Catatan: Sugito *)
TINTAKALTIM.COM-Ini mengubah pola pikir (mindset). Rasanya tak sulit karena fasilitasnya ada. Apalagi kendaraan yang dipakai individu sudah overpopulation. Sehingga, diperlukan edukasi agar seseorang berpindah menggunakan transportasi umum massal
Mengubah comport zone atau zona nyaman menggunakan mobil pribadi ke transportasi umum memang perlu waktu. Dan, tidak harus merasa jatuh status sosial ketika pikiran seseorang memasukkan kendaraan pribadi sebagai harta yang wajib dimiliki dan jadi gengsi. Lalu, ketika pindah ke transportasi umum massal, ada pandangan stasus sosial pun ikut jatuh.
Gagasan visioner itu muncul dari Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kaltim Ditjen Hubdat Kemenhub Renhard Ronald S SiT MT saat mengajukan konsep transportasi umum bus Balikpapan City Trans (Bacitra) untuk optimalisasi yang sasarannya peningkatan pelayanan publik dapat melayani masyarakat berkunjung ke mal.
“Dari demand atau permintaan, masyarakat Balikpapan sudah bagus menggunakan transportasi umum. Bacitra minatnya tinggi dan selalu penuh. Pelan tapi pasti perubahan perilaku dari kendaraan pribadi ke umum perlu terus disosialisasi,” kata Renhard saat bertemu jajaran manajemen PT Wulandari Bangun Laksana (WBL) Tbk yang mengelola E-Walk, Pentacity dan Balikpapan Super Block (BSB).
Renhard disambut dengan hangat Deputy GM Business Meivy Mergan dan Coporate Secretary WBL Tbk, Alexsandro Martin Tiga. Dan, pertemuan silaturahmi itu menggagas bagaimana Balikpapan maju bidang transportasinya yang linier dengan pelayanan.
Bagi Renhard, mal BSB sangat maju. Jika peak season tingkat kunjungan tinggi bahkan crowded. Sehingga, diperlukan aksebilitas pelayanan transportasi yang tak hanya transportasi pribadi tetapi transportasi massal berupa bus bisa melayani konsumen masuk ke BSB.
Ia lalu bercerita bila pelayanan angkutan transportasi itu buruk, maka akan ada kelompok captive (captive people) atau kelompok yang tak memiliki mobil pribadi, dipastikan menggunakan transportasi umum yang aman, nyaman dan selamat yakni bus atau ART dan sejenisnya.
“Kita ingin agar ‘orang berdasi’ itu sudah naik transportasi umum massal. Karena, di daerah-daerah lain pun demikian. Karena, itulah BPTD Kaltim harus terus memberi edukasi,” kata Renhard dalam silaturahmi itu.
Dalam pengembangan ke depan, sejalan dengan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN), BPTD Kaltim kata Renhard juga akan melakukan pola pelayanan menggunakan bus listrik atau Electric Vehicle (EV). Rencananya ada 9 unit mobil tujuan IKN. “Kemungkinan Juni atau Juli 2025 operasional. Kita lihat perkembangan dan kajiannya nanti,” kata Renhard.
Keberadaan bus listrik itu disambut manajemen BSB dengan gembira. Menurut Alexsandro, konsep bus listrik itu sangat menarik sejalan dengan pengembangan BSB. Apalagi sampai ada juga trayek dari Terminal Batu Ampar-BSB-IKN. Karena, BSB juga sedang melakukan proses pembangunan di IKN.
“Kita sedang membangun Nusantara Superblock di IKN. Kalau bus listrik itu ada jalur dari BSB ke IKN, wah ini satu-satunya mal di Kalimantan yang menggunakan transportasi umum massal berua bus,” kata Alexsandro seraya tersenyum.
DIKAJI
Diskusi kaitan penggunaan transportasi massal itu berjalan penuh kekeluargaan. Renhard dan Deputy GM Business Meivy Mergan dan Alexsandro bicara dalam konteks cara pandang orang menggunakan kendaraan karena alasan prestise dan dipandang ‘mampu’ dan terlihat bonafide. Tetapi, perlu diubah bahwa transportasi umum massal juga elegan bahkan aman serta nyaman.
