keluarga telah membagi-bagikan sembako sekitar 25.000 paket dan zakat kepada warga sebanyak 40.000 kepala keluarga (KK) juga penyemprotan disinfektan serta menyumbang wastafel portable atau alat cuci tangan.
Sementara keluarga besar Wali Kota Balikpapan H Rizal Effendi. juga menggelar salat Idul Fitri mengajak, istri, anak dan lainnya. Salat Id di kediaman Walikota justru disiarkan langsung menggunakan aplikasi zoom dengan khatib Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Balikpapan KH Muhlasin dan yang menjadi imam adalah imam besar Masjid Islamic Centre Asep Ismail.

Hampir sebagian besar masyarakat Balikpapan salat di rumah. Peran ayah sebagai imam pun terlaksana. Seperti dilakukan warga bernama Sumarsono atau biasa disapa Woro. Sosok pria yang biasa jadi pembawa acara atau MC pernikahan ala Jawa dan kerap tampil di pageleran wayang ini, langsung memimpin jadi imam salat Idul Fitri di rumah.

“Karena ada imbauan MUI untuk salat di rumah, saya sehari sebelumnya sepakat mengajak istri dan anak-anak salat di rumah. Juga mengundang adik-adik untuk salat bareng,” ujar Woro.
Bukan imam saja, Woro juga merangkap untuk menjadi khatib. Tanpa teks dan pesan-pesan yang disampaikan adalah kaitan menjaga persaudaraan, kerukunan pasca Puasa Ramadan antarkeluarga, tetangga dan saudara lainnya. “Jadi khatib sekalian karena MUI sudah mengeluarkan tata-cara apa saja yang disampaikan. Termasuk pentingnya menjaga kesehatan karena adanya penyebaran wabah corona,” ujarnya.
Pantauan media ini aktivitas salat di rumah juga dilakukan anggota DPRD Balikpapan Budiono. Politisi PDI Perjuangan ini bahkan menjadi imam dan khatib. Menariknya, ia menyiapkan mikropon atau mic agar suara khatib dapat terdengar jelas. Agar tidak salah dan penyampaiannya sesuai rukun khutbah, Budiono menggunakan teks saat berkhutbah.

Semoga mudah dan cepat. Ada yang menggunakan ayat-ayat panjang tetapi, jika tidak hafal, para ayah atau bapak juga menggunakan surah-surah pendek seperti Al-Ashar, Al Maun, Al-Kautsar, Al-Kafirun dan lainnya. “Yang penting rukun salatnya sesuai dan semoga Allah mengabulkan semua doa yang kita minta,” ujar Budiono.

Salat Idul Fitri di rumah juga dilakukan keluarga Ir Muhammad Adam, anggota DPRD Kaltim. Bersama istri, anak, menantu, ia menjadi imam salat. Rumah didesain untuk tempat salat setelah itu melakukan silaturahmi internal keluarga. “Kita ambil hikmah, wabah corona semoga dapat meningkatkan keimanan kita. Allah sedang menguji umatnya. Insya Allah, masyarakat Kaltim akan terbebas corona. Ayo terus berdoa dan saling bahu-membahu untuk menolong mereka yang perlu bantuan,” ujar Muhammad Adam. (git)