TINTAKALTIM.COM-Upaya memberi pelayanan kepada pengguna jasa di Pelabuhan Feri Kariangau secara maksimal, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Provinsi Kaltim melakukan evaluasi kaitan penggunaan pembayaran non-tunai (cashless) khususnya dalam menghadapi natal dan tahun baru (Nataru) serta ke depan angkutan lebaran (angleb) 2024.
“Cashless ini sudah jadi kebijakan Ditjen Hubdat Kemenhub, sehingga tetap kita lakukan. Pelaksanaannya sudah berjalan hanya diperlukan evaluasi mana yang kurang maksimal,” kata Kepala BPTD Kelas II Kaltim Dr Muiz Thohir ST MT saat memimpin rapat evaluasi dengan jajaran Bank Mandiri di ruang rapat BPTD, Selasa (7/10/2023)
Rapat itu dihadiri pula Kasubbag Tata Usaha BPTD Kaltim Dailamianus S Sos MAP, Pengawas Pelabuhan Kariangau Balikpapan Karolus Makin SST TD, sejumlah pegawai BPTD, Kacab Mandiri Telkom Divre Prasetyo, Ardy Mandala dan Adul dari PT Mitra Transaksi Indonesia (MTI), anak perusahaan Bank Mandiri.
Dijelaskan Muiz, evaluasi dilakukan karena masih ada kekurangan cashless yakni terjadi selisih saldo antara pihak BPTD dan Mandiri Cash Management MCM dari Bank Mandiri. Transaksi itu berdampak pada selisih setoran yang seharusnya disetor H+1 kepada operator penyedia jasa pelabuhan.
“Komitmen kita H+1 sejak awal, tetapi karena pending jadi masalah yang perlu dievaluasi. Karena, operator menagih sesuai waktu kesepakatan awal,” jelas Muiz.
Menurut Muiz, saat Nataru dan angleb mendatang, tentu mobilitas dan demand di Pelabuhan Kariangau akan tinggi. Khususnya untuk jenis kendaraan angkutan roda dua (R2) dan mobil pribadi.
“Kita berharap evaluasi ini bisa memberikan pelayanan maksimal cashless kepada pengguna jasa. Kalaupun ada migrasi aplikasi, bisa lebih cepat dilakukan. Sebenarnya, kita juga ingin agar EDC bisa digunakan untuk kepentingan kartu selain Mandiri, sehingga pengguna jasa bisa lebih mudah melakukan transaksi cashless,” ungkap Muiz.
Seperti diketahui, ujicoba cashless di Pelabuhan Kariangau ini sudah dilakukan sejak Juni 2023. Dan secara teknis pihak Bank Mandiri menggunakan aplikasi Electronic Data Capture (EDC) yang didesain bersama MTI. Hanya, dalam pelaksanaannya pihak BPTD Kaltim masih fleksibel juga menggunakan pola manual
Dalam evaluasi itu, Muiz mendapat penjelasan dari tim Bank Mandiri dan diharapkan pengembangan bisa dilakukan menyesuaikan sistem di EDC untuk mereduksi kekurangan di lapangan.
EDC DAN CONTENT
Sementara itu, menurut Carolus Makin bahwa selisih saldo dalam penerapan cashless itu mengakibatkan laporan pending pada sistem ada beberapa sebab di antaranya mesin EDC error dan transaksi sukses tetapi struk tidak keluar.
“Jujur saja, kami ditagih dari operator komitmen H+1 setelah pengguna jasa menggunakan jasa pelabuhan dan kapal milik operator. Untung saja kita carikan solusi dengan keuangan yang membayar secara manual. Keinginan kita EDC cashless bisa up to date sehingga semua berjalan lancar,” ungkap Carolus atau biasa disapa Karlos ini.
Dikatakan Karlos, secara teknis diusulkan kemungkinan EDC diberi content dengan layar yang menghubungkan personal computer atau PC yang menerangkan menu bar seperti view data dan layout golongan kendaraan.
“Ini untuk memudahkan saja, sebab jika harus menggunakan ponsel gadget menu itu sangat kecil dan harus aplikasinya memencet back yang mengakibatkan waktu agak panjang dan mengalami antrean,” kata Karlos.
Dengan waktu bertambah katanya, praktis waktu bongkar-muat operator yang ditetapkan masing-masing 15 menit bisa mengalami masalah baru. “Operator kan kasihan pak. Antrean panjang harapannya bisa masuk feri jumlahnya banyak, ternyata waktu habis karena kendalanya pada operasional cashless tadi,” urai Karlos.
Bahkan Karlos pun memberikan masukan, untuk penggunaan aplikasi QRIS, bisa ditempel secara statis, sehingga pengguna jasa semakin mudah untuk melakukan barcode dan cepat.
Dalam prakteknya, QRIS sudah dilakukan. Ini aplikasi yang masuk EDC dan alat bekerja menunjukkan gambar QRIS Code dan struk keluar QR Code lalu di-scan oleh pengguna jasa
Selain QRIS, cashless dari Bank Mandiri ini menggunakan kartu e-money yang bisa terintegrasi dengan e-wallet. Jenis e-wallet yang dilayani di Pelabuhan Kariangau adalah OVO, Dana, Go-Pay yang terintegrasi ke alat EDC.
DIBENAHI
Sementara itu menurut Tim Transaction Kanwil Bank Mandiri yang juga Asisstant Vice President Ardy Mandala, segala kekurangan operasional cashless akan dibenahi dengan menyiapkan peralatan baru dari MKP. Dan, MKP adalah anak perusahaan Bank Mandiri yang melakukan develop kaitan digitalisasi transaksi yang lebih menitikberatkan pada aplikasi financial technology (fintech).
“Proses pengelolaan nanti akan ditunjang dengan MKP yang merupakan sarana hardware dan didukung MTI pula sebagai software. Sehingga, diyakini transaksi pending tak terjadi sebab MKP sudah melakukan kerjasama pula dengan daerah lainnya,” kata Ardy di hadapan peserta rapat.
Ardy menjelaskan, MKP nanti akan memberikan gambaran pelayanan dan sistemnya dibangun di program cashless melayani Pelabuhan Kariangau. “Memang perlu requirement yang nanti setelah itu kita baru melakukan kesepakatan kontrak dengan BPTD Kaltim (rollover), sehingga bisa memberikan kepastian pelayanan maksimal,” ujarnya.
Dikatakan Ardy, jika mayoritas menggunakan e-money dan kartunya juga dijual di sekitar Pelabuhan Kariangau, maka masalahnya tidak akan terjadi. “Kami berjanji, untuk jadwal migrasi ke MKP, tentu bisa dilakukan cepat sekitar akhir November 2023, sehingga kekurangan bisa diatasi,” ungkap Ardy
Menyinggung kaitan QRIS yang statis, menurut Ardy bisa terkendala transaksi dengan sinyal. Misalnya, diperlukan jaringan maksimal 3G atau 4G dan yang ada GPRS, tentu saja ini bisa mempengaruhi transaksi dan pending. Dan, struknya harus memutar ditunjukkan ke petugas di loket untuk ke EDC yang lebih memakan waktu.
Praktisnya sebenarnya kata Ardy, EDC digunakan bahkan dengan kartu debit seluruh pengguna kartu bisa memanfaatkan tak hanya e-money. “Untuk EDC yang menggunakan kartu lain selain e-money, tentu harus ada diskusi lagi dan semoga ini bisa tercapai jika nanti pengembangan menggunakan MKP dilakukan,” pungkas Ardy. (gt)