Kaitan transportasi umum massal itu, Mergan lalu sharing pengalamannya menggunakan transportasi itu di Jakarta. Ada keleluasaan memilih moda transportasi, hemat, aman dan nyaman.
Hematnya, jika berangkat kerja biaya per perjalanan hanya dari parameter konsumsi bahan bakar, jelas lebih ekonomis naik transportasi umum disbanding mobil pribadi. Dari tempat tinggal ke tempat kerja hanya perlu naik busway atau ART. “Lebih aman dan memang berangkatnya harus pagi-pagi. Karena terbiasa jadi enak,” cerita Meivy Mergan.
Ia biasa melakukan dengan menumpang transportasi umum dari stasiun LRT Summarecon ke Menara BCA misalnya, lancar dan headway ( waktu tempuh) sangat cepat karena situasinya pagi. Bahkan, lebih aman dan murah.
“Enaknya kita bisa gunakan kartu uang elektronik ataupun dompet digital seperti QRIS dan di Jakarta stasiunnya terintegrasi dengan moda transportasi publik lain seperti Trans Jakarta, Commuterline, LRT dan kereta bandara Seokarno Hatta. Jadi nyaman lah,” urai Meivy Mergan yang sudah terbiasa menggunakan transportasi massal itu untuk berangkat dan pulang kerja.
Silaturahmi itu sebenarnya ingin merealisasikan ide Renhard Ronald melakukan optimalisasi Bacitra masuk BSB, sehingga masyarakat punya pilihan. Karena itu adalah pelayanan. “Syukur-syukur dibuatkan gate tersendiri. Sehingga, lebih mudah dan ada ketepatan waktu bagi penumpang Bacitra yang menuju ke BSB,” kata Renhard.
Tentu Renhard ingin merealisasikan Bacitra masuk BSB itu dengan mengacu pola koridor. Yang tersedia adalah koridor Pelabuhan Semayang ke Bandara Sepinggan. Jalurnya, melewati Mal BSB dengan pola memutar, sehingga jika ada trayek baru akan dapat dimanfaatkan peluang itu oleh masyarakat.
“Kami BPTD Kaltim kepanjangan tangan Ditjen Hubdat Kemenhub ingin melayani masyarakat. Silakan dianalisa bagaimana pick up point dan drop off zone yang ada di BSB nantinya, sehingga Bacitra bisa dimanfaatkan untuk ke mal atau sebaliknya,” kata Renhard yang didampingi Kepala Seksi Sarana Angkutan Jalan, Sungai, Danau dan Penyeberangan Hendra Ayi Sonica.
Dalam konteks pelayanan pengunjung mal, bagi Meivy Mergan sangat disambut baik. Tetapi realisasinya perlu dikaji dan bersurat ke pusat kaitan perencanaan dan jadwal Bacitra yang akan masuk mal BSB serta kaitan dengan gate yang diupayakan bisa sendiri atau menggunakan gate yang sudah ada.
Sebab, saat weekend mal BSB sudah sangat full pengunjung. Ini karena, sudah jadi one stop shopping & entertainment centre. Apalagi sudah ada tiga hotel di area itu yakni Grand Jatra Hotel, Pentacity Hotel dan Astara Hotel. Ditambah lagi dengan adanya Pantai BSB yang merupakan wisata buatan dan jadi destinasi pariwisata bagi masyarakat se-Kaltim bahkan luar daerah.
“Kita sangat berterimakasih ada gagasan bus Bacitra masuk BSB. Tentu ini pola sinergi dan kolaborasi dengan Kemenhub Ditjen Hubdat khususnya BPTD Kaltim. Apalagi tujuannya membantu masyarakat dari sisi pelayanan transportasi,” kata Meivy Mergan menutup diskusi dan silaturahmi itu sambil berjanji untuk melakukan follow up terkait gagasan Renhard Ronald. (gt)
*) Wk Ketua Media Online Indonesia Kaltim, Direktur Tintakaltim.Com