TINTAKALTIM.COM-Suami-istri dalam rumah tangga harusnya membentuk kehidupan sebagai ‘keluarga pejuang’. Berjuang bersama untuk kebaikan. Hanya, seorang ayah atau suami itu merupakan ‘bibit’ untuk menghadirkan keberkahan di rumah tangga yang orientasinya adalah surga.
Itu sudah dibentuk dan dihadirkan saat Ramadan. Di mana keluarga telah mencontohkan dalam aktivitas mengajak ‘si kecil’ untuk berpuasa, walaupun usianya belum baligh. Dialog-dialog keagamaan dan spirit spiritual rumah tangga terbentuk lewat agenda buka puasa. Serta mengajak anak-anak tarawih, mengaji dan aktivitas agama lainnya.
“Coba perhatikan, ada ayah mendorong anaknya untuk menuntaskan puasa hingga buka. Menahan jangan sampai batal. Itu bagian dari wujud perjuangan. Karena, sejatinya suami itu penanggungjawab dunia-akhirat dalam persoalan tarbiyah (pendidikan),” kata Ustaz Drs Zainuddin Musaddad MA, pakar parenting Pondok Pesantren Hidayatullah, saat jadi khatib Salat Idul Fitri, Kamis (13/05/2021) di Masjid Istiqomah Pertamina Balikpapan.
Hadir dalam salat Idul Fitri itu, General Manager (GM) RU V PT Pertamina Balikpapan Eko Sunarto, GM Marketing Operation Region (MOR) VI Freddy Anwar, Ketua DKM Istiqomah Saptono Nugroho, Manajer Comrel & CSR MOR VI Pertamina Regional Kalimantan Susanto August Satria, Ketua BDI PT Pertamina dan undangan dan jamaah lainnya.
Menurut Zainuddin, Ramadan yang sudah dilalui telah membentuk persahabatan dalam keluarga. Anak ‘mengganggu’ saat ingin buka puasa dengan meminta kurma sang ayah. Lalu ada dialog dengan ayahnya. “Ambil nak. 3 kurma kau ambil. Karena, itu sunah Rasulullah yang ganjil di saat buka. Terjadi interaksi kasih sayang, sementara istri berada di sampingnya melayani suami dan semua berada di meja makan. Subhanallahu,” contoh Zainuddin.
Ramadan katanya, merupakan bulan yang menempa suami harus ikut berjuang dan memberi spirit istri. Sang istri harus dibimbing untuk ikut bersama-sama menjadi keluarga yang cinta rumah tangga serta mendidik anak-anaknya di jalurnya yang haq.
“Jangan sampai anak itu jadi yatim. Karena, suami sibuk di kantor. Waktu di rumah dengan anak-anak ditukar waktu sebanyak-banyaknya di kantor. Akhirnya, anak lepas dari komunikasi, kasih sayang dan eratnya pelukan seorang ayah,” kata Zainuddin
Dorongan tarbiyah hilang dari sang ayah, padahal gajinya besar, jabatannya tinggi, hartanya banyak. Hanya, anak-anaknya ‘ditinggalkan’ tanpa belaian kasih sayang dan demikian pula terhadap istrinya. Sehingga, anak-anak harus ‘dididik’ oleh kehadiran hand phone (HP) atau telepon seluler.
Zainuddin Musaddad, ustaz yang berkeliling Indonesia untuk mendakwahkan bangunan rumah tangga sesuai syariat Islam ini, dikenal contoh keluarga yang sukses membangun pondasi rumah tangga berbasis Alquran.
Karena, putra sulungnya Baharun Musaddad penghafal Alquran 30 juz dan alumnus Universitas Islam Madinah dan berkali-kali juara dunia hafal Quran. Dan keenam anak-anaknya adalah penghafal Alquran.
Menurutnya, persahabatan dalam Ramadan tidak boleh hilang. Harus diteruskan usai Ramadan. Karena, peran Alquran di saat Ramadan semakin penting dikaitkan pula dalam kehidupan keluarga. Ada 3 instrumen yakni Ramadan itu sendiri, Alquran dan ketahanan keluarga punya korelasi.
