TINTAKALTIM-COM-Bank Indonesia (BI) Balikpapan sangat mendukung gerakan Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Kaltim yang melakukan langkah-langkah koordinasi untuk mendapatkan input kaitan pengembangan pariwisata. Bahkan, institusi perbankan ini, menjadwalkan untuk melakukan Forum Group Discussion (FGD) yang fokus bahasannya adalah bagaimana pariwisata menjadi pendorong ekonomi.
“Kami memberi apresiasi sangat baik terhadap NCPI. Nanti, pola FGD akan dilakukan bersama BI Provinsi Kaltim, karena yang dibahas secara komprehensif pariwisata yang menjadi domain provinsi,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Bimo Epyanto saat ngopi bareng jajaran pengurus NCPI Kaltim yang dipimpin ketuanya Joko Purwanto di De Café Resto.
Diskusi serius tapi santai (sersan) itu berlangsung penuh dengan gagasan-gagasan positif kaitan pariwisata. “Pariwisata itu harus didukung, saya justru melihatnya peran pemerintah harus campur tangan. Kalau BI itu kan menjaga inflasi tetap terkendali. Hanya, korelasinya pada dunia pariwisata juga pertumbuhan ekonomi,” kata Bimo.
Joko Purwanto bicara lepas atas pengalamannya di duni pariwisata. Dari kaitan harga tiket tinggi yang menimbulkan implikasi turunnya wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan domestik, juga bentuk wisata yang harus diciptakan dengan membuka destinasi-destinasi yang unik dan memberi daya tarik. “Wisata kapal harus diciptakan. Sebab, itu transportasi massal, nanti polanya wisata paket. Saya melihat ada opportunities Pulau Balak-Balakan dan dapat jadi paket wisata menarik bagi Kaltim ,” urai Joko Purwanto.
Tentu kata Joko, diperlukan juga kajian dalam pengembangannya, sehingga tepat sasaran dan memberikan dampak positif terhadap tumbuhnya ekonomi bidang pariwisata. “Pariwisata itu juga harus berbasis kelestarian lingkungan. Turis yang saya bawa ke Kaltim, rata-rata ingin melihat bagaimana lingkungan baik. Tapi, sekarang sudah banyak tambang-tambang, itu juga memberi dampak negatif karena keramahan lingkungan hilang,” ulas Joko.
Menurut Bimo, BI juga dapat mendorong meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat sesuai dengan potensi ekonomi daerah. Khususnya sektor pariwisata. “Kajiannya harus lewat SWOT, karena BI juga punya yang namanya Regional Investment Relation Unit (RIRU) yakni program yang bertujuan untuk ikut mendorong optimalisasi pengembangan ekonomi daerah, itu diselaraskan dengan Pemprov Kaltim melalui gubernur,” kata Bimo.
Dikatakannya, kunci dari pariwisata adalah identifikasi dan melakukan pemetaan (mapping) potensi. Misalnya di Provinsi Kaltim, apa yang harus dilakukan NCPI dengan melihat profile opportunities atau peluang profil pariwisata yang bakal dilakukan. “Jika Pemprov Kaltim memiliki desain pengembangan proyek pariwisata, tentu BI melihatnya proyek yang dipromosikan harus clean dan clear yaitu memiliki feasibility study dan tidak ada kendala,” kata Bimo menyebut bahwa regulasi BI itu ketat.
Berikut dalam diskusi itu, Bimo juga menyebutkan paling penting pariwisata itu adalah target apa yang harus dilakukan. “Mengapa BI Balikpapan mendorong Derawan, itu adalah target. Itu destinasi eksotis dan memukau. Nah, pengembangannya kan banyak seperti wisata budaya dan sejarah lainnya di Kaltim,” kata Bimo.
MEMBUAT PROGRAM
Sementara itu, Sekjen NCPI Johanes Kans Betekeneng menyebut, program jangka pendek dan menengah segera dirumuskan. Salahsatunya dengan menggelar rapat pleno di Samarinda. “Program jangka pendek dan menengah itu adalah target kepengurusan. Sehingga, kita dapat melakukan langkah-langkah strategis,” ujarnya.
Karena kata Kans, target wisata itu fokusnya juga pada peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnu) yang masuk Kaltim. “Ini harus cepat direalsiasi. FGD dengan BI akan mengurai banyak hal kaitan bagaimana mendesain pariwisata di Kaltim,” ujarnya.
PEMERINTAH DAN PLATFORM
Sementara itu, General Manager (GM) Blue Sky Hotel Novriwendi R Tamin mengatakan, pemerintah harus ‘campur tangan’ maksimal dalam pengembangan pariwisata di Kaltim. “NCPI harus rangkul pemerintah secara maksimal. Juga DPRD, sebab strategi pemasaran dan pengembangan wisata di setiap destinasi tidak hanya urusan asosiasi tetapi peran pemerintah sangat besar,” ungkap Novriwendi yang menambahkan hal paling mendasar dalam menjalankan program pariwisata adalah adanya rasa kerelaan hati (willing) serta mampu bekerjasama.
Novriwendi juga menyinggung bagaimana menyiapkan platform kaitan pariwisata. Karena, era digital sudah membuat perubahan dalam sisi tourism. Di mana, sekarang pemesanan hotel dan lainnya sudah dengan konsep online. “Persaingan antar negara menarik wisatawan sudah melalui digital. Jadi NCPI juga harus memperhatikan platform digital, sebab sekarang sudah era cyber tourism,” jelas Novriwendi yang sangat kreatif dalam mempromosikan hotel yang dipimpinnya ini.
Dalam diskusi itu, juga banyak ide-ide kreatif muncul. Dari Direktur Platinum Soegianto misalnya, yang mengarahkan agar segera mungkin program NCPI dibuat agar dapat dijadikan langkah-langkah koordinasi. Juga pemetaan masing-masing daerah, sebab NCPI lebih fokus melihat pengembangan pariwisata se-Kaltim. (git)