“Saat Ramadan lalu, umat Islam ada pada kondisi suasana berupaya tampil menjadi orang yang terbaik. Pondasi untuk itu ada dalam keluarga dan suami-istri serta anak-anak harus menjalaninya. Dan, jangan sampai hilang usai Ramadan,” kata Ketua Departemen Adab dan Pembinaan Keluarga DPP Hidayatullah ini.
Zainuddin lebih banyak meminta, umat muslim di Balikpapan khususnya suami-istri harus terus berupaya maksimal membaca Alquran, sehingga jadi contoh anak-anaknya. “Jangan istri dan anak baca Alquran tapi suaminya justru tidak,” ujarnya
ATASAN DAN BAWAHAN
Lewat gaya orator dakwahnya yang enerjik, Zainuddin mengingatkan para suami itu bukan mitra bisnis istri. Kehidupan suami-istri serta anak adalah kehidupan persahabatan yang dapat memberikan kedamaian dan ketenteraman. Sebab, satu sama lainnya sahabat sejati
Zainuddin mengingatkan, bergaul secara indah dan besenda gurau antara suami-istri dan anak lalu bersikap lemah lembut dan menghadirkan joke-joke lucu sehingga menimbulkan tawa akan menjadi ‘obat’ menjaga tenteramnya rumah tangga dan jauh dari kandasnya bahtera rumah tangga karena konflik.
Ia lalu mengutip hadist, bahwa Rasulullah orang yang paling baik kepada keluarganya. “Contohnya sudah jelas. Rasulullah itu orang santun, kata-katanya tersusun indah. Tak pernah memaki-maki atau berkata yang tidak hasanah dan kotor. Ia selalu membangun rumah tangga dengan lemah-lembut,” urainya.
Ditambahkannya, pengaturan dan pemeliharaan berbagai urusan rumah tangga ada pada suami. Sehinga, suami-istri bisa saling berdiskusi sebab keduanya adalah dua orang sahabat dan bukan antara atasan dan bawahan.
“Islam itu indah, menata kehidupan suami-istri sehingga kehidupan persahabatan bisa menjelma menjadi kehidupan penuh damai, tenteram, penuh kasih sayang dan mendapat keberkahan,” tambahnya.
TELADAN ATAU PEMIMPIN
Di ceramahnya yang lain, Zainuddin mengingatkan bahwa ada tugas besar di pundak suami. Yakni, ia harus hadir sebagai pemimpin atau teladan dalam rumah tangga.
“Ar Rijalu qawwamuna alan nisa. Laki-laki itu mengarahkan, mengayomi, memimpin wanita supaya nanti wanita menjadi kurikulum kehidupan. Dan ayah harus jadi teladan dan pemimpin,” ungkap Zainuddin mengutip Surah An-Nisa ayat 34 sembari menyebut, ‘hadiah’ Ramadan adalah keteladanan dalam rumah tangga oleh suami.
Dalam konteks suami teladan, Zainuddin menyebut bahwa diperlukan suami yang punya kapasitas keilmuan agama sehingga wajib belajar, kapasitas finansial dan juga selalu jadi ‘obor’ dalam rumah tangga. “Makanya, suami harus berjuang bagaimana hal yang makruf dilakukan. Karena, Allah memerintahkan laki-laki atau suami masuk surga dan harus membawa istri-anaknya juga berada di jannah atau surga Allah,” ungkap Zainuddin Musaddad.
Dalam kaitan Ramadan yang telah berlalu, itu membawa ketenangan. Ramadan telah jadi jawaban mengembalikan keimanan seseorang. Dan sejauh ini agenda puasa dan rangkaian ibadah sudah dilakukan umat muslim karena cintanya kepada Allah.
“Sahabat Rasulullah itu ketika menyambut Ramadan, 6 bulan sudah dipersiapkan. Karena, Ramadan tamu agung. Makanya, ayo pasca Ramadan, terus jaga kemurniannya sampai bertemu kembali Ramadan tahun depan,” ajak Zainuddin.
MASKER MUJAHADAH
Dalam kaitan pandemi covid-19, Zainuddin memberikan spirit jamaah agar terus beribadah dan berdoa. Jangan sampai lelah karena virus yang datang merupakan mahluk ciptaan Allah yang sangat kecil. Tetapi, dunia diguncangkan dengan kebesaran Allah itu.
“Mungkin virus itu ukurannya 0,00000 sekian. Tetapi mematikan. Makanya, masker bisa saja tembus virus itu. Tapi memakai masker yang bagian dari taat protokol kesehatan (prokes) adalah wujud mujahadah atau bersungguh-sungguh untuk menangkal virus. Dan itu harus dilakukan,” ujarnya.
Ia mengatakan, covid-19 itu virus yang disebut mematikan. Tetapi, Allah memberikan gambaran di dunia kaitan virus ini sebagai wujud agar manusia berpikir dan bertindak. Makanya, Zainuddin menganjurkan menggunakan masker biar tidak disebut melakukan perlawanan terhadap mahluk ciptaan Allah.
SEDIH DI PALESTINA
Dalam kaitan kegembiraan saat Idul Fitri, Zainuddin juga mengingatkan peristiwa serangan brutal tentara Israel ke Masjid Al-Aqsa pada saat muslim Palestina melaksanakan salat tarawih.
“Palestina itu jauh. Tapi, atas dasar persaudaraan dan keyakinan kita, bawa serangan Israel itu sudah menginjak rasa kemanusiaan umat muslim dunia termasuk Indonesia. Ayo bapak-ibu ulurkan tangan untuk membantu mereka. Mungkin secara fisik tidak, tetapi rezeki yang diberikan Allah dapat disisihkan. Jangan-jangan rahmat Allah menghampiri rezeki itu untuk diteruskan ke surganya,” ujar Zainuddin.
Zainuddin punya keyakinan, Allah akan membalas serangan Israel itu. Karena, Allah menjaga 3 masjid suci yang itu harus dikunjungi. “Silakan jika anda keliling dunia dengan kelebihan harta dan kekayaan atau menempuh perjalanan kemana saja. Itu hak Anda sebagai muslim. Tapi ingat, jangan pernah tidak membuat program dan menyisihkan rezeki untuk pergi ke 3 masjid yang dijaga Allah yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsa,” tambah Zainuddin seraya mengutip hadist riwayat Bukhari-Muslim.
Di saat warga Balikpapan bergembira, menurut Zainuddin tak ada Idul Fitri di Palestina khususnya jalur Gaza, yang ada dentuman peluru. Kondisnya terus berlanjutnya saling serang antara kelompok Palestina dan tentera Israel.
“Makanya, kita di Indonesia termasuk di Balikpapan harus banyak-banyak bersyukur kepada Allah. Tidak ada bom dan peluru dan bisa menikmati Idul Fitri dengan indah bersama keluarga,” kata Zainuddin.
Untuk itu, secara spiritual kendati fisik merayakan kebahagiaan Idul Fitri, menurut Zainuddin tangan-tangan kita semua diupayakan untuk diulurkan demi membantu rakyat Palestina. Sebab, zikir di sana beradu dengan desingan peluru. Lantunan tilawah Alquran terusik dengan dentuman bom.
“Semoga hasil Ramadan kita semua dapat merasakan kesedihan saudara kita yang lagi kesusahan. Dan, kita terus berdoa agar Islam jaya dan kita semua mendapat ampunan Allah dan mengakhiri kehidupan kelak masuk dalam surganya Allah dan berjuang pada 11 bulan setelah Ramadan dilalui,” tutup Zainuddin dalam khutbah Idul Fitri dengan doa yang membuat isak-tangis jamaah untuk mengaminkan doa. (gt)